Tringggg.....
Begitu bunyi bell, saat kaki ku masuk ke dalam salah satu cafe yang belum pernah kukunjungi sebelumnya. Sebenarnya cafe ini sudah lama berdiri, namun aku baru bisa mengunjunginya sekarang. Bukan karena aku yang terlalu malas pergi ke cafe, tapi, sulit sekali untuk pindah dari tempat yang biasa ku kunjungi.
Suasana di cafe ini tidak begitu buruk, dengan lampu kuning temaram dan lagu-lagu barat yang melow. Cafe ini termasuk tempat yang nyaman bagi orang seperti ku, yang tidak terlalu suka dengan suasana bising orang-orang.
Mataku menjelajah, mencari kursi yang bisa aku duduki. Tempat duduk dekat dengan jendela itu sepertinya nyaman untukku, segera kakiku melangkah kesana. Setelah duduk dengan nyaman, aku keluarkan barang-barang yang ada ditasku. Tak lupa juga memesan pada pelayan yang tadi menghampiriku saat baru saja aku duduk.
Menunya kebanyakan kopi dan desert. Yasudah, karena menunya seperti itu, ku pilih cappucino dan sepotong bolu red velvet, lain dengan menu yang biasa aku pesan, yaitu nasi goreng dan es campur.
Selagi menunggu pesanan ku datang, aku membuka laptop dan buku-buku tugas sambil terus mendengar lagu yang berputar di ipod milikku. Maklum, pelajar SMA sepertiku memang dibebankan dengan tugas yang super banyak, aku benar-benar harus menyelesaikannya sekarang, dan harus memanfaatkan wiFi yang tersedia disini dengan baik, agar tidak selalu dibayang-bayangi oleh ocehan bu Nita, guru yang super duper killer.
Pesananku akhirnya datang, aku tersenyum sambil memberi uangnya pada pelayan. Setelah itu, mataku kembali pada layar laptop yang menyala didepan ku. Kembali larut pada tugas yang terus saja memanggil namaku.
Tiba-tiba saja ada seorang lelaki seusiaku yang duduk disampingku. Aku menoleh memperhatikan sebentar orang asing itu dan memeriksa keadaan cafe. Cafenya memang sedang penuh dengan pengunjung, tidak heran jika dia menumpang duduk di tempatku yang notabenenya sendirian.
"Jarang kesini, ya?" Dia bertanya, tapi entah dengan siapa. Tatapannya lurus kedepan, sama sekali tidak melihat kearahku. Aku pastikan lagi sekeliling. Orang-orang sedang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, masuk akal jika dia memang berbicara padaku.
Aku tersenyum kecil kearahnya lalu menganggukkan kepala. "Iya." Ku lanjutkan lagi kerjaanku yang terhenti beberapa detik.
"Boleh saya minta bolunya?" Kutolehkan lagi kepalaku kearahnya.
"Silahkan."
"Tapi bolunya belum kamu makan. Engga sopan, kan, kalo saya yang ambil duluan."
Menurutku, dia orang yang sedikit sopan. Aku mengangguk, lalu ku ambil bagian kecil bolunya. "Nah, sekarang kamu boleh memakannya."
Dia tersenyum, senyumnya manis juga. Kulitnya putih, dia seperti orang yang sering merawat diri, pakaian dan tatanan rambutnya rapih. E, apasih aku ini? Dia kan hanya orang yang baru kukenal.
Aku menggeleng, kufokuskan kembali mataku kearah laptop yang sampai saat ini masih menyala.
Dengan sengaja dia mengambil sebelah earphoneku, kenapa dia ini? Apa laguku terlalu keras sehingga bisa dia dengar?
"Kamu ngedenger saya, engga?"
"Ya." Jika tidak, aku tak pernah memberimu bolu red velvet milikku yang sudah kau telan itu.
"Kenapa jarang ke cafe ini?"
"Aku engga suka suasana cafe yang ribut, sebelum kesini aku kira cafe ini seperti itu." Memang apa urusannya dia.
YOU ARE READING
Don't go away
Teen Fiction"Definisi cinta yang kamu berikan itu seperti apa ?Aku disuruh menerka-nerka dalam keraguan hatiku sendiri. Jangan menjadi teka-teki yang sulit untuk aku jawab. Jangan juga menjadi soal yang harus selalu aku isi. Kamu ini manusia, kamu punya mulut u...