Kindness

7 0 0
                                    

Don't ever think that everyone who leaves want to ~ Weheartit 


Dia menghampiriku ketika aku membutuhkannya. Seperti biasa, dia selalu memprioritaskan orang lain daripada diri sendiri. Menurutku, itu terlalu baik! 

"Gua pusing, jurnal gak balance mulu!", aku mulai bersandar di kursi panas yang mulai makin panas ketika aku bekerja. 

"Mulai pesimis, sini gue bantuin buuuu!", dia menghampiriku sambil menggeserkan kursi ku untuk bisa mengerjakan jurnal yang tak karuan. 

Aku hanya duduk disampingnya, melihat dia mengerjakan jurnalku. Ini adalah tugasku tapi aku tidak bisa dengan perbedaaan bahasa yang harus aku kerjakan. Shit! Kenapa harus beda bahasa gini sih jurnal juga, ketusku!

"Kalem, gua terjemahin buat lo!", dia mendengar ketusku.

Bagiku, dia seperti rekan kerja yang multi talented, tak harus ambil pusing mengenai pekerjaanku, dia selalu membantuku untuk menyelesaikannya sampai dimana dia harus pergi dari kantorku.

Beberapa minggu kemudian ~ 

Tiba-tiba handphoneku berdering, Abdul meneleponku terus menerus seperti ada yang harus dia sampaikan. 

"Hallo?", 

"Iya Hallo, ini gue Abdul", 

"Iya gua tau lu telepon, kenapa?", aku merasa ada yang aneh dengannya akhir-akhir ini. 

"Gua mau minta saran, urgent banget!", 

Tiba-tiba aku tidak menjawabnya, ada apa dengannya? Tidak biasanya dia meminta saran seperti ini, biasanya aku yang selalu meminta pendapat atau saran darinya. 

"Hallo", dia memanggilku kembali, 

"Iya kenapa? Sorry gua ngelamun sebentar", aku menjawab teleponnya, 

"Masih aja lo bisa ngelamun, parah banget, HA HA", dia tertawa diseberang sana, 

"Biarin aja sik, lu minta saran apa?", aku menjawabnya sambil ketus, 

Tiba-tiba dia langsung serius dan mengatakan beberapa hal kepadaku, 

"Gua harus pilih siapa? Gua harus bantu siapa? Kalo gua bantuin bos gua, gua gabisa ke kantor lu lagi, gabisa bantuin kerjaan lo lagi, tapi kalo gua pilih bantuin bos lu, gua bisa ketemu lo disana!"

Seketika aku tidak bisa mengatakan apapun kepadanya, aku harus berpikir dengan baik agar keputusan ini bisa memberikan yang terbaik untuknya. 

"Hmm, menurut gua, lu bantuin bos elu aja, Abdul! Bos elu lebih membutuhkan elu daripada disini. Urusan laporan, gua bisa minta bantuan lu diluar aja, Oke?"

Sebelumnya, ini soal urusan WNA, aku tak terlalu paham mengenai urusan atau permasalahan ini dan aku tidak ingin membahasnya disini. 

"Oke, gua ambil saran dari lo! Gua pergi dulu. Doain gua supaya semuanya berjalan dengan baik, oke teteh?", dia sambil tertawa memanggil gua dengan ejekan teteh. 

"Wtf lo! Oke bye, take care", aku menjawabnya sambil nada ketus kepadanya, 


Dia teman baikku di tahun 2018

His Name Is AbdulWhere stories live. Discover now