1

17 2 0
                                    

Hari pertama kuliah, suasana kantin cukup ramai, mulai dari mahasiswa tua yang rambutnya sudah melebihi bahu sambil memegang rokok, sampai mahasiswa baru yang bergerombolan. Briana tidak bergabung dengan gerombolan itu, ia lebih menikmati ke kantin sendirian, atau jika ada Layla tentu ia akan bersama Layla, tapi apa boleh buat, adik kelas masa SMA nya itu berbeda fakultas dengannya.

Sambil memegang semangkuk bakso ia mengamati sekeliling mencari kursi kosong ditengah keramaian kantin, matanya jatuh pada meja kecil di sudut kantin dengan sisa satu kursi kosong.

"Sorry, boleh duduk disini?" yang ditegur melihat ke arah Briana sambil mengangguk dan tersenyum.

"Maba ya?" tanya laki-laki yang sedang menikmati siomay di hadapan Briana.

"Iya, kok tau? Padahal gue ga pake nametag," jawab Briana sembari duduk.

"Keliatan aja sih dari mesan makanan sampai nyari tempat duduk bingung gitu."

"Hahaha merhatiin banget lo, kenalin Briana," kata Briana sambil mengulurkan tangannya.

"Adam tapi bukan Adam Levine."

"Haha iya tau, Muhammad Adam."

"Kok tau?"

"Tuh nametag lo."

"Oh iya hehe." kata Adam yang reflek melirik ke nametagnya. "Dari Jakarta ya?"

"Yoi, kali ini lo tau pasti karna logat gue, lo sendiri?"

"Gue dari Depok, dekat lah ya."

Briana hanya mengangguk dan memakan baksonya, begitu juga dengan Adam yang sedang melahap habis siomaynya.

"Lo jurusan apa?" Adam memulai percakapan lagi.

"Ilmu komunikasi," jawab Briana singkat.

"Gue hubungan internasional," kata Adam meskipun Briana tidak menanyakannya. Briana hanya mengangguk dan tersenyum. "Gue duluan ya ada kelas abis ini, makasih udah jadi teman ngobrol gue, semoga nanti ketemu lagi," kata Adam melanjutkan perkataannya sembari tersenyum ramah.

"Sip, makasih juga udah bolehin gue duduk disini," Jawab Briana.

Adam berjalan keluar kantin menuju kelasnya sambil tersenyum. Manis juga, batin Adam.

***

"Sialan telat lagi gue," kata Briana pada dirinya sendiri sambil mengintip dari pintu kelasnya yang tidak tertutup rapat. Tadi ia sudah telat 45 menit jadi ia memutuskan untuk makan ke kantin dan kali ini ia telat lagi meskipun hanya telat 10 menit. Dengan keberanian yang tersisa Briana membuka pintu kelas, semua mata tertuju padanya.

"Maaf pak saya telat," kata Briana pada dosen yang sedang menjelaskan materi di depan kelas. Dosen itupun hanya mengangguk dan melanjutkan materinya, namun seisi kelas yang lain masih memandangi Briana. Briana memilih duduk di kursi paling belakang karena ia yakin kalau duduk di depan pasti menjadi tontonan dan ia risih. Briana mengeluarkan bindernya berniat untuk mencatat materi lalu ia merogoh tasnya mencari sesuatu yang tidak ia temukan. Sialan pulpen gue ketinggalan, yaudahlah ga usah nyatet gue, batin Briana. Selanjutnya ia hanya memperhatikan dosen tanpa mencatat apapun di kertas bindernya.

Beruntung hari pertama kuliah hanya diisi dengan dua mata kuliah yang artinya Briana masih punya banyak waktu untuk hari ini. Ia berjalan menuju parkiran mobil sambil mengetikkan pesan untuk Layla.

Briana : dmn lo. Gw udh ga ada kelas ni jalan yuk.

Layla : masih kelas gw bentar lagi kelar ni, jemput gw dah depan fakultas

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lie To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang