01. Like as Always

41 6 2
                                    

Np: Never Be Alone - Shawn Mendes

Pagi, 07:30.

Suara derap langkah membuat Alya berdegup kencang. Suara langsung yang berasal dari belakang tubuhnya. Sendari tadi dia merangkai kata-kata untuk mengawali pertamuan mereka di pagi hari ini. Alya mencoba menyibukan diri dengan menuangkan air panas ke gelas yang telah diisi dengan serbuk kopi.

"Gue pulang maleman" ucapnya sambil duduk di kursi makan dan memulai sarapan paginya.

Alya menyimpan segelas kopi di dekatnya lalu dia duduk di depannya, "Bukannya emang lo suka pulang malem?" Lanjut Alya dengan menatap ke arahnya.

Dia bergeming. Tanda dia enggan untuk menjawab.

"Apa segitunya lo nggak mau ngobrol sama gue?" Tanya Alya yang hilang akal ketika bersamanya.

Dia diam.

"Harry! Gue istri lo!" Tegas Alya sekali lagi.

"Gue harus jawab apa? Emang kenyataannya gitu, kan?" Tanya Harry. Ya, dia memang suami Alya. Jawaban tersebut memicu dua pertanyaan, apakah pertanyaan pertama atau pertanyaan kedua. Alya bingung harus bersikap apa ke Harry. Apa bersikap jalang? Apa istri yang patuh suami? Apa jadi dirinya sendiri?. jika mengambil opsi pertama dia akan semakin di benci, jika kedua mana mungkin dia slalu bersikap patuh, dan opsi terakhir dia terkadang suka mengikuti mantan kekasih Harry itu pastinya membuat Harry marah besar.

Pernikahan mereka baru 3 bulan. Dalam 3 bulan ini mereka setiap hari hanya diam, membisukan diri. Alya yang tidak tahu harus memulai pembicaraan apa dan Harry yang tidak ingin memulai pembicaraan. Mereka bertanya jika itu emang penting. Bahkan, Alya sendiri pun tidak tahu alasan mengapa Harry seperti ini.

"Berangkat." Ucap Harry langsung bangkit dari kursinya. Tanpa menoleh ke arah Alya yang sekarang dia hanya melihat punggung suaminya mulai menjauh. Tanaya senyum getir, dia harus bertahan dalam kondisi apapun. Dia terlalu mencintai suaminya. Dia tidak ingin melepaskan suaminya untuk orang lain.

Alya lalu melihat ke punggung suaminya, "Hati-hati, hazz" ucap Alya diiringi dengan senyuman yang tulus dan doa yang selalu menyertainya.

Alya tidak tahu mengapa Harry memilih dia untuk dijadikan Istrinya. Bukannya Kendall lebih baik dari dirinya? Bukanlah selama ini Kendall yang selalu dikejar olehnya? Apa semua ini pernikahan palsu?

Alya belum disentuh apapun, hanya Harry selalu posesif terhadapnya. Alya selalu berpikir bahwa Harry menyimpan wanita malam di belakangnya.

*****

Jam makan siang...
Seperti biasa Alya selalu mengantarkan makanan ke kantor Harry. Dan Harry tidak mempermasalahkannya, dibalik sifat cuek dan batu, Harry selalu melakukan hal yang di luar batas.

Baru saja Alya menginjakan kaki di Kantornya, banyak karyawan yang memberikan sapa atau semacamnya. Alya terbilang ramah pada semua orang beda dengan Harry.

"Siang Ms. Styles..."

Alya tersenyum, "Siang..."

"Mr. Styles sudah menunggu di dalam ruangan. Mari saya antar" ucap salah satu karyawan yang ber name tag 'Olivia M' dengan senyuman jenaka. Dia lah yang selalu mengantar ke ruangan Harry tiap Alya mengunjunginya.

"Dia istri boss kita yang batunya tiada tara! Gue aja ampe bingung itu boss kita makan apa ya? Ganteng tapi nyeremenin"

"Dia ganteng tapi mungkin dia gitu karena sifatnya. Udahlah gausah di bahas!"

"Gue cuma pengen tau gimana ya naenanya Boss kita sama istrinya? Apa kayak Grey atau Edward? Buset. Ahh"

"Meg---" ucapan mereka terpotong.

"Megan! Sheryl! Kalian bekerja untuk perusahaan bukan untuk bergosip ria! Kembali bekerja dengan baik!" Ucap Olive -Olivia Mahone- yang mengetahui bahwa Alya risih mendengar semuanya.

Megan dan Sheryl mengangguk patuh dan kembali bekerja. Tanaya melihat ke arah Olive, "Makasih, Olive."

"Gue tau lo nggak suka sama tatapan karyawan Harry. Tapi, gue harap lo bisa sabar. Lo tau suami lo banyak banget yang ngefans" ucap Olive sembari masuk ke lift khusus untuk karyawan yang dipercayai Harry.

"Gue seneng lo bisa kerja di perusahaan suami gue."

Olive terkekeh kecil, "Ini semua berkat bantuan lo. Harry batu gue kenal dia sejak SMA sampai Kuliahan. Harry susah percaya sama orang" lanjutnya.

"Iya. Dia emang sableng" jawab Alya main ceplos saja.
"Sableng juga lo naksir dia sejak lo SMP dulu."

Jawaban Olive mampu membuat Alya diam; tak berkutik dan malu.

Jangan heran mengapa Olive dan Alya begitu dekat. Mereka sudah menjalani persahabatan sejak masuk kelas satu SD. Tepatnya, Olive teman duduk Alya. Dan Olive akan seperti karyawan biasa jika Alya datang ke kantor, seolah mereka seperti karyawan dan Istri CEO tidak saling mengenal lebih dekat meskipun para karyawan mengetahui pertemenan dari mereka, tepatnya Olive memiliki prefesionalitas tinggi.

"Lo tau lo itu beruntung dapetin dia" ucap Olive setelah mereka sampai di lantai atas, lantai 40. Harry memilih lantai paling atas, alasannya simple hanga tidak ingin terganggu.

"Beruntung gimana?!" Omel Alya kaget dengan pernyataanya.

"Harry langka. Gue harap lo sabar sama sifatnya" jelas Olive. "Masuk gih udah ditungguin dari tadi" ucapnya sambil berdiri di pintu ruangan Harry.

Alya tersenyum malu, "Makasih ya. Gue masuk. Bye!" Alya melihat ke Olive dan membuka pintu ruangannya.

*****

Gimana cerita gue? Bosenin gak? Gue mau ada adult scns tapi maafkeun ya kalo ga ampe bikin ngeh gitu. Tpi lgi 'belajaf' .-. *boong deh, gue slalu bikin cerita DI*
.
Komen yaa:):):).
.
Cipok dari Harry satu satu.

I Needed You, StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang