"Aku lelah..""Sayang..."suara gadis itu menyerak diserbu sesak ,,"Kita sudah melaluinya hampir 2 tahun.."
"Dan belum terlambat untuk berhenti." Suara laki-laki di ujung telepon terdengar begitu dingin,"Cukup sampai disini."
Nafas gadis yang rambut coklatnya digulung berantakan itu tersengal, naik turun. Sebaik mungkin ia mencoba untuk membuat suaranya tak terdengar gemetar,"Baiklah kalau itu mau kamu." Ia menarik nafas panjang, akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi menyeruak dikepalanya,"Tapi tolong, jelaskan padaku apa alasannya. What the problem? Why? Bukankah kita sudah sama-sama berkomitmen dengan hubungan ini sampai nanti.Kalau ada masalah, say it. Kita bisa---."
Kalimat gadis itu terputus, berganti lenguhan panjang dari suara berat diseberang telepon.
"Itu alasan yang sebenarnya, Bel." suara itu masih dingin dan datar ,"Aku sudah lelah dengan semuanya."
Belia tak menyahut. Ia sibuk menggigit bibir bawahnya menahan isakan.
" Kamu akan terbiasa. Kita perlu waktu untuk gak bersama. Setelah itu kamu akan baik-baik aja."Sambungan terputus. Memutuskan semua pembicaraan yang biasa mereka lakukan dalam waktu yang cukup singkat. Tak sampai 5 menit, dan semua ikatan yang telah dijalin terputus begitu saja.
Belia menangkupkan wajah kedalam pangkuannya. Menangis panjang tanpa isakan.
Ponselnya bergetar pelan. Sebuah pesan masuk. Dari Agra.
Tolong jangan hubungi aku. Jangan cari aku lewat teman-temanku. Lewat apapun itu. Kita benar-benar butuh waktu.
Haruskah ia menyerah?
Tidak. Tak pernah ada kata menyerah dalam kamus kehidupannya. Mungkin bagi laki-laki itu hubungan mereka berakhir, tapi tidak baginya. Ia akan bertahan sedikit lagi dengan sisa-sisa harapan yang masih dimilikinya.
Mungkin ia benar-benar harus melepasnya. Tapi tidak saat ini. Tidak sekarang.
*****
"Belia.."
Belia menoleh dan menyambut laki-laki yang setengah kerepotan dengan 2 gelas minuman dan popcorn besar ditangannya. Sementara 2 lembar tiket bioskop ada di antara bibir tipisnya.
"Ayo, filmnya bentar lagi mulai."
Sudut bibir gadis itu terangkat pelan. Tangannya sibuk men-scrool laman facebook yang menampilkan beberapa foto 2 pasang manusia yang saling bertatapan mesra.
"Are you fine there? Are you happy now?"
Gadis itu menggumam pelan. Kaca taksi yang dinaikinya berembun, sedikit basah oleh sisa hujan tadi sore. Ia meniup kaca jendela taksi, menulis sebuah kata pada embun kaca jendela yang ditiupnya.
Miss you, oon-ku
Ia memejamkan matanya. Menarik nafas panjang. Sejujurnya ia juga lelah. 2 tahun hubungan yang dilaluinya terpisah oleh jarak dan kesibukan. 2 tahun lamanya ia mencoba bertahan, membangun kuat benteng kepercayaannya. Membuang jauh semua cemburu dan rasa khawatirnya. 2 tahun yang ia perjuangkan itu menghilang tanpa alasan. Lenyap begitu saja.
Sejak awal ia sudah siap menerima semua resikonya dengan mencintai laki berkulit putih pucat itu. ia sudah jauh hari menguatkan hatinya untuk siap menerima rasa sakit di kemudian hari. Tapi mengapa sekarang rasanya ia tak sanggup?
Mengapa ia merasa sangat sakit?
"Jangan nakal-nakal disana. Inget sholat. Inget makan. Inget istirahat. Dan inget, ada aku disini yang nunggu kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CONGRATULATIONS
RomanceKamu bilang kita cuma istirahat sejenak dari hubungan yang membosankan dan jarak yang melelahkan ini. Tapi kemudian, ku lihat postingan mesramu dengan perempuan lain di timeline facebookmu. Congratulations. Your awesome, boy. -Short fiction yang dii...