Prologue.

479 57 9
                                    










- a month earlier -













   Jeon Jungkook bukan tipe manusia yang banyak peduli dengan lingkungan sekitar. Namun, jelas ada beberapa hal bisa dia perhatikan tanpa lepas;

    Seni.

  Tatapan tajam dari mata sehitam arang Jungkook selalu antusias menangkap titik detail di sudut ruangan, meneliti setiap cela agar kemudian bisa dia potret di memori dan dia tumpahkan semua di atas kertas atau jika dia tidak tahan, kamera akan cepat dikeluarkan menangkap momen tersebut saat itu juga.

  Seperti sekarang--

  Orang ini.. entah bernama siapa, dari mana,  datang dengan senyum semanis gula, dan terlihat memiliki perangai keras tak terbantah dengan memar di sekitar leher juga lengan. Kontradiksi sekali, dan Jungkook lemah akan hal yang berbau kontradiksi.

  Maka, dalam sekejap, orang ini(malaikat?bidadari? ) menangkap atensi Jungkook tanpa cela, tanpa usaha.





 


FLASH!







 


   Jungkook sempat merutuki diri, lupa semalam dia baru saja mencari citarasa estetika, menyebabkan blitz dari kamera masih menyala. Sibuk sekali setel ulang kamera, Jungkook tidak sadar objek kamera terbarunya sudah ada di hadapan, memandang Jungkook penuh jenaka.

   "Aku dapat komisi?"

  Jungkook angkat kepala, terkejut.

   "Maaf?"

  "Itu aku, kan?" Objek(malaikat?bidadari?)itu menunjuk kamera Jungkook, lalu tersenyum. "Tanpa izin, baiknya aku dapat komisi."

  "Ah." Jungkook merasa bodoh sepersekian detik.  "Berapa?"

  Si Objek menatap Jungkook, geli. "Tidak, tidak," Dia menggeleng, suara tawanya dalam namun seakan jarang terpakai. "Aku bercanda."

  Dia Jeon Jungkook, Raja Apatis kebanggaan kampus, mustahil sekali terbuai hanya karena satu senyuman. Kan?






Kan?










  "Kalo kamu mau foto ini, you can give me your number biar nanti aku kirim," Jungkook berkata.

  Now, isn't that smooth? Itu baru Jungkook. Smooth, and unaffected.

  Tapi, darimana 'kamu' itu keluar?

  Objek tadi(demi Tuhan, malaikat?bidadari?) memiringkan kepala, "My number?"

  "Yes."

  "Untuk foto itu?"

  "Uh-huh."

  "Atau untuk kencan?"

  "Uhm.."

  Objek tadi tertawa lagi, manis sekali. "Just joking. Your phone, please?"

  Jungkook tidak berbicara apapun, tangannya terulur untuk memberikan ponsel, mata mengunci dan meneliti setiap lekuk wajah objeknya. Jujur, memar dan lebam tadi yang sempat membuat Jungkook terkesima karena kontras dengan senyum juga warna kulit, terlihat sangat mengkhawatirkan sekarang.

  "Sudah," Dia memberikan kembali ponsel Jungkook. "Aku simpan atas nama Yoongi."

  "Yoongi?"

  "Ya," Objek mengedik acuh. "Namaku."

  "Jungkook," Dia cepat berkata. "Aku Jungkook."

  "Baiklah, Kook-ah," Yoongi tersenyum, lalu dia berjinjit untuk mengusak pelan rambut Jungkook. "Sampai ketemu kapan kapan!"

  Lalu, dia menghilang.

  Membawa pergi aura juga senyuman sehangat mentari, dan tanpa sadar sedikit dari hati Jungkook bersamanya.

ethereal; jjk.mygTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang