Fever Fudge

1.8K 238 90
                                    

A KookTae fanfiction by me

.

I own nothing except the plot

.

Be a smart reader, please

.

Enjoy~~

.

.

Pagi itu seperti pagi-pagi sebelumnya. Terlalu bising bagi telinga sensitif pemuda bersurai jelaga yang masih terkantuk-kantuk mengambil daging giling dengan saus bayamnya. Teman sekamarnya, Bill mendengung ketika dirinya kehabisan stok treacle tart saat kue terakhir jatuh ke tangan Archie ㅡpemuda dengan sistem pencernaan tercepat seasrama ular.

Jungkook Jeon hanya menatap malas kearah teman satu asramanya. Dan kembali memakan pumkin pie-nya. Onyx kelamnya memindai satu persatu murid tahun pertama yang berada di dekatnya. Crispin Ivor yang meminum Pumkin juice nya seperti minuman butterbeer. Atau Rupert yang masih enggan berbaur dan memilih menunduk menghabiskan sarapannya yang sebentar lagi akan di cemooh oleh Felix Slughorn ㅡsiswa tahun ketiga yang kerjaannya membuat tanaman mandrake menjerit selama dua purnama.

"Yo, Jeon. Acuh seperti biasa, huh?" itu Trevor ㅡprefek Slytherin yang kerjaannya mengurusi urusan orang lain. Setidaknya itu pendapat pemuda yang di panggil Jeon.

"Bukannya kau ada kelas Charm sebentar lagi?" Jungkook Jeon menatap heran temannya itu ㅡ itu yang dia pikirkan kepala terkantuknya mengenai kedekatan mereka.

"Aku bosan, profesor cebol itu selalu mengkritikku. Dasar Flitwick kerdil sialan." Trevor merupakan penyihir murni dimana sifatnya seperti kebanyakan penyihir murni lain di asrama Slytherin, kurang ajar, licik dan nakal.

"Setidaknya dia dapat dengan mudah menggunakan mantra pembalik dari pada lidah kakumu itu." balas pemuda itu sarkas.

"Sialan kau Maximillian! Aku masih siswa baru kala itu!" mengingat dirinya salah mengucapkan mantra yang berlahir dengan dirinya yang terbalik di langit-langit ruang mantra lantai dua.

"Bloody Hell! Jangan nama baptisku!" hampir mengucapkan mantra kutukan pada lelaki yang dengan santainya menggoda perempuan Ravenclaw yang barusan melewati mereka.
Jungkook Jeon atau Maximillian Alcander Jeon, bukannya membenci nama baptisnya. Hanya saja dia sudah terbiasa memakai nama yang diberikan orangtuanya, bukan nama yang di berikan pastor saat pembaptisan.

Ketika mengunyah suapan terakhir pumkin pie-nya. Ekor matanya menangkap sosok madam Pomfrey di ujung kursi berdekatan dengan professor Trelawney si nyentrik anehㅡtapi bukan itu yang membuatnya tertarik.

Tetapi seseorang yang duduk di sampingnya. Mengenakan jubah kecoklatan khas penyembuh tanpa topi kain panjang dikepalanya. Menampakkan surai kecoklatan yang terpangkas rapi seperti kebanyakan lelaki. Tetapi parasnya yang manis dan cantik di saat bersamaan membuat Jeon sulung itu kesulitan menentukan gender seseorang itu.

Dia belum pernah terlihat sebelumnya, itu yang diasumsikan oleh Jungkook ketika melihat wajahnya dari kejauhan. Hidungnya yang bangir, wajahnya yang terlihat feminin untuk standar pria tetapi potongan rambut yang berani untuk standar wanita.

Dan ketika hazel itu menatapnya, Jungkook merasa napasnya tertahan di perut. Tatapan itu tajam tapi lembut di saat yang sama.

Dan ketika sarapan telah usai, dirinya memutar otak agar dapat bertemu secara langsung dengan seseorang yang selalu bersama madam Pomfrey itu.

Aresto Momentum [KookTae]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang