"Loh? Kemana?"
"Kantin"
"Tapi pertandingan baru mulai"
"Siapa peduli?"Akupun beranjak dari keramaian yang memekikan telinga ini. Memang, sedang diadakan lomba renang saat ini dan tempatnya berada di gedung olahraga khusus untuk para atlit renang. Mungkin agak aneh karena seluruh siswa diharuskan menonton pertandingannya. Padahal, seharusnya hanya mereka yang mengikuti eskulnya, mungkin untuk memeriahkan.
---
Belum juga sampai kantin, seseorang memanggilku. Tebak seberapa terkejutnya aku, bahkan rasanya seperti terbang ke angkasa. Siapa lagi kalau bukan 'si cinta pertamaku' yang sama sekali tak membalas perasaanku. Yaa... mungkin karena aku tak menunjukannya juga
"Hai"
"Hai? Aku?" Aku berkata sambil menunjuk diriku dengan ekspresi bingung, sejujurnya aku merasa bahagia bukannya bingung. Aku tak sebodoh itu untuk memastikan apakah sapaan itu untukku. Maksudku, tentu saja itu untukku bahkan tak ada siapapun lagi disana.
"Ya, kau. Bisa kita bicara sebentar?"
Aku hanya menatapnya heran. Kali ini aku benar benar heran karena setahuku tidak ada hal yang perlu dibicarakan
"Duduklah dulu" titahnya sambil menunjuk tempat disebelahnya
Aku hanya menurut dengan kebingungan yang menyelimutiTiba-tiba dari arah belakang muncul seseorang yang membuatku mengepalkan tangan karena kesal. Tentu, dia kekasihnya. Aku tau itu, karena meskipun aku tak menunjukan perasaanku, aku tak akan lupa untuk mencari tahu tentangnya.
Mungkin agak aneh untuk seorang perempuan yang mengepalkan tangan karena kesal, yang biasanya dilakukan laki-laki. Tapi ini memang caraku untuk terus menjaga emosiku agar tak membuat keributan.Secara otomatis dia bangun, dan malah membiarkan kekasihnya mengambil tempat duduk yang dia duduki sebelumnya, tentu saja itu berada tepat disebelah kiriku. Selanjutnya dia pergi tanpa mengatakan apapun. Dan aku? Aku hanya mampu menatap punggung lebarnya yang semakin mengecil.
WHAT THE...."Hai" sapanya lembut padaku
"Hai, ju-ga" jawabku kaku. Kenapa aku harus terjebak disini bersamanya. Tidak, bukan itu, kenapa dia meninggalkanku. Ya ampun, seharusnya dari awal aku tak mengharapkan apapun.Aku mengakuinya. Dia memang cantik, apalagi dilihat secara langsung dalam jarak sedekat ini, sangat cocok dengan namanya yang juga cantik. Ailee Adrienna namanya, tak salah dia memilihnya
"Kanaya?" Panggilnya yang membuatku tersadar karena aku terus menerus memperhatikannya tanpa ekspresi
"Oh ya maaf. Jadi ada apa sebenarnya? Apa masalahnya ada padamu?" Kataku sembarangan
"Apa?" Mungkin dia sedikit terkejut dengan pertanyaan terakhir yang aku ajukan
"Ya, aku tak suka bertele-tele. Katakan saja apa yang ingin kau katakan!" Cukup kejam memang perkataanku itu
"Baiklah. Sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu. Karena aku sama sepertimu" katanya masih tampak abu-abu
"Sepertiku dalam artian apa?" Tanyaku yang masih belum paham betul
"Aku tau kau memilikinya, Yian yang mengatakannya padaku karena akupun memilikinya" Yian itu 'si cinta pertamaku' yang sekarang menjadi kekasihnya, asal kalian tau. Dan sekarang aku mengerti arah pembicaraannya.Sejujurnya aku sangat terkejut dengan pernyataannya. Namun tentu saja aku tak menunjukannya dalam wajahku
"Kau yakin? Tidakkah kau pikir itu hanya halusinasi belaka? Dan juga, jika memang kau memilikinya, kenapa kau harus memberitahuku?" Tanyaku meragukan sekaligus penasaran
"Aku sangat yakin. Dan kalau boleh jujur sebenarnya aku memperhatikanmu akhir akhir ini untuk memas--"
"Kau membuntutikku?!" Tanyaku menyela ucapannya
"Kau boleh mengatakannya seperti itu. Dan aku minta maaf soal itu. Tapi, aku.. aku tak mampu mengendalikannya" akunya dengan nada melemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
You, Strength And The World
Short StoryKarena tidak semua orang menginginkan kehidupan.