00: PROLOGUE

461 58 6
                                    

"Love looks not with the eyes, but with the mind,
and therefore is winged Cupid painted blind."
— A Midsummer Night's Dream (William Shakespeare, 1596) —

:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧:・゚✧ *:・ :・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧:・゚✧ *:・

Satu...

Dua...

Tiga...

Perlahan-lahan, dua mata itu terpejam. Posisi tubuhnya sudah telentang, tak lupa kesepuluh jari tangan yang saling berkaitan satu sama lain.

Satu...

Dua...

Tiga...

Pemuda itu menghembuskan nafasnya dengan teratur.

Satu...

Dua...

Tiga...

Semesta dalam benaknya mulai bergejolak, membentuk sebuah rangkaian-rangkaian harapan yang tak terpikir olehnya. Membentuk sebuah kehidupan yang tak dikenalnya.

Satu...

Satu...

Pemuda itu mulai melupakan hitungannya sendiri. Indra pendengarannya seolah-olah menajamkan kepekaannya. Ia tak mendengar suara apapun saat ini, bahkan suara aircon yang menemaninya sebelum tidur sudah tak terdengar lagi.

Nol...

Setelah menyebut angka 'nol', kedua mata pemuda itu terbuka dengan sendirinya. Ia terbiasa melakukan hal ini, menjelajahi apa yang dilihatnya lewat mimpi yang menemaninya selama ia masih memejamkan mata dan tertidur lelap menunggu esok.

Sayangnya, ia tak mengenal tempat ini.

Raut wajahnya keheranan, sorot matanya menunjukkan bahwa dirinya tersesat.

Ini aneh, tak seharusnya aku kemari. Dimanakah ini?

Langkah kakinya terdengar ringan, seperti kapas tipis. Pemuda itu kerap berjalan lurus, berharap untuk sesegera mungkin menemukan pintu keluar dari tempat ini.

Lurus...

Lurus...

Ia menemukan sebuah tempat—mirip dengan loket untuk membeli tiket kereta api, atau tiket untuk menonton film di bioskop. Tanpa basa-basi, pemuda itu datang ke arah seorang 'penjaga loket'. Penjaga itu menggunakan jubah panjang berwarna hitam dan topeng putih dengan ukiran berwarna emas. Pemuda itu tidak membawa apapun, bahkan sekeping uang di dompetnya saja ia tak bawa. Namun penjaga bertopeng itu tahu. Ia hanya memberikan sebuah kotak yang berisikan kunci ke arah pemuda itu.

"Bawalah."

Pemuda itu mengambil kuncinya lalu mengangguk ke arah penjaga loket itu. Ia bingung, untuk apa kunci ini? Ia tak mengerti. Dirinya sedang dimana saja ia tidak tahu.

Langkah kakinya terus mengarah ke depan, tanpa teralihkan. Tatapan matanya lurus ke depan, dan langkahnya berangsur cepat. Tak lama kemudian, pemuda itu berhenti. Tepat di depan sebuah pintu yang besar. Ia kembali melihat ke arah tangan kanannya yang memegang kunci.

Kunci itu dipasang dan pintu terbuka lebar. Terlihat seorang gadis dengan rambut merah bermahkota mutiara dan gaun putih yang berkibar halus tertiup oleh angin. Gadis itu berdiri di atas sebuah podium yang tinggi. Pemuda itu terdiam sejenak, matanya mulai membesar.

Ia tak memercayai apa yang dipandanginya.

Ini maksudnya apa ya?
Apakah arti dari pertemuan ini?

:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧:・゚✧ *:・ :・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧:・゚✧ *:・

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang