Part 1

47 5 5
                                    

Pagi ini adalah pagi yang sangat Cerah sekali bagi Ata, ditambah lagi dengan suasana hatinya yang telah berbunga-bunga. Dibalik tirai bernuansa silver dengan motif garis-garis lengkungan yang menghiasinya membuat pemandangan kolam berenang yang diseberang sana semakin indah, sambil membayangkan kemesraannya tadi malam bersama Adam. Membuat Ata membentuk lengkungan di kedua sudut bibirnya, baginya malam itu adalah malam terindah dihidupnya.

"Lo sehat Ta, senyum-senyum gitu?"

Lagi dan lagi suara orang itu, yang selalu mencari cara untuk membuatnya kesal. Ia selalu hadir disaat yang tidak mendukung. Seperti saat ini ia telah menghancurkan seluruh lamunannya, SELURUHNYA. Ingin sekali ia mencabik-cabik orang tersebut, tapi pagi ini ia tidak ingin ribut dengan siapapun dan bertekad untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan di hari ini tampa rasa emosi sekalipun.

"Seharusnya lo bersyukur krna kali ini gue lg malas ladenin anak tengi kaya lo" Batin Ata yang Kali ini ia sama sekali tidak mau mencari keributan di pagi harinya yang indah ini. Apa lagi dengan kakaknya yang memiliki nama panjang Tian Puteng Tunar. Dan memilih menganggap angin sang kakak sembari memasang muka kesalnya.

"Nah kan... Bener tebakan gue, pasti jerawat lo tumbuh lagi ya kan. Gue ngerti ko Ta, ya walaupun gue gk pernah jerawatan, secara gitu loh muka gue terawat. Tapi lo gk ush deh masang muka kecut kaya ketek ka Awa, jelek tau lah, ya... walaupun lo emeng jelek. "BUNDA... ATA JERAWATAN, JADI TIAN BERANGKAT SENDIRI YAA!!!" Alibi Tian menggelegar seantero rumah, sambil berlalu begitu saja ke meja makan.Tampa, memperdulikan adik bungsungnya, yang tengah membelalakan matanya.

Dalam hati Ata memaki-maki kakaknya itu, ia sungguh kesal dengan sikap kekanak-kanakan yang ia miliki, Berbanding tebalik dengan kakak tertuanya yang lebih bersifat dewasa. Terkadang ia sungguh tidak percaya bahwa ia harus memiliki kakak yang abnormal seperti Tian. Atapun menggelng-gelengkan kepalanya heran dan memilih menyudahi pemikiran buruk tentang kakaknya dan bergegas ke meja makan.

"Loh Ata. Kata kakakmu, kamu gk sekolah, katanya bejerawa-."

Ata mengatur nafasnya, yang masih terengah-engah di anak tangga. Dan menarik satu nafas dalam untuk menjawab pertanyaan Bundanya itu. "Ata gk jerawatan ko Bun, Ata baik-baik aja" langsung melesat begitu saja Ata duduk di samping Kakak tertuanya (Awa) dan berbisik. "Tadi Tian bilang, ketek lo kecut."

Mendengar Uncapan Ata, sontak Awa menatap tajam Tian. Sadar dengan tatapan sang kakak Tianpun memalingkan wajahnya ke Ayahnya. "Yah... salah gk sih, kalo Tian ngibur adik Tian. Yang lagi sedih-"

"Gue gk sedih" Sergah Ata.

"-Tapi pake kata yang sedikit menyinggung." Lanjut Tian gugup, karna tau kalo Ata pasti mengadu.

Mendengar pertanyaan anak keduanya itu Agung meletakkan alat makannya. "Ya... gk salah tapi-"

"Nah tuh kan, ayah aja bilang gak salah." Tangkis Tian. "

"Masi ada, 'tapi' bang" Sela Ata.

"Jadi... gak masalah kan. Kalo gue bilang, ketek Abang gue kecut."

"Nahh... Bang... ketek lo diledekkin!!!" Girang Ata menunjuk Tian, sambil menyenggol tangan Kakak tertuanya, dan yang disenggol masih tenang menikmati nasi goreng buatan Bundanya.

"Apa sih, Ata ini."

"Lo sendiri kan, yang bilang."

"Bilang apa..?!"

"Kalo ketek Bang Awa kecut..."

"Naa...tu lo juga bilang. Tu Bang, Ata ledekin Abang!"

"Mana ada, sembarangan!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"JIKA LEBIH BAIK"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang