Angin berhembus pelan menerpa wajah gadis itu. Entah sudah berapa lama ia duduk dikursi balkon kamarnya. Pandangan nya pun tak lepas dari pintu yang berada diseberang apartemennya.
"Carooollll!"
Gadis itu menghentikan kegiatannya sejenak seraya memutar bola matanya, ia sudah muak dengan pengganggu yang satu ini."Kenapa kau selalu mengganggu urusanku?" ucapnya melepaskan kekesalan pada pengganggunya itu.
"Aku tidak mengganggu. Lagi pula aku kan belum mengucapkan apa pun yang mengganggu."ujar gadis itu membalas ucapan sahabatnya.
"Hmm... Baiklah. Apa maumu?"
Sambil membalikkan badan untuk melihat sahabatnya itu.
"Sederhana saja. Dekati dia atau jangan melihatnya lagi." ucapnya sambil tersenyum evil.
"Perkataan macam apa itu? Apa kau sudah gila?"
"Bagaimana mungkin aku mendekatinya toh kenal saja tidak!"
"Makanya aku menyuruhmu memilih, mana tau dengan kamu mulai menyapanya dia bisa menyukaimu." Ujar gadis itu- Elina.
"Tapi aku takut dia malah menjauh."
"Tak ada hasil yang mengkhianati usaha, kalau kamu sudah berusaha pasti hasilnya akan sesuai dengan apa yang kamu usahakan."
"Okay, akan ku coba." ucapnya sambil tersenyum.
🍁🍁🍁
Carol baru saja memasuki basement yang menghubungkan dua apartemen, iya apartemennya dan apartemen Lucas, lalu ia melihat Lucas yang akan keluar dari basement.
'Haruskah aku menyapanya? Iya? Tidak? Iya? Tidak?'
Pertanyaan itu terus berputar dikepala Carol, ketika Lucas akan melewatinya Carol membuka suara.
"H-hai."
"Hmm, hai, apa aku mengenalmu?" Ujarnya sambil melihat Carol.
"Tidak, tapi aku sering melihatmu di gedung Biru."
"Kamu tinggal dimana?" Ujar lelaki nan tampan itu.
"Di gedung tosca" 'sejajar dengan apartemenmu' tambahnya dalam hati. Lucas pun mengangguk mengerti.
"Lucas Malfoy, Boleh aku tau namamu?" Ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"Tentu, Carolina Watson."membalas uluran tangan Lukas.
🍁🍁🍁
Setelah, perkenalan yang singkat itu mereka jadi sering bertemu dan menyapa. Bahkan mereka pun saling bertukar kontak. Kadang butuh sebuah keberanian untuk mewujudkan angan-angan.
10 maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diam
Short StoryIni bukan tentang perasaan yang tak terbalas. Ini lebih kepada hati yang tak dapat berbicara. Hanya alunan musik yang menyaksikan kecintaanku padamu, Sang Pencuri Hati. "sekali lagi terima kasih telah menjadi sosok yang dapat kukagumi."