BAB 1

992 102 9
                                    

Kim Jisoo datang ke sebuah desa kecil di pinggiran kota Seoul, desa Daejeon. Setelah perdebatan panjang dengan ayahnya, ia tak ingin pindah ke desa. Tapi sang ayah, Kim Jaesoo bersikeras memindahkannya ke desa tempat dimana paman dan bibinya tinggal. Dengan alasan karena pekerjaan, sang ayah merasa khawatir karena harus meninggalkan Jisoo di rumah sendiri setiap kali bertugas keluar kota. Terlebih setelah kejadian misterius yang menimpa Jisoo beberapa bulan yang lalu, Jisoo hampir meregang nyawa karenanya.

Jisoo mendapat sebuah teror mengerikan yang tak pernah ia duga sebelumnya, niat hati hanya ingin membantu seorang anak laki-laki yang di bully teman-temannya. Tapi berujung pada kejadian dimana anak laki-laki itu selalu menunggunya sepulang sekolah, ia bahkan memiliki senyum aneh yang mengerikan. Jisoo selalu berusaha menghindarinya dengan pulang bersama teman-temannya, namun anak itu berhasil menemukan rumahnya dan setiap hari menunggunya di depan rumah untuk berangkat sekolah bersama.

"Noona, apa aku membuatmu takut?" tanya anak itu tanpa ekspresi

Meski khawatir akan menyinggung perasaannya, Jisoo memberanikan diri mengatakan yang sebenarnya.

"Eoh, kau benar-benar membuatku takut. Aku bahkan nggak nyaman setiap bertemu denganmu" jawab Jisoo dengan canggung

"Maafkan aku, aku hanya ingin berteman denganmu"

"Bukankah di sekolahmu ada banyak teman? Kenapa kau pilih teman yang berbeda sekolah?"

Anak laki-laki itu menyeringai setelah mendengar pertanyaan terakhir Jisoo.

"Aku menyukai mu..." jawaban singkat itu membuat Jisoo semakin ketakutan

Ia segera mengambil langkah seribu agar bisa menjauh dari anak yang di ketahui 3 tahun lebih muda darinya itu. Jisoo terus berlari dan tak memperhatikan jalan, kemudian sebuah mobil mengejutkannya. Ia jatuh pingsan sebelum mobil itu menabraknya, setelahnya ia tak ingat apa yang terjadi. Ia sudah di rumah sakit bersama ayah yang menemaninya.

Hari pertamanya masuk sekolah, Jisoo datang ke sekolah bersama Wendy. Sepupunya (putri semata wayang paman dan bibinya) yang sangat percaya dengan ramalan, fengshui dan semua tentang hal ghaib. Wendy selalu mengatakan selain cantik, Jisoo memiliki aura yang berbeda. Sulit bagi arwah biasa untuk merasukinya, kecuali jika arwah itu memiliki kekuatan magis yang kuat. Karena tidak percaya, Jisoo hanya menanggapinya dengan tersenyum atau kadang meledek Wendy.

Satu sekolah mendadak heboh dengan kedatangan Jisoo, tak sedikit dari mereka yang memuji kecantikan Jisoo. Dan Wendy berusaha menjaganya agar tak sembarang anak mendekati Jisoo, terutama murid laki-laki di kelasnya yang terbilang bermuka tebal. Karena mereka sangat terang-terangan dan tidak peduli dengan ocehan Wendy yang melarang mereka untuk bermain-main sampai menggoda Jisoo.

Sampai mata Jisoo tertuju pada satu anak laki-laki yang duduk di bangku depan, dia yang terlihat biasa dan tak seheboh teman-temannya yang lain.

"Namanya Sehun, jangan heran jika dia terlihat pendiam dan tak seheboh yang lainnya..." celetuk Wendy yang tak sengaja melihat Jisoo memperhatikan Sehun

"Eoh?! Kenapa?" tanya Jisoo mulai penasaran

Wendy menjelaskan, jika banyak yang bilang Sehun bisa melihat arwah dan ada satu arwah yang selama ini mengikuti kemana pun dia pergi. Awalnya banyak anak yang takut, hingga tak mau berteman dengannya. Tapi begitu tahu Sehun anak yang baik dan loyal, semua orang menyukainya. Ia bahkan di rekrut masuk tim basket sekolah dan sekarang semua orang mengenalnya, pria tampan yang misterius. Banyak perempuan menyukainya, tapi tak ada satu pun dari mereka yang di terima mengisi hatinya. Dia juga menghindari berteman dekat dengan anak perempuan, orang-orang sempat mengira dia mungkin gay. Hanya saja Wendy memiliki firasat lain, ada sesuatu kenapa Sehun tak mau berteman dekat dengan anak perempuan.

Namun, Sehun dekat dengan seorang guru muda yang mengajar musik di kelasnya. Mereka sering terlihat bersama dalam beberapa kesempatan, banyak yang mengira mereka memiliki hubungan spesial. Sampai Wendy menemukan fakta bahwa guru yang biasa mereka panggil guru Lee itu ternyata memang memiliki hubungan saudara dengan Sehun, ia adalah kakak angkat Sehun.

Saat ini setelah hampir sebulan resmi menjadi siswi sekolah itu. Jisoo tak sekali pun bisa bicara dengan Sehun, ia hanya senang memperhatikan Sehun dari jauh. Ketika Sehun tertawa dengan teman-temannya, ketika ia serius menjelaskan pelajaran di depan kelas, ketika ia bermain basket di lapangan bahkan ketika ia sedang makan dengan lahapnya.

"Kau menyukainya?" lagi-lagi Wendy menangkap basah tatapan Jisoo

"Eoh? Siapa?" tanya Jisoo salah tingkah

"Oh Sehun"

"Nggak tahu, nggak mudah meyakinkan diri sendiri untuk menyukai seseorang"

"Tapi kau selalu memperhatikannya"

"Aku hanya tertarik" kilah Jisoo

"Baiklah, mungkin belum saatnya kau yakin untuk menyukainya. Tapi aku pastikan hal itu akan terjadi"

"Mwo? Yya~ kau tahu rasanya di pukul nampan?" ancam Jisoo dengan nada bercanda

Acara makan siang Jisoo dan Wendy di kantin berlangsung dengan obrolan serius tentang Sehun.

MALAM HARI DI SEKOLAH

'Sejak kecil Sehun tinggal di panti asuhan, sebelum ibu kandung guru Lee mengangkatnya menjadi anak ketika Sehun baru menginjak usia 5 tahun. Tiga tahun yang lalu ibu angkatnya meninggal dan Sehun menjadi tanggung jawab guru Lee, meski ia sudah menikah dan punya anak...'

Setiap Wendy bercerita tentang Sehun, membuat Jisoo semakin ingin tahu. Tapi ia masih menahan untuk tak mendekati Sehun secara langsung, ia ingin dekat dengan cara yang alami. Baginya cara itu akan membuat Sehun mengenal Jisoo dengan baik.

Malam ini sedang ada pelajaran tambahan, mengingat ujian semester akhir sudah dekat. Semua siswa di kelas Jisoo mengikutinya. Mereka belajar mandiri di temani guru wali kelas hingga pukul 21.00. Jisoo yang duduk dekat jendela tiba-tiba mendengar suara hentakan bola dari lapangan basket yang terlihat dari jendela kelasnya.

Hal itu menarik perhatian Jisoo, apalagi setelah memperhatikan orang yang bermain bola itu adalah Sehun. Namun ada sesuatu yang menarik perhatian Jisoo selain Sehun, ada seorang wanita berdiri di ujung lapangan. Berpakaian putih, dengan setengah rambut diikat dan terlihat berantakan. Jisoo ingin segera memberitahu Wendy, tapi Wendy sudah tertidur pulas dengan kepala di atas tumpukan buku. Jisoo penasaran dengan sosok wanita itu. Dia memperhatikannya dengan seksama, hingga ia menyadari bahwa wanita itu bukan manusia karena kakinya tak menyentuh tanah.

"Wendy" Jisoo langsung gemetar saat membangunkan Wendy

"Kau kenapa?" tanya Wendy yang terbangun

"...." Jisoo ketakutan

"Wajahmu pucat, kau sakit?" Wendy melihat ketakutan daut wajah Jisoo

Melihat Jisoo melirik ke arah lapangan, Wendy mencoba melihat kemana arah pandangan Jisoo dan ia menemukan Sehun sedang bermain basket.

"Sehun? Biasanya kau senang melihatnya, kenapa sekarang kau ketakutan?" Wendy tidak bisa melihat apa yang dilihat Jisoo

"Kau tak melihat ada orang lain bersamanya?" suara Jisoo bahkan terdengar gemetar

Wendy dengan ragu menggelengkan kepala, dia benar-benar tak melihat siapa pun bersama Sehun, lalu kenapa Jisoo mengatakan ada orang lain. Padahal saat Jisoo melihatnya lagi, ia masih bisa melihat wanita itu berdiri di lapangan. Kali ini lebih dekat dengan Sehun dan Sehun juga terlihat bicara dengannya.

"Siapa wanita itu?"

TO BE COUNTINUE

[ON GOING] INDIGO - ANOTHER WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang