01: Imagine

373 60 12
                                    

"I like nonsense. It wakes up the brain cells.
Fantasy is a necessary ingredient in living."
— Dr. Seuss —

:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧:・゚✧ *:・ :・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧:・゚✧ *:・

01. Imagine

"Jeon Jungkook—!"

"Ya, Pak Seokjin?"

"Kamu paham apa yang saya katakan?"

Oh tidak, gumam Jungkook.

"Kau ditugaskan bersama dengan 4 orang lainnya untuk belajar di sana." ucap Presdir Seokjin, seolah mengetahui isi kepala Jungkook. "Ah, iya—ditugaskan. Ke mana, Pak?" tanya Jungkook. "Ke Melbourne, karena kalian yang saya percaya untuk menggerakkan perusahaan ini." jawab Presdir Seokjin dengan penuh keyakinan.

"Ah, Pak... Tapi—"

"Tidak ada kata tapi karena saya juga sudah menetapkan hal itu berdasarkan kesepakatan rapat seminggu yang lalu."

Jungkook menghela nafas lega. Setidaknya pemuda itu terbebas dari permasalahannya di Seoul. Cinta yang tak terbalas, ataupun perasaan terasingkan yang kerapkali membuatnya lelah. Pemuda itu lebih lelah lagi ketika melihat orang-orang di sekitarnya datang hanya ingin meramalkan masa depannya.

Pemuda itu tahu, ia memiliki kemampuan itu. Kemampuan membaca masa depan lewat mimpi.

Namun, mimpinya semalam membuatnya bingung dan hilang kendali. Dimanakah dirinya? Siapa gadis berambut merah itu?

"Jungkook, jangan bilang kau sedang memikirkan mimpi-mimpimu itu."

Suara Presdir Seokjin seketika membangunkan dirinya dari dunia imajiner yang dibangun oleh otaknya.

"Ah, maafkan saya, Pak." gumam Jungkook. "Tidak masalah, aku hanya takut kau kehilangan fokus karena mimpi-mimpimu itu." kata Presdir Seokjin. Jungkook mengangguk, atasannya sendiri saja takut apabila segalanya hancur karena mimpi-mimpinya—bagaimana dengan dia?

"Kembalilah ke ruang kerjamu, diskusi lagi sama yang lain mengenai ke Melbourne. Kalian mulai berangkat dua minggu lagi." kata Presdir Seokjin, memberikan mandat ke arah Jungkook. Pemuda itu mengangguk lalu membungkukkan badannya, dan melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar ruang Presdir. Ternyata, 4 pasang mata sedang menunggunya di lobi yang terletak di depan ruangan Presdir.

"Gimana? Kamu ikut ke Melbourne kan?" tanya salah satu dari mereka, yang disambut dengan anggukan dari Jungkook. "Asik—! Ada penyelamat kita lah, setidaknya kita punya cenayang satu!" ucap salah satunya lagi, yang terlihat paling ceria. "Hoseok-hyung, kita kan datang ke Melbourne bukan untuk ramal-ramalan." kata Jungkook. Yang bernama Hoseok hanya bisa terkekeh. "Ya kan setidaknya kamu bisa memprediksi gitu, walaupun lewat mimpi. Ya nggak, Namjoon?" jawab Hoseok, sembari menyikut seorang pemuda yang paling tinggi di antara mereka semua. "Eh, tapi kamu mimpiin apa semalam? Yoongi-hyung cerita kalau kamu mimpi aneh gitu." tanya Hoseok. "Hei, aku tidak ada menceritakan hal itu." ucap seseorang yang bernama Yoongi.

"Ah, tidak ada. Semalam hanya mimpi diberi kunci saja. Tidak aneh."

Yoongi melengos. "Kukira kau bermimpi aku akan menikah hari ini."

"Jodoh nggak mungkin muncul lewat mimpi, Hyung. Lagipula, mimpi hanya bunga tidur." kata Jungkook—dengan intonasi penuh keraguan. "Tapi, apa yang kau impikan selalu menjadi nyata. Entah itu kapan, pasti saja ada yang pernah sekilas datang ke mimpimu." ucap Hoseok.

"Ah, terlalu klenik kalian ini. Percaya saja dengan ramalan takhayul." ucap Namjoon, padahal dirinya selalu antusias mendengarkan 'kisah mimpi' dari Jungkook. "Sudahlah, lanjut kerja gih, nanti kita nongkrong lagi." ucap Yoongi. "Di mana? Rumah Jimin" tanya Hoseok. Sang empunya rumah menggelengkan kepalanya. "Ibu negara sedang membawa dua nyawa, dia nggak suka lihat yang ramai-ramai." kata Jimin.

"LAH? ISTRIMU HAMIL?"

Jungkook, yang sebenarnya mengetahui hal itu, juga membelalakkan matanya tak percaya. Ia sangat ingat dirinya sempat bermimpi tentang kehamilan Seulgi, istri Jimin. Namun, ia tak menyangka bahwa mimpinya cepat menjadi kenyataan.

"Selamat ya—!"

"Akhirnya kita punya keponakan!"

"Udah dikasih nama belum?"

"Udah berapa bulan Seulgi hamil?"

"Seulgi mau dibawain apa, Jimin?"

Riuh-rendah suara dari teman-temannya itu tak membuat Jungkook berkutik. Ia masih memikirkan apa yang diimpikannya semalam, apakah itu segera terjadi?

Gadis rambut merah itu?

"Woi! Bengong terus cenayang kita. Kerja lagi yuk? Pulangnya beliin Seulgi makanan, mau ikutan?"

Jungkook mengangguk ke arah teman-temannya itu dan melanjutkan hari-harinya.

***

"Roseanne?"

Sang wanita berambut panjang dan merah mendekat ke arah seorang pemuda dengan potongan rambut mullet berwarna hitam, langkah wanita itu terlihat sangat hati-hati, dan penuh getaran.

"Ya?" tanya wanita bernama Roseanne itu, ke arah pemuda dengan rambut mullet. "Mau ke mana?" tanya pemuda itu, dengan nada hati-hati. "Tidak, aku hanya mau—"

"KEMANA?!"

Sorot pandang pemuda itu mulai menggelap, seluruh angin dingin rasanya mulai merasuk hingga ke tulang Roseanne.

"A—aku—a..."

"JAWAB!"

"T—Tae..."

Pria itu melangkah cepat, Roseanne mulai berlari perlahan layaknya tikus yang bertemu dengan ular, wanita itu mulai menyelamatkan diri dari terkaman sang ular. "STOP!"

Suara berat pemuda itu terdengar menggelegar hingga terdengar ke seluruh rumah, namun wanita itu tetap berlari ke arah pintu keluar, tak mendengarkan panggilan dari pemuda itu.

"ROSEANNE PARK!"

Pemuda itu mulai mengejar Roseanne, membuat wanita itu mempercepat langkahnya. Mengapa pintu keluar rumah ini terasa amat jauh?

Roseanne bernafas lega karena telah menemukan pintu keluar rumahnya, dan sang ular masih terlihat jauh di belakangnya. Ia membuka pintu keluarnya dan menutupnya rapat, lalu berlari sekencang mungkin—membebaskan diri dari terkaman sang ular. Jalanan kota Melbourne terlihat dengan nyata di pandangannya yang mulai rabun dan berair. Segarnya anginpun tak diacuhkan olehnya.

Oh Tuhan, mengapa ia sekejam ini?

Gadis itu memejamkan matanya, titik demi titik air keluar dari mata coklat gelapnya. Ia terduduk perlahan, sembari menjambak mahkota panjang merah miliknya.

Se-tidak berharga itukah aku?

:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧:・゚✧ *:・ :・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧:・゚✧ *:・

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang