Satu

10 2 1
                                    


Cuaca cerah dengan matahari bersinar dari ujung timur bumi, menjelaskan bahwa hari ini akan berjalan tanpa hujan deras maupun petir. Burung-burung bernyanyi di angkasa bersama kawanannya disertai tumbuhnya bunga-bunga berwarna-warni di taman-taman kota. Jalanan mulai ramai lancar dan anak-anak berseragam menyusuri trotoar-trotoar sempit berpaving.

Kemeriahan tahun baru masih terasa di sudut-sudut terang kota, banyak banner dan iklan yang terpampang di sepanjang papan iklan di tiap perempatan yang ada, anak-anak remaja banyak yang berkunjung ke mall dan pusat perbelanjaan, sedangkan orang tua lebih memilih mengajak anaknya membeli peralatan sekolah baru daripada mengajak bermain.

Namaku Theo Vrenorius, anak kelas satu SMA yang yatim piatu. Ayahku meninggal karena sedang bertugas menjaga perdamaian di Lebanon dan Ibuku terjatuh dari jembatan ketika bus yang ditumpanginya menabrak pembatas jembatan. Jika kalian tahu kenapa aku selamat, mungkin satu alasan yang cukup masuk akal adalah aku sedang tidak ada dalam setiap peristiwa yang merenggut nyawa kedua orang tuaku. Menurut cerita dari Paman Tom, aku sedang berada di rumahnya di Pulau Kreta, di daerah dengan penuh padang hijau dan hutan pohon rendah. Kemudian, setelah kematian orang tuaku, Paman Tom dan Bibi Maya membawaku kesini dari Yunani dan disinilah aku tinggal sekarang, Kota Satria.

Ketika cerita ini dimulai, musim hujan sedang berlangsung cukup lama di kota. Pagi ini diselimuti gumpalan awan hitam pekat yang cukup suram. Aku berani taruhan, pasti sebagian warga kota malas beraktifitas pagi ini, ditambah, tadi malam, ada pohon tumbang di jalan utama kota sehingga orang-orang dari arah pegunungan harus memutar karena aspalnya retak. Di berita pagi ini juga mengabarkan kalau siang nanti akan turun hujan petir dengan melihat pagi ini yang berawan suram.

Aku turun dari angkot dengan payung tertenteng di tangan kananku, aku tak percaya harus membawa payung merah muda yang diberikan Bibi Maya. Dia mengotot menyuruhku membawa barang bodoh ini. Berjalan beberapa meter ke depan hingga aku sampai di gerbang besi SMA yang mulai karatan, suasananya masih sepi dan suram. Memang, sekolah ini peninggalan Belanda dan dulunya juga pernah jadi rumah sakit. Tapi, aku cukup beruntung karena tak pernah mengalami hal-hal misterius dan horor disini. Setidaknya selama satu semester kemarin.

Ketika aku memasuki kelas, hanya ada Bella. Seorang gadis berambut panjang berwana hitam pekat dengan mata ungu tuanya yang tajam yang di lapisi kacamata segi empat hitam. Matanya menatapku tajam sehingga bekas luka sayatan di pipinya terlihat sangat jelas. Aku bertanya-tanya dalam hati, dari mana dia dapat luka sayatan itu. Mungkin dia berkelahi ketika masih kecil, atau tersayat ranting pohon. Tapi, aku tak yakin karena menurut Rizky, temanku, luka itu adalah luka sayatan pedang, bukan pisau atau ranting.

Aku sedikit melirik kearahnya. Dia sudah kembali menata novel tebalnya. Pikiranku makin liar kemana-mana, membayangkan gadis ini bersamaku kemudian berjalan bersama di bawah bintang-bintang yang berkelap-kelip indah. Aku tak bisa bohong dengan perasaanku kali ini. Disamping aku menyukai Dhea yang mana dia adalah teman sejak aku SMP dan aku menyukainya sejak umur enam tahun, sedangkan disisi lain aku juga menyimpan rasa pada Bella yang aku bahkan tak tahu asal muasalnya.

"THEO!" Sebuah suara mengagetkanku. Aku terlonjak dan mencari sumber suara. "Lagi ngapain, heh?" Tanya suara itu dari belakang. Aku berbalik lalu tersenyum masam dengan perasaan tak karuan semoga dia tak tahu apa yang sedang kulakukan.

"Abrisam Reynand," balasku sambil menjabat tangannya dan menyuruhnya duduk di sampingku, seolah-olah tak ada kejadian apapun. " Engga biasanya berangkat pagi, Sam?" Tanyaku sambil mencoba menetralkan suasana.

Abrisam memandang berkeliling lalu menunjuk kearah jam dinding diatas papan tulis. Sialan, sudah jam tujuh, sebentar lagi masuk. "Kalau suka kenapa engga langsung bilang aja sih. Lagian dia juga kayaknya suka sama kamu, deh."Sindirnya sambil menahan senyum.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 12, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HORIZONTALWhere stories live. Discover now