-Si Kutub Es-

196 12 2
                                    

Siang itu, setelah perkuliahan selesai. Ara menuju kantin yang berada tak jauh dari gedung utama kampus. Ia dan teman-temannya sengaja berkumpul disana untuk mengerjakan tugas minggu lalu.
"Ra, mau pesen apa?" tanya Dinar
"Air mineral botol aja deh."
"Oke.tunggu ya, gue sekalian ke toilet bentar."
Ara mengangguk.

Selang 3 menit, seseorang menghampiri Ara yang sedang asyik dengan ponselnya. Orang itu bukanlah orang asing. Ara tentu mengingatnya.
"Ra."
Ara terkejut, "Fahri?"
Fahri tersenyum sambil duduk dihadapan Ara.
"Aku kangen," ucap Fahri, "kamu engga?"
"Kamu ngapain sih disini?" tanya Ara yang mulai geram.

Tentu saja, kedatangan Fahri bukanlah hal yang diinginkan Ara saat ini. sejak hubungan mereka berakhir Ara melakukan berbagai cara agar menjauh dari Fahri. Tapi hari ini, Fahri menemuinya dikampus. Ditempat yang Ara anggap sebagai tempat paling aman untuk menghindari Fahri.
"Kan tadi aku bilang, aku kangen."
"Aku engga." jawab Ara ketus.
Fahri menggenggam tangan Ara, "Ra, plis kali ini aja turutin kemauan aku."
Ara beranjak dari meja kantin, "Fin, Lis gue kayanya ga bisa ikut kerja kelompok deh. Nanti tugasnya di bagi aja ya. Salam sama Dinar, maaf sebelumnya."
"Iya Ra, gapapa ko." jawab Fini dan Lilis kompak.

                  ***
Setelah menarik tangan Fahri untuk menjauh dari teman-temannya Ara mulai mendengarkan semua yang Fahri ucapkan.
"Ra, aku ga ada niat buat ganggu. Aku cuma mau kita balik kaya dulu," Fahri menggenggam tangan Ara, "Ra, aku masih sayang sama kamu. Aku mau berubah buat kamu. Tolong kasih aku kesempatan."
"Kesempatan? Kamu salah. Dari dulu aku selalu kasih kamu kesempatan dan kamu malah sia-siain itu jadi tolong, jangan ganggu aku lagi." Ara memohon.

Ara membalik badan berniat meninggalkan Fahri di koridor kampus tetapi Fahri malah menggenggam tangan Ara dengan erat hingga membuat Ara kesakitan.
"Lepas!" bentak Ara.
"Ga."
"Lo ga denger barusan dia ngomong apa?" ucap seseorang mendatangi mereka.

Fahri dan Ara terdiam memandangi sosok yang baru saja menghampiri mereka. Sosok pria tinggi dan tampan yang dikenal oleh Ara tapi tidak dengan Fahri.
"Lepasin tangannya." ucap pria itu sembari merebut tangan Ara.
Amarah Fahri memuncak,"Lo siapa?"
"Gue pacarnya."
"Ga mungkin. Mana mungkin Ara udah punya pacar."
Azka tersenyum sinis, "Kenapa ga mungkin? Kenyataannya gue pacarnya. Jadi ga usah ganggu dia lagi. ngerti?"

Azka menggenggam tangan Ara dan membawanya menjauhi Fahri. Tentu, Fahri sedang tidak baik-baik saja. Ia menyimpan dendam kepada Ara dan pacar barunya.

                          ***

Di danau dekat kampus, Ara duduk sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya. Azka yang saat ini sedang duduk di sebelah Ara tidak bisa berkata apa-apa selain menunggu gadis itu berhenti menangis. Azka adalah sosok pria yang cuek dan tidak peduli terhadap apapun. Maka dari itu sikapnya kali ini sukses membuat dirinya bingung sendiri. Ia selalu bertanya dalam hati apa yang sudah ia lakukan barusan? Mengapa ia sepeduli itu terhadap wanita yang baru saja dikenalnya?
"Makasih Ka." ucap Ara yang masih menangis.
"Yang tadi itu, gue ga serius ya. Gue cuma takut aja dia ganggu lo lagi makanya gue bilang gue ini pacar lo." jelas Azka dengan gaya cool nya.

"Araaa..." teriak Nanda dari kejauhan.
Ara menengok dan memeluk sahabatnya itu. Walaupun baru beberapa bulan dekat dengan Nanda, Ara benar-benar merasa nyaman bersahabat dengannya. Nanda memang sahabat yang paling mengerti Ara.
"Fahri ya Ra?" tanya Nanda.
Ara mengangguk.

                        ***

"Ra, Azka baik ya?" tanya Nanda sambil membersihkan rak bukunya.
"Iya. Kenapa? Lo suka?"
"Enak aja, justru gue mau deketin lo sama dia."

Ara bangkit dari kasurnya setelah mendengar pernyataan sahabatnya itu.
"Iya Ra, setau gue juga dia itu suka nulis puisi gitu. Cocok kan sama lo yang mau punya pacar kaya boycandra."
"Apaansih, ngaco. Lagian dia dingin," Ara tertawa, "kaya es batu."
Nanda ikut tertawa mendengar jawaban Ara, "Emang. Dia itu punya julukan loh dikelas."
"Apa?" tanya Ara penasaran.
"Kutub Es, soalnya cuek terus galak lagi. Makanya gue aneh pas dia nolongin lu."

Sedingin apapun sikap Azka, tetap saja Ara berhutang budi padanya. Andai saja Azka tidak menolongnya saat itu, mungkin Fahri sudah berhasil merayu Ara untuk kembali padanya. Ya, Ara adalah wanita yang lembut hatinya. Ia mudah tersentuh dengan hal-hal yang membuatnya sedih dan Fahri adalah pria yang pintar mengarang cerita. Ia sangat tahu kelemahan Ara, seringkali Fahri melakukan berbagai cara agar Ara luluh padanya.

-Jadi, apa Ara bakal Jatuh cinta sama Azka?-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Stupid GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang