"Katakan kalau itu bohong-ssu!" celetuk Ryōta dengan mata berair, Tetsuya menamparnya.
"Ini kenyataan, bukan mimpi, Kise-kun"
"Tidak usah menamparku juga, Kurokocchi!! Hidoi-ssu!" Ryōta memegangi pipinya yang telah ditampar pria berwajah malaikat itu.
Tetsuya tersenyum tipis, dan meminum vanilla milkshake yang masih tersisa. Shintarō membenarkan kacamatanya, menatap lurus pada Tetsuya dengan penuh tanda tanya.
"Kenapa kau menyukai orang yang merendahkan basket kita-nodayo?!"
Tetsuya terdiam. Dia baru sadar bahwa Nash yang meremehkan juga merendahkan permainan basketnya dan yang lain. Dia yang sudah mengejek mereka semua dengan sebutan monyet.
Tapi—
Nash tidak pernah memanggilnya monyet.
Hal itu membuat Tetsuya sedikit tersenyum.
"Kuro-chin kenapa tersenyum?"
"Aku tidak tersenyum"
"Kau jelas - jelas tersenyum tadi, Tetsuya"
"Aku tidak"
"Jangan mencoba menyangkalnya-nanodayo!"
"Kau salah. Mungkin karena lucky itemmu hancur, Midorima-kun tidak mempercayaiku?" Tetsuya menatap boneka beruang yang sudah terbelah antara kepala dan badannya itu
Shintarō hanya membenarkan kacamatanya dan menyembunyikan lucky itemnya dari penglihatan Tetsuya.
"Jelaskan sejujurnya saja pada kami, Tetsu"
"Lagipula, aku tidak terlalu peduli juga, dia akan kalah nantinya. Ceritakan padaku juga, kita kan teman, Kuroko"
Ujar kedua harimau itu— ya mereka mengucapkannya dengan tenang. Tapi aura liar mereka sebagai harimau dapat dirasakan jelas oleh Tetsuya.
"Tidak, Aku bilang hanya mungkin. Bukan berarti aku benar menyukainya"
"Mou, Terserah Kuro-chin saja"
Akhirnya Seijūrō menyuruh mereka pulang, kecuali Tetsuya. Seijūrō mendekatkan dirinya pada Tetsuya dan menatapnya intens.
"Tetsuya.. Jika ada sesuatu kau bisa mengatakan kepadaku, kau percaya padaku 'kan?"
Seolah - olah 'kan' itu mengisyaratkan Tetsuya untuk berkata "ya". Karena pria di hadapannya ini menganggap dirinya absolut.
"Tentu saja, Akashi-kun" Seijūrō tersenyum penuh kemenangan. "Tapi.. Tidak ada yang terjadi, antara aku dan Nash-kun" lanjut Tetsuya.
Senyum Seijūrō memudar, tangannya meraih helaian rambut halus Tetsuya bak butir - butir gula itu.
"kun? Kau menggunakannya terlalu awal, Tetsuya. Kau bahkan dipandang rendah olehnya— "Ti— A- gomen, Akashi-kun. Lanjutkan kalimatmu"
Tetsuya hampir mengatakan "Tidak, dia tidak memandang rendahku". Tapi ia tidak mau makin lama terhanyut dalam interogasi Seijūrō.
"Hah.. Kau tau kan, Tetsuya. Aku selalu ada disisimu, jika kau ada masalah aku selalu siap, kapan pun itu" Seijūrō masih mengelus - elus rambut halus Tetsuya.
Tetsuya hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia berharap.. Jika percakapan ini cepat selesai.
"Yasudah, pulanglah, Tetsuya" tutup Seijūrō, lalu bangkit dari tempat duduknya dan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the Last Game
FanfictionPria pirang yang diketahui bernama Nash Gold Jr. itu memiliki ketertarikan pada pria berbau khas vanilla, Kuroko Tetsuya. Tetsuya agak menyesal menyusulnya ke Sapporo untuk bertemu yang kedua kalinya, Karena sepertinya Nash sangat menginginkan Tets...