1

2 0 0
                                    

Hari ini adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Aku tidak menyangka, hal yang ku anggap mustahil untuk ku raih pun, akhirnya terjadi saat ini juga.

"Hey, jawab dong!"

Kalimat itu seketika menyadarkan ku dari keterlamunan ku. Inginku saat ini berteriak sekencang mungkin dan loncat-loncat di dalam kamar.

Tetapi, tentu saja tidak akan aku lakukan mengingat keadaan hari yang sudah menunjukan waktu tengah malam.

Segera setelah tersadar, aku pun membalas pesan singkat itu dengan perasaan campur aduk yang tidak terlukiskan. Tetapi, perasaan takut selalu menghantuiku. Dan kini, semakin besar seiring aku ingin mengirimkan pesan ini. Bagaimana kalau dia bercanda? Bagaimana kalau dia mempermainkan aku? Bagaimana kalau ini hanyalah mimpi?

Namun, pesan itu memang harus dikirimkan kepada seseorang yang menunggu datangnya pesan tersebut. Kubu-kubu jari ku memutih sesaat setelah ibu jari ku yang nakal ini memencet 'SEND' di layar handphone.

"Semoga ini bukanlah akhir dari segalanya." Pikir ku.

Seketika balasan pesan pun datang. Aku tau ini bukan lah akhir dari segalanya, malah aku merasa bahwa ini adalah awal dari segalanya. Tetapi tetap saja, perasaan takut ini terus menerus menghantuiku bagaikan bom yang terus berjatuhan. Nafas dan detak jantung ku tidak beraturan seperti orang normal, kepala ku rasanya mau meledak kepanasan, dan bibirku, entahlah aku harus melukiskannya seperti apa tetapi tidak mau berhenti untuk tersenyum saat membaca balasan pesan singkat itu.

"Aku senang kamu nerima aku, An. Apa berarti sekarang kita berpacaran?"

"Tentu saja bodoh! Kamu pikir apa lagi? Hah?"

Hanya kalimat itu yang dapat aku jawab untuk saat ini kepadanya.

Aku merasa diriku bukan seseorang yang pantas untuknya. Bukan pula seseorang yang bisa membahagiakannya. Tetapi, sebisa mungkin aku akan berusaha untuk membahagiakannya.

Another Person In Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang