1. The Wood

14.1K 628 62
                                    

WARNING!

Capter ini mengandung adegan kekerasan dan 18+++

Disarankan untuk membaca setelah berbuka untuk yang berpuasa.

Ngotot baca! Silahkan, resiko dan dosa tanggung sendiri.

DLDR!
Yang enggak suka fict beginian silahkan Leave gak usah ngyepam flame gak berfaedah!

So, please. Be enjoy.... ^^

...o0o...

Gemuruh cambuk angkasa menggelegar disunyinya malam, namun tak menggoyahkan sedikitpun kearoganan sang dewi Nyx. Sedang awan-awan bersemu kelabu siap menangisi segala peristiwa yang dilaluinya bersama waktu.

Semua makhluk memilih untuk bersemayam di zona nyamannya masing-masing. Namun tidak bagi para  makhluk istimewa yang disebut Ninja, mereka harus memenuhi kewajibannya, membuktikan gelarnya yang bukan sekedar nama.

"Jadi bagaimana menurutmu Kakashi? Apa kita benar-benar perlu mengirim bantuan untuk mereka?"

Sosok yang dipanggil Kakashi itu tampak berfikir sejenak mempelajari gulungan kertas yang diterangi oleh temaram lampu. Ia mendongak, menatap satu-satunya wanita yang ada diruangan itu. Wanita yang berparas cantik dan bertubuh elok yang dilebur oleh dusta karena umurnya benar-benar menipu.

"Tsunade-sama, Aku pikir tulisan ini asli dan Kita harus segera mengirim beberapa Chunin atau Jounin yang sudah terlatih. Aku mendengar rumor bahwa didaerah perbatasan desa ombak dipenuhi oleh bandit yang kemampuannya setara dengan para Jounin. Hanya saja..."

Kalimatnya menggantung, ia menoleh menerawang sebuah jendela besar yang menampilkan badai diluar sana. Pikirannya kalut dan tak menentu. Disaat genting seperti ini memutuskan seauatu bukanlah perkara yang mudah. Penuh pertimbangan yang matang agar misi berjalan dengan lancar dan tak merugikan siapapun.

"Ya, Aku juga berpikir begitu. Kenapa mereka meminta Sakura yang harus ikut serta." Sambung wanita yang disebut Tsunade.

"Jadi bagaimana pendapatmu?"

"Sakura adalah muridku, jangan remehkan kemampuannya. Tapi, kita harus tetap waspada. Apapun motif dibalik semua ini, dan terlepas dari semuanya mereka memang sangat membutuhkan uluran tangan kita."

"Aa... jika memang begitu apa boleh buat?" Sambil menghembuskan nafas lelah. "Aku akan segera membentukan tim untuk keberangkatan misi ini. Mungkin aku akan mengajukan diri sebagai salah satu pesertanya."

"Kau masih meragukan kemampuan muridku?"

"Bukan, tentu saja tidak. Hanya saja aku pernah menjadi gurunya, dan aku sudah menganggapnya sebagai putriku sendiri."

"Sama halnya denganmu. Dia adalah murid kesayanganku. Makanya aku percaya dia mampu karena dia sudah menjadi gadis yang kuat."

"Aa... benar juga."

"Lagipula, Ada misi penting lain yang menantimu Kakashi."

Menghembuskan nafas lelah. "Kupikir aku mendapat jatah libur setelah ini."

Tsunade menyeringai dan meminum cairan menyengat bernama wine hingga tadas. "Jangan mengejekku."

Ya, Tsunade adalah wanita nomor satu di desa Konoha. Jabatannya sebagai Hokage menuntutnya untuk bekerja keras dan selalu sibuk. Bahkan ia tak pernah mendapat hari libur sama sekali.

"Kalau begitu, Aku permisi." Pamit Kakashi diikuti oleh asap tebal yang melenyapkan dirinya.

"Huh, apa itu bisa dikatakan sopan?" Tsunade mendengus kemudian memutar kursi kerjanya menghadap jendela besar yang menampilkan temaram lampu pedesaan diluar sana. Pandangannya menerawang jauh dan menajam. Entah apa yang ada dipikirannya, yang jelas ia tidak bisa memejamkan obsidian hazelnya.

PanaseaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang