Prolog

3 0 0
                                    

"Keren banget nggak sih, bos lu itu, Nat?"

"Iya dia keren. Trus lu mau apa, Sar? Inget, ada anak sama laki lo."

"Yaelah, emang lu kira mau gue embat ? Yah enggaklah, gua tau diri kali. Maksud gue itu, buat lu. Udah mau 30 tahun, Nat. Masih seneng aja menjomblo."

Seseorang di balik telepon genggam ku mulai membahas ini lagi. Sarah namanya. Sahabatku dari zaman SMA. Kita sahabatan ber-4. Sarah, Fitri, Yuan, dan aku. Kami terkenal sebagai geng yang brisik tapi berisi. Bukan badannya. Otak sama kecantikan kami berisi banget. Berbobotlah. Tapi, karunia kecantikan yang kami miliki tak sembarangan.

Dari kami ber-4, baru Sarah yang menikah. Bukannya kami yang lain nggak laku. Tapi seperti kataku tadi, kami nggak sembarangan dengan kecantikan kami. Ada banyak kriteria yang kami miliki dalam memilih pasangan.

Salah satu penyebab aku belum memiliki pasangan sampai hari ini. Yuan dan Fitri sudah punya pasangan yang karena anugerah Tuhan, mereka setia dan sudah teruji.

Aku selalu dirongrong mereka bertiga untuk masalah pasangan. Sampai panas sendiri kupingku kalau bahasannya pasangan mulu.

"Sudah ada Tuhan yang ngatur, Sar." Jawabku. Mataku tetap tertuju kearah layar komputer yang memampangkan sejumlah data perusahaan yang harus ku kerjakan. Banyak kerjaan, banyak nasihat. Bisa meledak kepalaku.
"Emang Tuhan udah ngatur, Nat. Tapi sebagai manusia yang punya akal sehat, Tuhan juga butuh usaha lu buat nyai. Bukan ongkang-ongkang kaki aja."

Diakhir kalimatnya, aku mendengar tangisan bayi di seberang sana. Anaknya Sarah nangis, sepertinya. Terima kasih baby girl, kamu menyelamatkan hidup tante dari mulut panas mamamu.

"Udah dulu yah, Nat. Anakku nangis. Inget yah nat, jodoh itu udah disiapkan. Tapi pakai akal sehat kamu buat nyari menemukan dia" Sarah berbicara dengan lembut.
"Udah dulu yah, bye"

Sambungan telpon tertutup tanpa sepatah kata pun dari mulutku. Yah, aku senang mereka perhatian begini. Tapi kalau masalah hati, aku belum bisa melangkah jauh. Aku sama sekali tidak mempermasalahkan umurku yang hampir 30.

Walaupun di kota kecil sana orang tuaku menunggu, akan ada seseorang yang datang bersama anak gadisnya untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan masa depan.

Seorang pria yang bisa melindungi dan memahami anak gadis mereka. Aku hanya bisa menghembuskan napas panjang. Sepertinya aku harus mulai melangkah lebih jauh. Mengubur segala keraguan.

Aku menegakkan posisi dudukku. Baiklah, selesaikan pekerjaan ini dan kita diskusikan hal ini bersama.

-------------------------------
Oke, Selamat Pagi
Selamat menikmati...

Vfmnz

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Missing The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang