Oneshoot

1.7K 168 25
                                    

Suara petir yang menggelegar-gelegar di atas langit gelap menyentak aktivitas menulis Sasuke di depan layar komputer. Ia tak ingat jika ramalan cuaca mengatakan hari ini akan turun hujan deras, bahkan sampai nyaris terjadi badai seperti ini. Setahu Sasuke, pagi tadi cuaca sangat cerah. Pagi yang seharusnya terasa sejuk dengan sorotan lembut mentari pagi justru malah terkesan terik seperti siang hari. Jadi tentu saja akan aneh jika terjadi hujan deras seperti sekarang.

Uchiha Sasuke yang notabene-nya adalah seorang penulis lepas di beberapa perusahaan surat kabar dan majalah terpaksa menunda pekerjaannya hanya untuk sekedar mengecek, apakah pakaian yang baru saja ia cuci tadi pagi terkena cipratan air hujan di halaman belakang atau tidak. Dan untungnya jemuran yang tergantung di dekat langit-langit beranda belakang rumahnya tidak basah karena jaraknya cukup jauh dari guyuran air yang mengalir jatuh di atas genting rumahnya.

Helaan napas ringan mengalun lembut dari sela-sela bibirnya yang tipis dan merah. Sasuke berniat kembali ke kamar, sebelum suara bel rumah yang berbunyi mengalihkan arah tujuannya yang semula. Bunyi bel yang beriringan dengan suara ketukan pintu dan juga suara familiar yang memanggil-manggil namanya adalah hal yang ia dengar ketika hampir mendekati gagang pintu oak berdahan dua. Sasuke segera membuka pintu itu setelah memutar anak kunci sebanyak dua kali. Sekarang ia tengah berhadapan dengan si pelaku pengetukkan pintu dan ia juga melihat betapa kuyupnya tubuh tan yang bergetar dengan rona pucat di wajah itu.

"Apa yang kau lakukan, Dobe?! Kau tidak pernah mendengar benda bernama 'Payung', hah? Jangan menunjukkan sikap yang semakin membuktikan kalau dirimu ini benar-benar seorang dobe yang idiot!"

"Sasuke …"

Cercaan sebal Sasuke diputus oleh sebuah suara yang mengalunkan nada lirih dan serak dari bibir bergetar Naruto. Wajah pias yang seharus berseri-seri kini terlihat seperti mayat hidup. Senyum charming sehangat mentari pagi yang biasa Sasuke lihat juga tak ada. Yang ada hanya ekspresi kesakitan dan juga dingin yang membuat tubuh si pirang menggigil hebat.

"Kau … Dobe …" Sasuke menghela napas lagi, namun kali ini penuh akan kasih dan sayang. Bibir tipisnya melengkungkan senyum maklum sembari menyentuh lengan Naruto yang dingin seperti es batu di dalam freezer. Keningnya mengernyit heran, mengapa tubuh Naruto keras sekali seperti boneka lilin. "Ayo, masuklah ... Kau perlu mengeringkan tubuhmu ini dan juga mengganti pakaianmu agar tidak masuk angin. Aku akan menyiapkan air hangat untukmu. Dasar, Dobe … kau bisa mati konyol hanya karena menerobos hujan deras tanpa pertahanan seperti ini. Lagipula untuk apa kau kemari mendadak begini, hah?"

Naruto tersenyum tipis yang terlihat seperti ringisan di mata kelam Sasuke. Pria blonde yang baru saja genap berusia 24 tahun itu mendekatkan tubuhnya hingga merapat pada Sasuke yang diam membeku. Tidak biasanya Naruto bersikap begini, walaupun dirinya yang biasa juga tak jarang bertingkah kekanakan atau manja jika berduaan dengan dirinya. Tapi untuk kali ini sikap Naruto terlalu pasif atau mungkin ini karena efek dingin dan menggigil yang ia rasakan. Oh astaga, Sasuke sampai lupa membawa masuk kekasih bodohnya itu. See? Siapa yang Dobe sekarang?

Lagi-lagi Sasuke meringis. Menertawakan kebodohannya sendiri yang cukup langka.

"Ayo, kita ke kamarku," bisik Sasuke lembut. Mendekap balik Naruto yang seperti tak ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Sasuke.

Sesampainya mereka berdua di dalam kamar, Sasuke segera mendudukkan Naruto di tepian kasur. Tak peduli jika rembesan air yang menetes-netes di pakaian dan tubuh Naruto akan turut membasahi seprai kasurnya, yang Sasuke pikirkan adalah bagaimana caranya membuat Naruto segera hangat.

"Buka pakaianmu, Naruto. Lalu taruh di keranjang kotor. Setelah itu keringkan tubuhmu dengan handuk ini, aku akan menyiapkan air hangat untukmu—" Kedua tangan Sasuke terhenti di udara. Naruto baru saja menahan pergerakannya untuk menyerahkan handuk kering miliknya. Sekarang Sasuke bingung ketika merasakan cengkeraman bergetar Naruto menariknya perlahan-lahan untuk mendekat.

I Love You, Sayonara ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang