YL 1

33 3 5
                                    

Gosip tentang dirinya pun hari ini sudah menyebar luas seantero sekolah. Padahal baru kemarin hal itu terjadi, memang tidak punya kerjaan sekali orang penyebar gosip itu.

Hot news
Raiden jadian dengan Kanessa #lambe turah

Raiden menghembuskan nafasnya pasrah dengan gosip tidak benar yang teman teman sekolahnya buat itu, memang jaman sekarang semua orang berlomba mencari perhatian agar dikenal banyak orang. Salah satunya adalah membuat gosip terhangat hari ini, walaupun pembuat gosip itu belum tentu tau kebenarannya.

Bel istirahat berbunyi. Hari ini ia berniat untuk pergi ke perpustakaan seperti biasanya, tidak hanya membaca buku karena di perpustakaan ia dapat menemukan tempat yang paling sepi karena tak banyak orang yang mengunjunginya. Sehingga ia merasa begitu nyaman dan damai tanpa suara berisik yang mengganggunya.

Banyak yang berbisik bisik saat Raiden melewati segerombol cewek yang sedang duduk di koridor. Ia hanya menatap datar cewek itu karena ia mendengar sekilas bahwa cewek itu tengah membicarakannya perihal gosipnya bersama Kanessa. Padahal, ia tak pernah mengenal Kanessa walaupun kelas mereka bersebelahan, karena Raiden yang jarang bergaul dan jarang untuk berkeliaran diluar kelas untuk sekedar ke kantin nongkrong nongkrong atau mengobrol bersama teman temannya.

Tapi entah mengapa gosip itu terjadi karena masalah Kanessa minta pertanggungjawaban atas nempelnya permen karet di roknya. Sudahlah ia sudah tak memikirkan itu, biarlah mereka beranggapan yang tidak tidak padanya, yang terpenting sekarang adalah menghindar dari gosip itu atau sekedar menenangkan pikiran dari ocehan orang orang itu untuknya.

Saat berada di perpustakaan entah mengapa, rasa tenang selalu membawa dirinya berkelana, sampai beberapa menit setelahnya hilang karena tepukan tangan seseorang dibahunya, membuatnya kaget karena jarang sekali ada murid yang menyapanya untuk sekedar mengajak bicara. Jika cewek masih ada, bahkan secara terang terangangan menyampaikan rasa sukanya, tapi kalo cowok tak banyak karena semua cowok merasa kalau Raiden itu hanya menang tampang, siapa yang mau berteman dengan cowok menang tampang tapi gak berani kalo ditantang.

"Hmm" ia menoleh dan menaikkan alisnya.

Seorang cowok dengan name tag yang terpampang jelas bertuliskan Dino Fandyaga itu terlihat mendudukan diri di samping Raiden sambil menatapnya. Raiden ingin beranjak dari sini sekarang, entah mengapa orang ini berani menemuinya setelah beberapa lama.

Saat ia akan beranjak pergi dari perpustakaan....

"Lo masih mau kan jadi ketua?" Tanya cowok itu menanyakan hal yang sama setelah sekian lamanya.

Langkah kakinya terhenti, tetapi tanpa ingin menoleh sedikitpun. Matanya terpejam untuk beberapa saat, sebenarnya ia tak ingin menanggapi cowok yang masih duduk di bangku perpustakaan itu.

Satu langkah.

"Kita masih butuhin lo"

Dua langkah.

"Lo itu emang ya. Nggak punya rasa solidaritas. Lo selalu mentingin hidup lo sendiri, nggak pernah mikirin orang lain"

Dan perkataan cowok itu mampu membuat Raiden berbalik dan dengan langkah cepat menghampiri Dino, menarik kerah seragamnya.

"Lo nggak tau apa apa. Mending lo diem" sepertinya saat ini Raiden sudah tersulut emosi karena ucapan Dino padanya.

"Apa yang nggak gue tau hah?" Ucap Dino dengan nada yang ditinggikan.

"Gue nggak berhak kasih tau lo, bahkan semuanya. Gue udah berhenti" ucapnya tegas sambil menatap Dino tajam. Kemudian melepas kerah baju Dino yang ditahannya tadi dan beranjak pergi.

"Cemen cih" decih Dino.

Raiden sudah tak menggubris perkataan itu, karena ia sudah tak mau lagi mengungkit kejadian yang tak ingin ia lakukan lagi. Hal bodoh yang hampir membuatnya hancur. Jika saja tak ada yang menghalanginya saat itu, pasti ia akan melakukan hal yang lebih bodoh lagi.

______

Ia berjalan dengan sedikit emosi. Jalannya ia cepatkan, dan nafasnya tersenggal senggal. Memang masalah emosi, ia tak sanggup untuk menahannya, walaupun ia sudah berusaha keras.

"Eh elo" teriak cewek yang kemarin sukses membuat Raiden menjadi trending topik di sekolah.

Ia tak mau berhenti melangkah, hanya menatap Kanessa datar kemudian beralih menatap arah lain.

"Lo udah dengar kan gosip tentang lo sama gue? Lo itu gimana sih? Santai aja nggak ada niatan buat nyanggah tu gosip" cerocos Kanessa sambil melangkah cepat mensejajarkan langkahnya dengan Raiden.

"Siapa sih yang ngelantur terus bikin gosip nggak guna kek gitu" lanjutnya lagi.

"Heh!! Lo malah seneng ya jangan jangan. Lo harus ilangin tu gosip pokoknya" ucapnya lagi, karena yang diajak bicara tak merespon.

Kemudian Kanessa mencoba untuk mendahuluinya dan membalik badannya sehingga berhadapan dengan Raiden, sedangkan Raiden hanya menatap cewek itu datar dan mengernyit sekilas.

Cewek itu berhenti melangkah sehingga membuat Raiden pun berhenti melangkah karena cewek itu menghalangi jalannya.

"Minggir" ucap Raiden datar.

"Nggak"

"Mau lo apa sih?" Tanya Raiden sambil menghembuskan nafasnya panjang.

"Gue mau lo ilangin gosip nggak bener itu" ucapnya sambil melipat tangannya di depan dada.

"Lo yang cari gara gara. Kenapa gue yang harus tanggung semuanya!!"

"Lo yang udah buat mereka salah paham"

Diam.

"Pokoknya lo harus lurusin tu gosip"

Lagi lagi Raiden hanya diam tak menjawab perkataan Kanessa lagi.

"Lo kenapa sih diem aja" teriak Kanessa.

Diam.

"Susah ya ngomong sama patung!" ucapnya kemudian berbalik pergi meninggalkan Raiden.

"Nggak semuanya salah gue. Lo juga salah" refleks Kanessa menghentikan langkahnya ketika mendengar ucapan Raiden.

Ia menoleh tapi tak mendapati Raiden disana.

_______

Hari ini adalah hari terberat bagi Raiden, karena masalah demi masalah datang silih berganti, otaknya sampai memanas memikirkan 2 orang yang telah berhasil membuatnya terkena masalah.

Pertama, Kanessa si cewek ribet.
Dan kini Dino orang yang sudah berani mengusik ketenangannya.

Gerbang dibuka mempersilahkan Raiden untuk memasuki rumahnya, rumah mewah dengan 2 lantai yang sangat luas dengan beberapa ajudan dan pembantu yang begitu banyak.

"Den Rai sudah ditunggu nenek di kamar beliau" ucap salah satu pembantu kepada Raiden saat ia baru saja turun dari mobil.

Ia langsung bergegas melangkah masuk memasuki ruangan neneknya yang berada tepat dilantai 2. Ia mengetuk pintu, saat sang nenek menyahut baru ia memasuki ruangan neneknya itu.

"Nenek manggil saya?" Tanyanya begitu formal.

Tatapan datar selalu ia dapatkan dari sang nenek, nenek memang selalu seperti itu, selalu datar dan tegas terhadapnya.

"Gimana sekolahmu hari ini?" Tanya nenek begitu datar dan tegas.

"Baik kok nek. Lancar" ucapnya.

"Pokoknya kamu harus seperti papamu, sukses seperti dia. Jangan seperti mamamu, matre dan dengan nggak tau dirinya dia pergi dengan lelaki lain" ucap neneknya. Selalu saja membahas ini, ia harus seperti papa, jangan seperti mama.

Aku nggak akan kayak papa nek. Orang yang nggak pernah inget kalo dia itu punya anak. Batinnya.

"Udah. Kamu boleh pergi" ucap neneknya sehingga membuat Raiden pergi meninggalkan ruangan sang nenek.

Di dunia ini mungkin gue cuma punya nenek.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang