The Truth Untold

75 6 20
                                    

Yoongi tidak tahu bahwa mengakui kegelapan masa lalu menjadi hal yang sangat melelahkan. Ia lelah dalam mencari cara yang tepat dalam penyampaiannya. Ia lelah memikirkan bagaimana tanggapan yang akan ia terima jika ia benar-benaar mengakuinya. Bagaimana jika kekasihnya tidak bisa menerima ia di masa lalu? Kalaupun kekasihnya bisa menerima, bagaimana dengan keluarga kekasihnya tersebut? Bukankah suatu hubungan bukan hanya tentang ia sendiri dengan kekasihnya? Bukankah suatu hubungan juga menyatukan dua keluarga yang tidak mengenal sebelumnya? Lalu, bagaimana jika ia ternyata telah memiliki cacat diawal?

Sudah dua tahun Yoongi menjalin hubungan dengan kekasihnya. Dan selama dua tahun itu, ia tidak pernah membahas mengenai masa lalu masing-masing. Bukan ia tidak ingin mengetahui masa lalu dari kekasihnya, ia hanya tidak siap jika harus mengutarakan sisi gelapnya di masa lalu. Bukankah suatu hubungan harus adanya saling keterbukaan? Tetapi, apakah cacat di masa lalu juga harus di buka sekarang? Bukankah dalam suatu hubungan, setiap pasangan harus menerima sebagaimanapun pasangannya di masa lalu? Yoongi dilema mengenai hal itu.

Oppa, mengapa Oppa terlihat murung bebarapa hari ini? Apa yang Oppa pikirkan?” kekasih Yoongi menyadari kegelisahannya.

Yoongi tersentak beberapa saat. Setelah itu ia mampu mengendalikan keterkejutannya.

Yoongi pribadi yang terlihat dingin dan tidak banyak bicara sebenarna. Tetapi ia adalah seseorang yang sangat pemikir. Apapun yang mengusik pikirannya, ia akan benar-benar memikirkannya sampai ke akarnya.

Apa yang harus ia lakukan dan bagaiamana tanggapan orang lain mengenai setiap hal yang ia lakukan. Tetapi terpulang dari itu semua, ia bukan pribadi yang pandai dalam mengutarakan pemikirannya kepada orang lain. Ia akan menyimpannya sendiri entah sampai kapan. Ah, mungkin sampai ia benar-benar yakin untuk mengungkapkannya kepada orang lain. Bahkan kepada keluarganya sendiri.

“Ah, gwencana, Chagiya. Oppa tidak memikirkan apa-apa.” Jawab Yoongi dengan menunjukkan gummy smile-nya. Diusaknya rambut kekasihnya dengan lembut.

“Benarkah, Oppa? Jika Oppa ada masalah, Oppa jangan pernah sungkan untuk memberitahuku, ne?”

“Tentu saja,” jawab Yoongi singkat.

***

Hi, Hyung. Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu, Hyung?”
Sebuah suara mengejutkan Yoongi saat ia tengah duduk di salah satu cafe bersama dengan kekasihnya.

Canda tawa yang sebelumnya membuat buncahan bahagia di hati Yoongi seketika tergantikan dengan aura gelap yang hanya ia yang merasakannya. Yoongi tidak menyangka bahwa suara itu akan kembali didengarnya setelah delapan tahun berlalu.

“Apakah ini kekasihmu, Hyung?” suara itu kembali menginterupsi pendengaran Yoongi yang tidak bergeming sedikitpun dari posisinya sebelumnya. Matanya menerawang jauh. Jiwanya seperti tidak ada pada dirinya. Yoongi membeku saat kalimat berikutnya meluncur dari seseorang yang menyapanya tersebut.

Annyeong, Jimin imnida. Seseorang yang sepertinya Yoongi Hyung telah lupakan?” Kekehan singkat terdengar dari mulut seseorang tersebut.

Yoongi merutuki mulut seseorang yang diketahui bernama Jimin itu. Seseorang yang sangat dikenalnya di masa lalu. Seseorang yang berhasil memporakporandakan dirinya di masa lalu dan di masa saat ini, detik ini. Ingin sekali rasanya Yoongi memberikan pukulan pada mulut pencetak senyum manis di hadapannya dan kekasihnya tersebut. Andai ia tidak ingat jika itu akan menguak kembali kegelapannya.

Annyeong, Jisoo imnida. Kekasih Yoongi Oppa.” Jawab Jisoo bersemangat.

“Ah, benar. Ia kekasihmu, Hyung?” Jimin bertanya kepada Yoongi dengan memberikan senyuman manisnya. “Selera Hyung tidak pernah berubah, eh?” Jimin kembali bersuara yang berhasil membuat kerutan di dahi Jisoo semakin dalam.

The Truth Untold (Min Yoongi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang