Seharusnya hari minggu ini aku lalui seperti hari minggu yang biasanya. Menghabiskan waktu di apartment ku. Di awali dengan secangkit kopi di pagi hari, lalu siangnya di habiskan untuk tidur siang, dan malamnya ku lalui dengan hangout bersama para sahabat atau sekedang duduk manis di club. Tapi kali ini semua itu tidak bisa terlaksana, karena saat pagi pagi buta mama sudah menghubungiku dan memintaku untuk menemani Acacia di toko bunganya.
Dan di sini lah aku, berada di depan toko sekaligus rumahnya. Ku perhatikan sekilas bagunan di depanku ini, sebuah bangunan dua lantai yang di mana lantai paling bawah di gunakan sebagai toko bunga dengan papan yang bertuliskan Amora Flowers Shop dan bagian paling atas aku yakini sebagai tempat tinggalnya. Di sebelah kanan ada sebuah cafe dan di sebelah kirinya ada sebuah rumah makan keluarga sederhana.
Terdengar suara lonceng ketika pintu kaca yang ada di depanku ini ku dorong pelan. Dapat ku lihat Acacia yang berdiri dari duduknya.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu tuan?" tanyanya ramah dan jangan lupakan senyumnya.
"Bagaimana bisa kamu tau kalau yang datang adalah seorang pria?" tanyaku penasaran.
"Dari aroma parfum yang tuan kenakan saat terbawa angin." katanya sambil meraba meja untuk beranjak dari posisinya semula. "Apakah ini Stev?" katanya lagi. Oh ya sejak kejadian aku yang menerima permintaan papa dan mama Acacia mulai memanggilku Steven alih alih Kenzi.
"Ya ini aku." sahutku sambil meletakan jaket yang aku gunakan di gantungan dekat meja yang aku yakini sebagai meja untuk menyambut pelanggan.
"Ahh ternyata benar tebakan ku" katanya riang sambil mengulurkan tangan seolah ingin memastikan. Aku yang melihatnya langsung mengulurkan balik tanganku ke arahnya. Menyambut uluran tangannya. Sepersekian detik dapat ku rasakan kehangatan yang menjalar di sekujur tubuhku. Terasa nyaman, seperti sesuatu yang sudah lama hilang dan sekarang kembali lagi. Begitu pas dan entahlah aku tak ingin lagi merasakan kehilangan itu.
"Maaf aku merusak hari liburmu, sepupuku hari ini tidak bisa membantu dan aku tidak mungkin menutup toko." katanya sedikit menyesal.
Jujur aku yang melihatnya seperti itu sedikit merasa tidak tega. "Baiklah, tidak masalah tapi jujur aku tidak tau apapun soal bunga." ucapku jujur dan dapat ku lihat dia yang tersenyum sangan manis.
"Tidak apa, setidaknya ada yang bisa membantuku saat menyambut pelanggan selebihnya aku bisa mengurusnya." aku yang mendengar perkataannya hanya bisa mengerutkan kening. Bagaimana bisa dia yang umm tidak bisa melihat menghandle semuanya? Tapi ya sudah lah toh dia hanya memintaku menyambut pelanggan saja kan?
Semakin siang toko bunga miliknya semakin ramai. Tua muda, pria maupun wanita hilir mudik memasuki toko bunga kecil ini dan seperti katanya aku hanya membantu dia menyambut pelanggan. Mengucapkan selamat datang, menerima dan mengembalikan kembalian, mengucapkan semoga hari anda menyenangkan dan hanya itu, selebihnya dia yang melakukan.
Seperti yang aku lakukan saat ini. Setelah mengucapkan selamat datang ku perhatikan dia yang sedang membantu seorang pelanggan pria memilih bunga. Ku perhatikan wajahnya yang dengan serius menghirup bunga yang akan dia ambil dan hebatnya setiap bunga yang dia ambil tidak pernah salah. Mulai dari mawah putih, pink, dan baby breath warna putih dan merah. Kemudia bunga itu ia letakan di atas meja dan mulai merangkainya menjadi bouquet bunga yang sangat cantik.
Saat aku bertanya bagaimana caranya dia bisa membedakan dia hanya mengatakan 'meski aku tidak bisa melihat tapi ada berbagai macam cara aku bisa melihat, seperti mencium, meraba, mendengar, ataupun bagaimana aku terbiasa melakukannya. Awalnya cukup sulit tapi seiring berjalannya waktu aku mulai terbiasa. Bukankah kebiasaan akan menjadi biasa jika sudah terbiasa?'
Dan kali ini aku sangat setuju dengan cara berfikirnya seperti aku yang terbiasa mengerjakan pekerjaan kantor karena aku sudah terbiasa mengerjakannya. Ku lirik jam yang ada di dinding, sudah menunjukan waktunya makan siang. Ku alihkan pandanganku padanya yang sedang meraba tempat dimana bunga bunga yang tadinya memenuhi ruangan ini sekarang hanya tinggal beberapa tangkai saja.
"Sepertinya sudah tidak banyak bunga yang tersisa, mungkin karena ada kamu hari ini kita bisa tutup dengan cepat." katanya sambil mengambil sisa bunga yang ada di tempatnya dan mulai merangkai lagi.
"Bisakah aku minta tolong untung membalik tulisan di depan sana menjadi closed?" tanyanya padaku yang ku tanggapi dengan anggukan yang tentu saja dia tidak bisa melihatnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanyaku dan duduk di hadapannya. Memperhatikan wajahnya yang terlihat sangat bahagia ketika dia merangkai bunga bunga itu.
"Merangkai bunga untuk tante Eliz." jawabnya sambil menyerahkan sebouquet bunga padaku.
"Untuk mama?" tanyaku lagi dan di hadiahi anggukan darinya.
Ku lihat dia mulai berdiri dan mengambil tongkat berjalannya. "Ingin makan siang? Di sebelah?" tanyanya sambil memperlihatkan senyum yang sekali lagi harus aku katakan manis ahh bukan tapi cantik. Iya dia cantik kala tersenyum dan aku suka melihatnya. Mungkin aku sudah terbiasa.
-----
Ku rebahkan tubuhku di atas kasur kamarku setelah sebelumnya aku memberikan rangkaian bunga dari Acacia kepada mama. Ya setelah seharian aku membantu dia di toko bunga miliknya aku memilih untuk pulang ke rumah mama dan menginap di sana.
Ku pejamkan mataku dan seketika bayangan ketika aku membantu Acey di tokonya berkelebatan di pikiranku. Seperti sebuah kaset yang memutar ulang kejadian tadi siang. Oh ya aku juga sudah memutuskan untuk memanggilnya Acey. Entah kenapa panggilan itu langsung muncul di otakku.
Ku tarik nafas dalam dalam kemudian mengembuskannya, entah mengapa semakin lama aku memikirkan hal itu membuatku tak bisa berhenti tersenyum. Hari yang indah menurutku dan sepertinya berkenalan denganya bukanlah hal yang buruk. Setidaknya hari hariku yang monoton bisa sedikit berwarna seperti rangkaian bunga yang dia buat.
Saat tengah asik dengan pikiranku terdengar pintu kamarku yang di ketuk. "Ken? Sudah tidur?" terdengar suara mama dan tentu saja aku langsung menjawab.
"Belum ma, masuk aja." ku dudukan tubuhku begitu mendengar suara pintu di buka. "Ada apa?" tanyaku pada beliau.
"Mama hanya ingin bertanya bagaimana dengan hari ini?" tanyanya setelah duduk di sampingku di atas ranjang.
"Cukup menyenangkan." jawabku jujur.
"Syukurlah" terdengar helaan nafas lega dari mama "Mama pikir kamu tidak akan menyukainya. Acey gadis yang baik kan?" di usapnya rambutku sayang. Ya aku selalu suka perhatian mama yang seperti ini meski umurku sudah tidak bisa di katakan muda lagi, tapi anak mana yang tidak suka jika dia bisa di manja dan di sayang ibunya?
Ku anggukan kepalaku sebagai jawaban dari pertanyaan mama. Acey memang gadis yang baik, jujur, polos, dan anggun di saat yang bersamaan. Dan jujur aku sungguh menyukai sifatnya itu.
"Mama senang mengetahuinya. Acey gadis yang baik dan dari keluarga yang baik baik, mama ingin kamu mengenalnya. Ini untuk kebaikan kamu dan Acey." kata mama dan sedikit membuatku bingung. "Sudah malam, jangan tidur terlalu larut." pesannya sebelum berjalan meninggalkan kamarku. Aku hanya bisa memberikan senyuma dan menatap kosong kepergian mama. Apa maksud dari perkataan mama barusan? dan kenapa mama memanggil Acacia dengan panggilan Acey juga?
Semakin aku memikirkannya semakin banyak pertanyaan yang seketika berkelebat masuk ke otakku dan membuat kepalaku terasa sakit tiba tiba. Aku yang sudah tidak tahan dengan sakitnya memutuskan untuk tidur seperti yang di perintahkan mama.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Cactus
RomanceSeperti kaktus yang berduri. Seperti kaktus yang berdiri kokoh di tengah panasnya gurun pasir. Seperti kaktus yang menyembunyikan keindahannya. Seperti kaktus yang membuatku mengaguminya. Mengagumi keindahannya, mengagumi keberadaannya. Membuatku ya...