Akhir dari Penantian

612 4 0
                                    

*Rintik air hujan mulai membasahi sekujur tubuh. Terbalut kerinduan dengan sisa-sisa harapan yang tak berujung. Berharap saat hujan deras mengguyur kamu akan datang membawakan payung untukku*

Rasanya baru kemaren kamu menjelaskan padaku bahwa penantian itu tidak ada yang sia-sia walaupun hasilnya nanti berujung kebahagian atau kesedihan tapi setidaknya kita pernah memperjuangkan. Kita ini ibaratkan sebuah partikel elektron dan proton memiliki ion negatif dan positif begitu juga dengan kita memiliki sisi negatif dan positif saling melengkapi satu sama lain ujarmu menjelaskan padaku.

Kita juga telah berjuang sampai sejauh ini melewati rintangan yang ada bahkan kita pernah berjuang mati-matian agar kedua orangtua kita menyetujui hubungan ini. Bukankah kita juga sudah saling berjanji untuk saling menjaga satu sama lain?dan saling setiap ada hubungan ini?.

Aku ingat kala itu kita ikrarkan hubungan kita pada bulan juni saat aku berulang tahun. Kamu berikan kejutan istimewa dan hadiah yang lucu untukku, saat itu kamu benar-benar
romantis. Aku merasa menjadi wanita paling beruntung telah memilikimu. Malam itu hanya ada
bintang dan bulan sebagai saksi awal kisah cinta kita dimulai.

                           ***

*Saat kau ikrarkan janji dan kau juga yang mengingkari*

Derai air mata yang tak kunjung berhenti menetes. Malam kelam gulita seakan menyelimuti.
Saat semua nya sudah terasa nyaman dan perasaan ingin menetap tapi pada kenyataannya
berakhir dengan tragis. Apakah memang ini takdir yang sudah digariskan oleh sang pencipta?.

Kau yang berjanji dan pada akhirnya kau yang mengingkari. Kau tak pernah menceritakan padaku dengan segala keadaanmu, kebahagianlah yang selalu kau tunjukkan padaku. Senyuman
itu palsu bukan?, senyuman saat kau bersamaku. Rasa sakit itu selalu kau tutupi agar aku tak khawatir kepadamu.

Aku berkata kamu kejam pada ku saat pasangan lain saling berbagi kesedihan dan kebahagian kenapa hanya bahagia yang kamu ceritakan. Kesedihan hanya kamu pendam
sendiri tanpa ada seseorangpun yang mengetahui. Pandai sekali kamu menutupinya dariku.

Ketika akhirnya kamu mengingkari janji itu, hari itu juga aku baru mengetahui kamu memendam rasa sakit itu sendirian. Berkali-kali aku katakan kamu kejam, setidaknya saat aku tahu kamu sakit aku bisa memberikan kenangan yang indah untukmu.Menghabiskan lebih
banyak waktu bersamamu.

Saat sang pencipta mengambil nyawamu apa yang bisa kuperbuat, aku hanya bisa menitikan air mata hanya doa-doa yang bisa aku lantunkan untukmu agar kamu tenang berada disisi sang pencipta. Saat aku merindukan mu yang aku lakukan hanya mengunjungi tempat yang sering kita kunjungi saat itu .
Tamat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akhir dari PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang