Prolog

51 2 2
                                    

Wanita paruh baya itu mulai menyukai anak perempuan yang sejam lalu baru pindah ke rumah ini. Dia memang gadis yang cantik dan baik hati. Di dorongnya kursi roda nenek memutari taman untuk menghirup udara segar. Wanita tua itu nampak senang dan sehat. Sesekali dia tersenyum dan menoleh ke belakang untuk melihat muka gadis itu.
Anna baru saja diangkat menjadi anak dan menjadi bagian dari keluarga ini. Ayah angkatnya mengantarkan Anna pulang ke rumah. Barang-barang lama Anna pun tidak luput untuk dibawa. Dia langsung beradaptasi dan mulai bergaul dengan anggota keluarga yang lainnya. Namun, baru ada wanita tua yang duduk di kursi roda yang menyambut kedatangan Anna. Anna memberikan kecupan di tangan nenek barunya.
Ibu angkatnya belum pulang dari arisan. Serta kedua saudara angkatnya pun belum terlihat di rumah. Rumah besar ini pun serasa sepi dan sunyi layaknya kuburan. Anna menyuapi nenek sambil berkeliling di taman. Banyak bunga-bunga tumbuh mekar dengan hiasan kupu-kupu beterbangan di atasnya. Wanita tua itu meminta Anna untuk memetikkan bunga mawar yang berjajar rapi di antara taman. Dipetiknya bunga itu dan diberikan kepada neneknya. Nenek suka sekali menghirup bau harum bunga, khususnya bunga mawar merah.
"Anna, dimana ayahmu?"
"Ayah Anna?"
"Iya, maksud nenek ayah barumu"
"Oh, ayah Burhan pergi melanjutkan pekerjaannya nek"
"Dia memang orang yang bertanggung jawab, baik dalam keluarga maupun pekerjaannya" terang nenek.
Ada suara mobil berhenti di halaman rumah. Mobil itu tidak lain milik ibu angkatnya. Anna mendorong kursi roda nenek menuju tempat ibunya berada. Mobil putih sudah berdiam diri di garasi rumah. Tidak ada seorang pun yang turun dari mobil itu. Anna mencari-cari dimana keberadaan ibu. Tiba-tiba terdengar suara wanita memanggil nenek. "Nek, nenek...." Teriak wanita dalam rumah.
Nenek langsung dibawa masuk oleh Anna. Ternyata ibunya sudah masuk di dalam rumah. Anna langsung memberikan kecupan di tangan ibu barunya. Namun, ibu menempis kecupan Anna dari tangannya. Anna terdiam. Ibunya melihat Anna dengan tajam. Memperhatikan wajahnya dengan sadis.
"Oh, jadi kamu yang namanya Anna"
"Iya, saya Anna bu"
"Apa? Ibu?" terkejut ibu. "Jangan panggil saya ibu! sejak kapan saya menjadi ibumu? lanjut ibu angkatnya.
Anna langsung menunduk malu. Merasa tak karuan dan tak berdaya. Seketika badan Anna menjadi lemas. Neneknya menepuk-nepuk punggung cucu angkatnya untuk memberikan kekuatan kepadanya.
"Sudah, sudah" sahut nenek. "Sudah berapa kali kita bahas ini Sonya, aku dan suamimu sudah menyetujui mengadopsi Anna" terang nenek.
"Tapi tidak dengan persetujuanku bu" sambung Sonya kepada ibunya.
Sonya mengantarkan Anna menuju kamar barunya. Anna terkejut melihat kamar barunya. Bukan karena bagus dan mewah melainkan tidak sedap untuk ditempati. Ibu angkatnya memberikan gudang sebagai kamar baru Anna. Anna tidak bisa melawan dan menolak. Padahal ayah angkatnya sudah menyiapkan kamar yang lebih baik daripada yang diberikan ibu angkatnya itu.
Anna menerima dengan lapang dada. Dia langsung membersihkan dan membereskan gudang tersebut. Penghuni asli gudang mulai menampakan diri mereka. Anna merasa takut. Namun, dia harus berani. Dipukul-pukulkan sapu untuk mengusir kecoa dan tikus dari gudang tersebut. Butiran keringat mulai mengucur dari pori-pori kulitnya. Mulai dari wajah, tangan, dan seluruh tubuhnya. Satu jam pun berselang. Gudang itu sudah bisa disulap menjadi sebuah kamar yang bisa dihuni oleh manusia. Rasa lelah dan senang menyelimuti wajah manis Anna.
Abil pulang dari sekolah. Dia adik angkat Anna. Abil baru duduk di bangku SMA. Sampai rumah Abil langsung mencari kakak angkatnya. Setiap kamar dibuka-buka untuk mencari Anna. Tak kunjung ditemukan batang hidung seorang manusiapun di kamar-kamar itu. Ibunya sedang ada di dapur. Sementara neneknya sedang duduk di ruang tamu.
"Ma, dimana kakak baru Abil?"
"Kakak yang mana yang kamu maksud? Siska belum pulang"
"Bukan kak Siska mah, kak Anna" terang Abil.
"Tanya saja sama Ayahmu nanti, ibu tidak tahu, ibu sedang masak"
Abil langsung menuju ke tempat nenek berada.
"Nek, apa nenek melihat keberadaan kak Anna?"
"Tadi ibumu membawa kak Anna ke kamarnya kok"
"Kamar yang mana? Semua kamar di rumah ini sudah aku telusuri tapi tetap tidak ada kutemukan kak Anna"
"Atau jangan-jangan ibumu ...."
Abil berlari ke gudang sebelum neneknya menghabiskan bicaranya.
Abil mengetuk pintu gudang tersebut. Berulang kali diketuknya. "Tok, tok, tok". Tidak ada jawaban apapun dari dalam gudang tersebut. Abil agak ragu Anna berada di dalam gudang tersebut. Ketika Abil ingin meninggalkan gudang, terbukalah pintu gudang tersebut. Anna yang ketiduran akhirnya terbangun juga.
"Kak Anna...." Teriak Abil sambil memeluk Anna.
"Eh, iya de, kamu de Abil ya" Sahut Anna sambil membalas pelukan Abil.
Siska pulang bersama ayah. Usia Siska sebaya dengan Anna. Jam makan malam pun tiba. Semua anggota keluarga sudah berkumpul. Ayah duduk dengan ibu. Disusul Siska, Anna, dan Abil. Nenek duduk di ujung meja makan berhadapan dengan ayah. Makan bersama tidak boleh dilakukan sebelum kehadiran nenek. Sebab nenek merupakan anggota keluarga yang paling tinggi kedudukannya daripada ayah. Apabila nenek tidak hadir di meja makan. Maka setiap anggota keluarga tidak boleh makan di meja makan.
Ayah tidak menyetujui keputusan ibu dalam memindahkan kamar Anna ke gudang. Anna diberikan kamar yang lebih baik daripada kamarnya di gudang. Kamar Anna berada di dekat kamar nenek. Kamar Siska berdekatan dengan kamar Abil. Keempat kamar tersebut berada di lantai dua. Sementara kamar ayah dan ibu berada di lantai bawah. Jam sepuluh malam semua anggota keluarga harus sudah tidur. Tidak boleh ada yang berkeluyuran setelah tengah malam. Apabila melanggar akan mendapatkan hukumannya. Semua anggota keluarga langsung membubarkan diri menuju kamar masing-masing termasuk Anna.
***

MATI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang