Aku, Kamu, dan (yang lain).

prolog

Semua aku rasa terencanakan, tentang tulisan tangan yang didukung tuhan. Serta setiap ucapan aku goreskan, pada sebuah lembar, tentang aku, kamu, dan yang lain diantara kita. Aku terlalu lama menunggu, dalam tiap waktu kamu selalu sama tak ada beda. Berpolemik soal rasa, entah kenapa? Aku bodoh, menanggapinya. Terlalu banyak kode-kode yang tak mudah dipecahkan, terlalu banyak untaian kata, yang tak dapat diartikan. Yang aku tau, "sabar berbuah sadar".

Terlalu sibuk kamu menghitung bintang, sampai-sampai bulan telah menghilang. Terlalu sibuk kamu dengan puncak pendakian, sampai-sampai kamu lupa, aku selalu menunggu dibawah, saat dirimu lelah. Waktu selalu berjalan apa adanya, dan dirimu ikut berlalu bersama waktu. untuk saat ini, aku tak tau, cara untuk tetap ada untukmu. Yang aku tau, sekarang ada yang tiada. Tentang esok nanti, biarlah semua berlalu. Tentang mimpi-mimpi dan semua janji, ternyata abu-abu. Semakin malam, terasa kelam. Ku ingat saat dirimu berkata "jangan membuatku terganggu, akan kehadiranmu." Terlelap tidurku dengan beralaskan mimpi-mimpi, dan berselimutkan semua janji.

Selamat pagi.

Aku selalu suka pagi hari. Pagi, artinya mimpi-mimpi yang menyesakkan telah terlewati. Pagi, artinya malam-malam yang kelabu telah berlalu.

Kala sang mentari muncul dari peraduannya. Para serangga yang keluar dari persembunyiannya. Para bunga yang memamerkan betapa indah kelopaknya. Embun yang membasahi dedaunan. Kicauan burung di ranting pepohonan.

Sungguh, aku sangat bersyukur pada Tuhan. Akan semesta, yang tidak pernah menipu, akan rasa dan keindahan. Asap tembakau terbanglah, bersama rasa rindu yang ku harap hilang dan mendambakan akan sebuah pertemuan. Tapi sayang, semesta berkata lain "bukan rindu yang kamu hilang, tapi dirinya lah, yang telah menghilang."