Yes, please

17 2 1
                                    

Senin, 18 April 2016

Note:
1. Hari senin sial! Jangan lupa ganti 200rb untuk baju Pak Ramdan yang lo tumpahin kopi tadi pagi Rei!!
2. Reuni tahunan.

Dan Reina meninggalkan cerminnya untuk berangkat sore itu.

Reina bergerak tak nyaman di kursinya. Sesekali pandangannya mengedar mencari apa saja yang dapat menjadi pengalih perhatiannya.

Semua orang dengan segala opini omong kosong yang disuarakannya membuatnya risih bukan main. Jika saja ia bisa mengasingkan diri dari sini sekarang, bersyukur sekali rasanya.

Reuni, yang dalam pengertiannya hanya sebuah wadah ajang pamer tak bermutu dan saling membohongi diri sendiri.

Reina Asmari. 26 tahun. Single. Workaholic membosankan. Yang tidak suka liburan dan acara keluarga atau semacamnya hanya bisa mendengus atau setidaknya tersenyum simpul pura-pura peduli.

Wanita dengan surai hitam bergelombang sebahu yang sedang sibuk mengejar karirnya di salah satu perusahaan properti besar di ibukota itu, nyatanya benci dengan acara membosankan dan menye-nye yang disebut reuni itu.

Apalagi dengan apa yang sedang terjadi di depannya sekarang.

Menurutnya, semua orang disini tidak pernah berbicara apa adanya, mereka menambahkan bumbu-bumbu pemanis agar orang tertarik untuk mendengar dan menanti kelanjutannya.

Semua orang yang berada di sekitarnya kini banyak berbohong dan berlomba-lomba untuk itu hanya agar dianggap hebat setelah lulus kuliah.

Sedang nyatanya,

Sebut saja Indira, teman yang sekarang duduk di sisi kirinya yang entah mengharap apa, menceritakan honeymoon panjangnya di Italia minggu lalu.

Reina tertawa dalam hati, hanya terlalu malas sekaligus kasihan jika harus menyangkal cerita temannya itu dengan berkata melihat wanita yang sudah beranak satu itu saat pulang ke Yogya bulan lalu.

Dia menyebutnya, pembohong memalukan.

Dan di sisi kanannya, Thea. Wanita paling pintar di jurusannya dulu yang sedang mengelu-elukan tunangan tampannya dengan segala sifat hiperbolis yang memuakkan. Reina tak mau terlalu mendominasi percakapan mereka yang sedang tertarik dengan apa yang dikatakan Thea tentang betapa sempurnanya pasangannya sekarang, dengan berkata bahwa ia melihat Thea bersama tunangannya itu bertengkar di restoran karena tunangannya ketahuan bersama wanita lain minggu kemarin.

Tak ada yang bisa benar-benar dipercaya disini.

Termasuk seorang gadis di hadapannya yang sedang bergelayut manja di lengan seseorang yang harusnya menjadi kekasihnya.

Itu tempatnya, seharusnya.

Ya, seorang lelaki yang seharusnya menjadi kekasihnya jika saja orang yang sudah dianggapnya saudara sendiri bernama Reva itu tidak mengambil langkah duluan saat ia bilang tertarik dan menaruh minat pada pria itu.

Waktu itu bahkan Reina sudah mengarang sambil menjelajah internet untuk merangkai kata apa yang akan ia katakan saat akan menyatakan perasaannya pada pria itu.

Tetapi, dasar serigala selalu bersembunyi di balik bulu domba. Gadis itu tak ada bedanya dengan serigala-serigala lain. Membuat Reina yang mendengar mereka menjadi pasangan baru terpanas di kampus saat itu, langsung membakar dan membuang abu hasil pembakaran surat cinta 2 paragrafnya bersama air bekas cucian piring ke selokan. Mengalir dan hilang begitu saja.

Meskipun ada beberapa bagian yang tak ikut mengalir dan menumpuk membentuk sandungan untuknya sendiri hingga sekarang.

Dan setelah lulus satu tahun dari perguruan tinggi terkenal itu, tibanya satu undangan pernikahan membuat gadis itu merasa ia tak perlu seseorang di hidupnya.

UnaccountableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang