Mereka mungkin menyadari, hati yang terluka tidak mungkin sembuh sendiri. Senyum menawan, tawa menyenangkan, tapi menyembunyikan luka goresan. Dan beberapa kejadian tidak bisa dihapuskan oleh waktu, terkubur dalam kenangan, entah itu menyenangkan atau malah menyakitkan. Dan sebagian besar dari mereka, adalah orang-orang yang tahu caranya melukai, namun tidak bisa menyembuhkan luka yang sudah diukir dalam hati.
🐝🐝🐝
Matanya menatap tempatnya berdiri dengan sendu, ia berjalan mendekat ke pintu masuk. "Kamu yakin?" Suara seseorang membuatnya berhenti berjalan, ia tersenyum tipis pada wanita di sampingnya.
"Yakin, meskipun ragu, siapa yang mau mendekat?" Ia berujar pelan, ucapannya membuat wanita itu menghela napas.
"Tapi jangan jauh juga, kamu 'kan gak kenal siapa-siapa di sana," kata wanita itu.
"Lebih baik begitu, tan. Daripada Ada tapi seolah tidak ada, aku juga sadar diri," sahutnya. Wanita itu tidak bisa menjawab ucapannya lagi, ia hanya menunduk.
"Ya sudah, kamu hati-hati ya, jangan disamakan Indonesia sama kaya negara lain, jaga kesehatan, jaga diri, jangan lupa untuk telepon tante," ujar si wanita yang dibalas anggukan.
"Iya, tante juga ya. Aku pergi sekarang, pesawatnya udah mau berangkat," ia memeluk tantenya lalu segera masuk ke dalam pesawat.
Ia duduk sambil menatap pemandangan di atas awan, ia menghela napas panjang, senyum tipis tersungging di bibirnya ketika mengingat dia, namun berubah miris begitu mengingat perkataan dia. Banyak hal yang ingin ia sampaikan, namun semua itu tertahan, kepercayaan tidak lagi berada di tangannya. Hal yang disebut kepercayaan itu sudah menguap entah ke mana, bersatu bersama udara dan menghilang.
Indonesia, ia akan merindukan negara kelahirannya, merindukan segala hal yang ada di dalamnya. Namun ia memang harus pergi, bukan hanya untuk menenangkan dirinya, tapi juga untuk menyembuhkan hatinya yang remuk. Sebutir air mata mengalir, ia mengusapnya. Padahal hampir semua orang yang mengenalnya tahu bahwa ia tidak suka menangis. Pantang baginya untuk menangisi hal tidak berguna. Tidur sebentar sepertinya ide bagus, melupakan beban yang ia pikul untuk sementara.
Ia tidur, sesekali ia mengerutkan keningnya lalu air mata menetes kembali, bahkan dalam dunia mimpi pun ia masih bisa merasakan sakitnya pengkhianatan. Ia terbangun begitu merasakan pesawat berguncang kuat. Terdengar para penumpang menjerit ketakutan, masker oksigen bergelantungan yang langsung diambil dan dikenakan oleh seluruh penumpang.
Ia memejamkan matanya, hingga ia merasakan bahwa pesawat itu meluncur turun dengan kecepatan tinggi, lalu ia merasakan kesulitan bernapas karena paru-parunya penuh air.
"Meskipun hadirku tak nampak bagimu, aku terima. Meskipun diriku tak berarti bagimu, aku terima. Maafkan diriku, aku tahu beban ini begitu berat, aku terima. Selamat tinggal, dan kumohon, berbahagialah."
Hai, semoga suka ya sama cerita baru saya. Jangan lupa vote dan commentnya;)❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD REPUTATION
Teen FictionKarena memang sejak awal memaafkan adalah hal termudah, namun yang sulit adalah melupakan. Luka itu menyakitkan, ia hinggap sebagai kenangan. Sulit untuk dibuang, dan enggan untuk terulang. Melva tahu dirinya tak sempurna, fisik dan harta juga buka...