6:40 WIB
Suara jam waker dari salah satu kamar seorang gadis yang bernama Kania Windy Larasati terus berbunyi. Entah sudah berapa lama jam waker tersebut berbunyi, sang pemilik kamar juga masih belum ada tanda tanda akan bangun dari tidurnya.Dan entah sudah berapa kali ketukan pintu terdengar yang bertujuan untuk membangunkan sang pemilik kamar.
"Abang gimana? Adek kamu udah bangun?" Seorang wanita peruh baya berkacamata dan berambut kerinting datang dari arah dapur dengan celemek yang masih menempel dibadannya.
Seseorang yang tadi dipanggil 'Abang' menggelengkan kepalanya.
"Belum mah, abang udah ketok berapa kali ini pintu. Si adek ga bangun juga" sang mamah hanya bisa menghela nafas panjang. Entah kenapa anak keduanya ini memilik kebiasaan yang sangat buruk bagi seorang gadis. Yaitu 'bagun siang'.
Bahkan pernah sewaktu perpisahan SMA, gadis itu bangun kesiangan dan alhasil membuat satu keluarga heboh karna dia belum siap siap untuk datang ke acara perpisahaan disekolahnya.
Sang ayah pun sudah lelah memberikan nasihat kepada anak keduanya itu. Setiap diberikan nasihat selalu angguk angguk macem patung kucing warna emas yang ada ditoko koko icing. Tapi nasihat tersebut tidak mengubah kebiasaan bangun tidurnya itu.
Sang mamah berjalan mendekati pintu kamar anak keduanya
Tok tok tok
"Windy?"
"Windy?"
"Windy?"
Sudah ketiga kalinya mamah windy memanggil anaknya tersebut, namun nihil tidak ada jawaban dari dalam. Sang anak lalaki tahu jika sudah tiga kali mamahnya manggil Windy tiga kali ga bangun bangun. Itu artinya siap siap aja tutupin kuping buat nyelamatin dari kebudegan.
Sang mamah menarik nafas panjang kemudian . . . .
"HEH WINDY! BANGUN KAMU! KAMU ITU CEWEK MASA JAM SEGINI GA BANGUN BANGUN, KALAU KAMU GA BANGUN MAMAH BAKAR SEMUA KASET, POSTER, PHOTOCARD IDOLA IDOLA KAMU DARI KOREA ITU SI BIHUN BIHUN ITU" teriakan sang mamah sebenernya tidak berpengaruh buat windy. Tapi, ancaman mamahnya tersebut yang buat mata windy jadi melek.
Sang abang menghelas nafas, bersyukur karna teriak mamahnya tidak berlangsung lama. Karna biasanya butuh sekitar 20 menit untuk mamahnya teriak dan marah marah.
Pintu kamarpun akhirnya terbuka dan menampilkan seorang gadis dengan baju tidur motif olaf dan rambut yang jauh dari kata rapih.
"Namanya sehun mah bukan bihun, masa mamah ga hapal hapal sih nama calon menantunya sendiri" windy melirik abangnya.
"Terus bang sasa kenapa masih dirumah? Engga ke kampus emangnya?" Sang abang menatap kesal adeknya tersebut."Stop manggil gue sasa! Nama gua SAPUTRA WIJAYA! Panggil gue bang putra kek yang agak enakan" saat menyebut namanya, bang putra sedikit memberikan penakan terhadap kalimat 'saputra wijaya'.
Karna entah mengapa adeknya suka banget manggil dia bang sasa. Macem merk pecin aja. Selain itu, nama sasa pan seringnya dipake sama cewek. Nah dia pan cowok. dan pilihan yang udah bang putra lakuin di Tahun 2017 yaitu ngajak si Windy tahun baruan sama dia dan temen-temennya. Dan karna itu temen-temennya jadi tahu panggilan windy ke dia. Dan ngolok ngolok dia dengan manggil 'sasa' juga. Dan saat itu juga, rasanya bang putra pengen ganti adek aja rasanya.
"Menurut elu kenapa gue masih dirumah hah?!" Windy menggeleng. Sedangkan bang saputra sedang menahan emosinya takut meletup letup kalau ga ditahan.
"Gue nunggu elu lah dek buat berangkat bareng ke kampusnya"
Windy mengerutkan keningnya " hah? Ke kampus? Gue? Ngapain ai elu bang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bang Toso
FanfictionBercerita tentang pejuangan seorang cewek bernama Kania Windy Larasati yang sering dipanggil Windy untuk mendapatkan hati Kak Aditya Santoso, lelaki yang sering dipanggil oleh teman temannya dengan nama toso.