Prolog

208 18 1
                                    

Senin, pukul 08.00 Waktu Indonesia Barat. Mendung dan hembusan angin ringan menerpa langit Jakarta dan sekitarnya. Sebagian mahasiswa menggunakan payung menuju gedung utama kampus dan sebagian lagi tidak memperdulikan rintikan hujan membasahi kepalanya, begitupun Nayyira Adhara Putri. Sebagai mahasiswa baru tentu ia tidak memiliki banyak persiapan selain notebook dan satu bolpoin di dalam ranselnya.

“Ra.” Panggil seseorang sambil berlari menuju ara.
“Siapa?” tanya ara keheranan.
“Nanda,” jelasnya, “lo Adhara kan?”
Ara mengangguk pelan.
“Gue yang nge LINE lu waktu itu buat nanya cara bayar pendaftaran kuliah.”
Adhara tersenyum kemudian mengulurkan tangan, “Nayyira Adhara Putri, panggil aja ara.”
“Gue nanda, Anandia Nanda” ucap nanda dengan senyuman manis “omong-omong lo jurusan apa di sini?”
“Sastra Indonesia. Kalo lo?” Ara balik bertanya
“Akuntansi.”

                           ***

“Lo ngekos atau pulang?” tanya Nanda sambil menyeruput kuah bakso di hadapannya.
“Pulang, tapi rumah gue agak jauh dari kampus.
“Kenapa ga ngekos?”
“Niatnya mau cari temen dulu buat ngekos.”
Nanda memfokuskan diri menatap Ara sambil berkata, “Kalo gitu sama gue aja.”
“Serius?”
Nanda mengangguk yakin.

Sejak saat itu, Ara dan Nanda menjadi teman satu kamar. Kepribadian Nanda yang baik membuat Ara senang bersahabat dengan orang baru itu. Ara dan Nanda banyak memiliki persamaan mulai dari sama sama gemar menulis, menyukai musik dan mengidolakan sosok Boycandra. Ya, penulis yang terkenal dengan kalimat kalimat manis di dalam puisinya. Ara bermimpi, kelak ia bisa bertemu dengan pria yang semanis idolanya tersebut.

                         ***

Fahri : Bukankah lucu, ketika banyak wanita yang ingin menjadi kekasihku tapi yang ku inginkan hanyalah kamu? Sedangkan kamu? Masih sibuk mencari pria yang sesuai dengan kriteria mu.
Fahri : Jangan berharap banyak kepada orang baru. Kembalilah, aku akan berubah menjadi lebih baik.

“LINE dari siapa?” tanya Nanda.
Ara hanya diam terpaku dengan pesan singkat yang terus muncul di layar ponselnya. Ini kesekian kalinya Fahri meminta Ara untuk kembali. Kembali menjalin hubungan dengannya. Bahkan tak jarang Fahri memaksa Ara untuk menuruti kemauannya. Fahri adalah pria yang kasar dan egois, maka dari itu Ara memutuskan hubungan mereka.
“Bukan. Bukan siapa-siapa.” jawab Ara kemudian.
“Eh, selesai kuliah nanti kita makan diluar ya.”
“Iya.” jawab Ara singkat, kemudian berlalu meninggalkan Nanda untuk masuk ke dalam kelas.

Setelah perkuliahan selesai, Ara bergegas menuju gedung Fakultas Ekonomi Bisnis. Disana ia menunggu Nanda. Sesuai kesepakatan, mereka akan makan siang diluar hari ini.
“Eh, Ra,” panggil Nanda dari kejauhan, “Sorry Ra, gue ada kerja kelompok. Tapi kalo lo mau ikut boleh ko abis itu baru kita pergi makan.”
“Hmmm..Boleh deh.”

                        ***
“Nih Ra, kenalin temen gue. Ini Arif, ini Rini dan yang sibuk itu Azka.”
“Hai. Aku Adhara atau panggil aja Ara.” jelas Ara memperkenalkan diri.
“Hai, gue Rini.”
“Gue Arif, salam kenal.”
Adhara tersenyum manis.
“Lo ga mau kenalan ka?” tanya Nanda
“Gue udah tahu dia.” jawab Azka singkat.
Dahi Ara mengerut, “Ohya?”
“Ya, tadi pas lo nabrak gue.”

Ara teringat kejadian tadi pagi. Saat ia sedang melamun menuju kelas dan tak sengaja menabrak seorang pria yang tak ia kenali rupanya.
“Oh. Itu kamu.”
Azka mengangguk tanpa mengeluarkan satu katapun.

-I hope you like this story guys :)
💞

My Stupid GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang