Seorang gadis berjalan gontai memasuki gerbang sekolah dengan susu cokelat di tangannya, rambutnya sedikit acak-acakan pagi ini, matanya masih terlihat mengantuk. Sepertinya hari ini ia benar-benar terpaksa datang ke sekolah, alasan kuat selain Wira adalah lumpia basah kantin yang tidak ada duanya. Uenak pol begitulah kata Aya biasanya.
Aya melirik dengan malas ketika bahunya dipukul agak keras "masih pagi itu harus semangat! semangat! semangat! Loyo banget" ucap Atha ---teman sekelas Aya---
Aya hanya menanggapi dengan acungan jempol "syap" katanya pelan, kelasnya sudah dekat, tapi ia memilih untuk duduk didepan kelas Wira. Sibuk memperhatikan setiap anak yang masuk ke kelas itu, kalau kalau itu Wira, pasti ia akan mengganggunya seperti biasa.
Matanya menangkap sosok yang dicari-cari "WIRAAAAAAAAA" teriaknya sambil melambaikan tangan kearah Wira, sang empunya nama sedikit merapikan rambut kemudian berlari kecil kearah Aya. Rambutnya naik turun, poninya sudah tidak begitu rapi.
"Kenapa setiap pagi nunggu disini?" tanya Wira begitu sampai didepan Aya.
Aya cemberut, menunjukkan wajah sedih yang sedikit dibuat-buat "emang gaboleh?" Wira melihat lekat wajah Aya sebelum akhirnya menurunkan pandangan pada sepatunya "boleh sih, tapi saya bingung aja kenapa kamu begini" ucapnya. Terdengar sedikit keraguan didalam kalimatnya, seakan takut membuat Aya tersinggung.
Gadis itu mengangkat dagu laki-laki didepannya "nunduk mulu, sepatunya lebih cantik daripada aku?" tanyanya membuat Wira menggeleng cepat, karena pergerakan itu, poninya ikut bergoyang.
Aya tersenyum melihat responnya, lalu mengacak rambut Wira dengan penuh rasa gemas "bateraiku udah full karena udah liat kamu, jadi aku ke kelas ya, semangat belajarnya!" ucapnya lalu berjalan dengan sedikit loncatan. Terlihat jauh lebih bersemangat dari sebelumnya.
Wira mengulum senyum, perapikan rambutnya yang sedikit berantakan berkat ulah gadis aneh tadi.
Belum sempat Aya duduk di bangkunya suara menyebalkan terdengar dengan jelas tepat dibelakangnya "Berbunga bunga banget kayanya neng Aya, kunaon atuh cerita-cerita kali" lagi-lagi Atha, si paling kepo.
Yang ditanyapun berbalik "jadi.. tadi.." ucapnya sangat lambat, membuat yang bertanya sedikit kesal "cerita yang bener penasaran nih" timpalnya dengan nada bicara tinggi, Aya tertawa sambil terus memukuli lengan Atha "jadi tadi, hari ini banget, Wira ganteng banget! Banget banget banget!" ucapnya sambil tersipu "mana lucu rambutnya tuwiw tuwiw gemes" masih dengan antusias yang tinggi Aya melanjutkan ucapannya.
Sepertinya jika dia diberi waktu bermalam-malam untuk menceritakan isi kepala dan hatinya tentang Wira, dia akan menyanggupinya dengan senang hati.
"Jadi kamu teh suka sama si Wira?" tanya Atha dengan niat agar Aya tidak menceritakan kegilaannya pada Wira untuk yang kesekian kalinya.
Disebelah Aya sudah ada Laras yang turut penasaran dengan pertanyaan Atha, Aya membuang nafas kasar "gatau deh" ucapnya sambil melihat 2 susu kotak coklat ditangannya, Atha yang tak puas dengan jawaban yang diberikan lalu angkat bicara lagi "kalo ga suka kan ga mungkin gini, ngaku deh gausah gengsi sama kita kita"
"Kalo aku tau perasaan apa ini, aku gabakal ngomong sama kalian, langsung aja bilang ke Wira, ga susah kan" jawab Aya, Laras dan Atha tak bisa membantah, Aya memang seperti itu. Anak itu lebih memilih ditolak mentah-mentah dibanding menahan sendirian tentang perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
W I R A Y A
Teen Fiction✾ Huang Renjun lokal story "aku menyanggupi untuk mencintaimu sebanyak jantungku berdetak"