"Ratna...kamu harus ingat. Kamu adalah kehormatan keluarga Pramoedya. Kamu harus menjaga kelakuanmu, tingkah lakumu, tutur katamu dan segala yang ada pada dirimu. Kamu harus menjadi contoh bagi adik-adikmu yang lain! "
Itulah ucapan yang selalu diucapkan secara tegas oleh Pramoedya, yang tidak lain adalah ayah dari Ratna.
Ratna yang mendengarnya hanya bisa menunduk dengan segala beban yang ada di pundaknya.
Tertekan, ya.. dia merasa tertekan dengan tanggung jawab ini.
Namun apalah dayanya, dia tak punya kuasa atas segala kehidupannya, dan akhirnya membuat pribadinya menjadi keras dan kolot jika dibandingkan dengan adik-adiknya."Iya... baiklah ayah" hanya kata-kata itu yang dapat terucap olehnya.
"Dan berhentilah memikirkan laki-laki yang telah mengkhianatimu itu. Ini sudah 3 tahun berlalu Ratna. Berhentilah memikirkan laki-laki itu dan bukalah hatimu untuk menerima laki-laki lain dalam hidupmu" lanjutnya lagi.Ratna semakin menundukkan kepalanya di hadapan ayahnya. Ada rasa sakit. Di hatinya ketika ayah menyebutkan kata laki-laki itu. Dan hal itu hampir membuat ratna menitikkan air matanya.
Namun dalam hati ratna berujar.Kau pasti kuat ratna.. kau pasti kuat..bertahanlah.
"Aku akan mengenalkan mu dengan seseorang yang lebih baik dari laki-laki itu. Dan untuk kali ini ayah tidak terima penolakan lagi. Camkan itu." Tegas pramoedya
"Sekarang pergilah, temui ibumu dan bantu ia menyiapkan sarapan"
"Baik ayah, aku akan pergi... permisi" ucap Ratna sambil mencium punggung tangan Pramoedya, kemudian ia berlalu dari kantor ayahnya di lantai dua.
Di sepanjang koridor setelah keluar dari kantor ayahnya Ratna menarik nafas panjang dan mengeluarkannya. Berusaha agar air matanya tak keluar. Sambil berharap rasa sakit yang ada dihatinya sedikit demi sedikit berkurang
Tanpa sadar ia telah sampai di dapur dan bertemu ibunya. Dengan cepat ratna mengubah mimik wajahnya, tersenyum kepada ibunya dan kemudian membantunya membuat sarapan.
"Ada apa lagi Na, ayah mu memanggilmu?, apa ada yang penting?" Tanya ibu ketika ku menghampirinya di dapur.
Ibu yang sangat paling mengerti aku.. selalu.. tempatku berbagi kisah, dan memberikan jalan keluar dengan kata-kata bijaknya. Yang memberikan ku semangat dikala orang lain menjatuhkan semangatku. Entah, bagaimana beliau bisa bertahan dalam kekeras kepalaan dan ego ayahku selama ini. Bagai bumi dan langit, bagai air dan api. Ibu sebagai penyeimbang di rumah ini.
"Tidak apa bu, biasa ayah meminta ku untuk cepat menikah dan meneruskan keluarga" kataku
"Ooohh... seperti itu..." ibu berhenti sejenak melakukan aktifitasnya, kemudian memegang tanganku dan melanjutkan "Ayahmu hanya khawatir padamu, karena tidak ada laki-laki yang dekat denganmu selama ini...mungkin itu yang menyebabkan beliau berbicara seperti itu... Kamu harus yakin Na...kamu pasti dapat laki-laki yang baik, karena kamu putri ibu yang baik. Ingat Na perempuan yang baik pasti akan mendapatkan laki-laki yang baik... jadi jangan khawatir...jika tiba waktunya kamu pasti akan bertemu dengan jodoh terbaikmu" ucap ibu sambil tersyum dan mengelus lembut tanganku.
"Iya bu... "
***
Waktu sarapan pun tiba, semua berkumpul di meja makan termasuk kedua adikku, Dimas Prasetyo, dan Rani Kumala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratna
Romancehidup dalam kehidupan norma-norma yang ketat dalam keluarga membuat ratna sulistioningsih merasa terkurung dalam sangkar dan tidak menjadi dirinya sendiri... segala tingkah laku dan tindak tanduknya diawasi dengan ketat.. ketika ada kesalahan ataupu...