September 2016Akhirnya udara yang aku rindukan disini berhasil ku hirup lagi, entah rasanya seperti mimpi. Tidak ada banyak perubahan yang kentara, semua masih sama.
Ramainya jalanan dipagi hari, bising memang, namun hal ini yang selalu berhasil membuatku rindu. Kebisingan kota Jakarta, ya aku rindu itu, bagai tak ada lagi kota yang dapat menandingi keramaian ini. Semua orang berperang di atas kendaraan masing-masing bak sedang bertaruh siapa yang akan datang tercepat di tempat tujuan.
Sendiri, tanpa orang tua aku tetap bahagia memantapkan diri di sini, aku yang mengambil pilihan untuk tinggal di negara kelahiran sang ibu, tanpa mereka yang mendampingi, karena mereka percaya aku bisa dan aku mampu. Tak terasa sudah satu tahun aku meninggalkan kota ini. Kota penuh kenangan yang kurajut sendiri dengan ribuan benang kebahagiaan.
Tidak tau mengapa aku sebahagia ini pergi ke sekolah, mungkin karena aku akan menjadi murid baru di sana? Ah, tidak-tidak aku tidaklah se-alay itu. Aku merasakan firasat aneh saat ini, antara kebahagiaan atau kesuraman yang akan terjadi nanti, rasanya bercampur menjadi satu.
Mobil yang kutumpangi telah berhenti, membawa mataku yang ku gunakan untuk melamun sedari tadi terinterupsi pada satu titik.
Gerbang berwarna coklat begitu tinggi masih terbuka di samping mobil yang ku tumpangi. Aku pun segera beranjak dengan sepasang kaki yang seolah bergerak sendiri ke arah gerbang, semakin dekat dan dekat hingga aku telah berdiri di balik gerbang.
Aku melangkah lebih dalam mencoba mengamati sekilas keadaan SMA Cendekia Buana-sekolah baruku. Tanpa sadar lengkungan indah terbit dibibirku. Mengapa? Karena warna putih mendominasi gedung di Cebun-begitu masyarakat mengenalnya, aku sangat gemar pada lambang kesucian itu, warna putih, aku selalu melihat kedamaian didalamnya.
Suara gelak tawa yang keras dan derap pijakan kaki yang begitu mantap, sukses membuat senyumanku luntur dan mengernyitkan dahi. Bukannya tak suka, hanya saja aku sedikit terkejut dan kebingungan dengan kerusuhan yang ku dapati tiba-tiba.
Tak menunggu lama aku pun membalikkan badan, ada lima anak yang berjalan beriringan di sana, pantas saja suara tadi begitu keras. Persetan dengan tawa yang bisa membuat pendengarnya ilfeel alias ilang-feeling, otakku seakan tidak berfungsi dengan normal, aku dibuat tertegun dengan wajah salah satu diantara mereka. Dia, wajahnya sangat familiar bagiku, dia sangat mirip dengan orang yang selalu ku damba dimana saja, selalu membuat ku lupa pada kenyataan dunia. Hanya saja pemakaian kacamata itu yang membuatnya sedikit berbeda dengan orang yang selalu berhasil memporak-porandakan hatiku, membuatku selalu berdegup tak menentu hanya dengan melihat potretnya yang kini telah memenuhi dinding kamarku. Kacamata itu tidak memberi kesan nerd atau nampak seperti kutu-buku, justru menjadi nilai ganda keindahan parasnya, ya itu perspektifku, jadi jangan salahkan aku.
Jantung ku mulai berdegup begitu kencang, rasanya tubuhku lunglai seketika, saat dia mulai dekat dengan posisi berdiriku. Ah, ingin aku berteriak sekarang juga, guna menyalurkan perasaanku ini agar netral kembali.
"Taehyung oppa!," cicitku yang tak sanggup ku tahan lagi. Tidak aku sangka suara kecilku dapat menghentikan langkahnya pun keempat orang yang berjalan berjalan bersama dia.
"Lo manggil siapa?! Tae-tae! Siapa tadi yang lo maksud?! Di sini nggak ada yang namanya tae!" sembur orang yang tidak aku sengaja panggil dengan nama biasku. Ketus, satu kata yang terlintas di benakku.
Ku hiraukan cacian yang terus menerus keluar dari mulutnya, seakan tak ingin berhenti berkicau. Fokusku hanya tertuju pada name-tag yang dia pakai sempurna saat ini.
"Al-tar-ra Dy-ye Galan Sanjaya," ejaku lirih. Ternyata hal yang aku lakukan malah membangkitkan emosinya.
"Woy! Lo tuh nggak sopan banget sih!" bentaknya sama sekali tidak membuat nyaliku menciut.
"Oh, jadi nama kamu Altarra Dye Galan Sanjaya" ujapku lagi-lagi mencoba mengabaikan bentakan bertubinya. Dan lagi bertambahlah kadar kemarahan yang aku dapat.
"Wah, kog bisa wajah kamu seganteng bias aku Kim Taehyung?!," imbuh ku antusias, sungguh aku memang selalu berhasil menguji kesabaran orang lain. Dan ini yang paling parah, karena aku baru mengenal orang yang kini masih setia berdiri tegak di depanku, disertai napas memburu, dan mata seolah ingin menelanku hidup-hidup. Lucu, menurutku ini sangat lucu. Aku benar-benar gemas kepadanya, bagaimana bisa lekuk wajahnya begitu mirip dengan bias yang selama ini aku idam-idamkan untuk bisa bertatap muka langsung dengannya.
"Siapa Kim Taehyung?! Sory, gue nggak kenal!" jawabnya masih dengan mempertahankan nada ketusnya.
"Nggak perlu minta maaf, kan kamu nggak salah,"
"Siapa yang minta maaf?!"
"Tadi kamu bilang sory, masa kamu nggak tau kalau sory itu artinya maaf? Sebodoh-bodohnya aku, aku udah tau arti sory dari TK,"
"Kog lo ngeselin sih!" Ujar nya lalu pergi mendadak, padahal kadar amarahnya belum turun juga.
Reflek aku menarik tasnya hingga kami terhuyung kebelakang, dan terjatuh.
"Aw!" teriak kami bersamaan, aku baru sadar ternyata sudah banyak pasang mata yang menatap kami sedari perdebatan baru dimulai.
Persetan dengan peduli pada keadaanku, dia langsung berdiri dan mengajak teman se-gangnya pergi.
"Taehyung?!"
"Kim Taehyung?!" aku berteriak sambil berusaha bangkit, berdiri.
"Altar?!" aku terus memanggilnya sambil berjalan, mencoba menyusulnya.
Namun sangat disayangkan, aku haruslah terjatuh lagi. Kali ini bukan karena tersandung batu seperti hari-hari biasanya aku terjatuh, melainkan kali ini karena tali sepatu yang lepas dan terinjak kakiku sendiri.
"Mr. A?!" aku tidak kenal lelah dan masih terus mencoba meneriakinya, tanpa menyadari panggilan apa yang telah aku berikan kepadanya.
"Mr. Angry?!" sudah kuduga, dia tidak akan menengok ke arahku, yang masih saja memanggilnya. Aku tak peduli dengan tatapan rendah siswa Cebun terhadapku. Biarlah, aku memang tak pernah perduli pada pikiran orang lain terhadapku.
Hei! Astaga! Apa yang telah terjadi kepada ku? Kenapa aku begitu ingin mengejarnya? Padahal aku sendiri tau, kalau aku tak pernah menyukai lawan jenis kecuali hanya para biasku saja. Apa hal ini terjadi karena wajahnya mirip dengan Kim Taehyung-biasku? Mungkin.
Dan aku, apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi, namun satu hal yang aku harapkan. Semoga aku dapat bertemu dengannya lagi, lagi, dan lagi.
°°°
___________________________________
#sayhaireadersHola semuanya aku cuman mau talking-talking dikit nih, bolehlah yak.
Kalian tau nggak??
Kalau ini adalah karya pertama yang aku publish di wattpad,
Yeay! Seneng akhirnya aku berani juga publish karya aku,
Untuk itu mohon do’a dan votenya ya!, untuk kelanjutan dari Mr. A.
Oh iya, aku juga mau loh dapat komentar dari kalian, supaya aku bisa memperbaiki diri lagi. Tapi jangan pedes-pedes yak, cz aku orangnya cengeng, gampang nangis😣
Cukup itu saja, sekian dan terima kasih atas dukungannya.
Salam ceria,
Si Te😉
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. A
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan saat bertemu dengan orang yang mirip dengan bias kamu? Apa yang akan terjadi? Pasang muka ogeb? Teriak nggak jelas 8 oktav? Terjatuh bersama? Ditatap rendah orang sekitar? Atau tasmu tertukar dengannya? Ya, itu semua akan...