Alhamdulillah

7 1 3
                                    

"Hi i i i hi i i i i hi i i i..."
"Dik kenapa kamu nangis?" Kata zaki pada adiknya.
"Hiiii hiiiiii hiiiii hiiiii hk hk, tadi kesandung batu kak, hik hik hik, ini lututku berdarah, hik hik." Kata Tata dengan menunjukkan lukanya.
"Sini kakak obati." Kata Zaki.

Zaki menuntun Tata ke dalam rumah dan mendudukkannya di kursi, lantas mengambil obat merah dan kapas untuk mengobati luka adiknya.
Zaki membuka lutut Tata yang terluka dan mengusapnya dengan kapas.
"Hik hik awas kak perih, au..." Tata berteriak.
"Tenang dik ini cuma sebentar kok." Ujar Zaki "Sebentar juga sudah kering."
"Sakit tau, kakak sih gak ngerasain." Kata Tata.
"Tadi kenapa luka bisa begini? Kamu sendiri kali yang ceroboh, jalan nggak pakai mata." Kata Zaki.
"Gimana sih kakak ini, jalan ya pakai kaki tau, adik lagi kesakitan malah diledekin." Kata Tata.
Tes tes tes obat merah diteteskan zaki pada lutut Tata. "Hik hik hik huaaaaaaa.... " Tata menangis.
Mendengar suara tangisan Tata, ibu yang baru selesai memasak langsung datang dan bertanya: "Ada apa ini? "
"Ini bu, tadi Tata jatuh lututnya terluka ini lagi diobati." Kata Zaki.
"Hm. Pintarnya putra ibu." Puji sang ibu.
"Pintar gimana sih bu? Tadi kakak tuh nggak kasihan malah ngeledeki Tata, jadi kesel kan?" Ujar Tata tidak terima kakaknya dipuji ibu.
"Bener Ki? Kamu meledek Tata?" Tanya ibunya.
"Iya bu, habis Tata sih, sudah dibantu capek-capek malah bawel." Kata Zaki.
"Sudah sudah emang Tata kenapa bisa jatuh?" Tanya ibu.
"Tadi pulang ngaji Tata lari terus tersandung dan terpeleset di halaman rumah, hik." Jawab Tata.
"Tuh kan ceroboh." Ledek Zaki.
"Hiiiiih kakaaak." Tata kesal.
"Wek." Kata Zaki.
.....
"Tor gimana sih? Ini ceritanya kok ngaco gini. Udah bener awal cerita si kakak baik banget. Ini sekarang kok jadi berantem gini sih. Bikin cerita kok gini amat? Awas lo kalau sampai tambah kacau! Bakal tak jewer kamu." Protes ibu pada autor.
"Ampun tante. Eee... eee..., disuruh salaman aja deh tan. (Huh capek juga diomeli emak-emak)."
"Huh, dasar." Ibu masih kesal.
......
"Sudah sudah, cepet salaman!" Perintah ibu.
Akhirnya keduanya bersalaman, meski agak terpaksa.
"Alhamdulillah." Kata ibu.
"Bu, kenapa ibu baca Alhamdulillah?" Tanya Tata.
"Iya bu?" Imbuh Zaki.
"Hm, biar ibu bahagia." Jawab ibu.
"Kok bisa bu?" Tanya Tata.
"Gini anak-anak, ibu bersyukur punya anak-anak yang pintar dan sholeh seperti kalian." Kata ibu. "Nikmat ini akan terasa lebih ketika kita bisa mensyukurinya. Bahkan akan ditambah lebih banyak lagi oleh Allah."
"Gitu ya, makanya dek kamu musti bersyukur punya kakak seperti aku, jangan malah ngomel melulu." Ujar Zaki.
"He he maaf deh kak. Tapi kakak juga jangan meledek terus." Ujar Tata.
"He he iya maaf." Kata Zaki.
"Gini Ta, luka yang kamu rasakan memang terasa sakit. Tapi sebenarnya juga bisa buat bahan bersyukur lo." Kata ibu.
"Loh kok bisa bu?" Tanya Zaki.
"Meski sampai terluka setidaknya tidak sampai luka parah yang harus dibawa ke rumah sakit, seandainya sampai dibawa ke rumah sakit setidaknya masih diberi nikmatnya hidup. Jadi banyak hikmah yang bisa kamu ambil. Dari luka itu kamu juga jadi tahu bahwa kamu masih punya kakak yang sangat menyayangimu. Maka mari kita ucapkan Alhamdulillah agar kita lebih merasa bahagia."
"Alhamdulillah." Ujar mereka berdua.
....
"(Ternyata bijak juga nih emak-emak)" batin autor.
"Apa lihat-lihat." Kata ibu sambil melirik sadis.
Kabuuuuuurr......

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerpen HikmahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang