Gula

28 1 0
                                    

"Jenny kamu kan sudah besar belajarlah mandi sendiri!" Ibu berkata sembari memijit kepalaku dengan sampo stroberi.

"Ibu kan sibuk di salon kamu belajarlah mengerti pekerjaan ibu" ibu lanjut menceramahiku.

Klinting!

Terdengar Suara lonceng dari depan pintu tanda ada pelanggan yang mau dirombak rambutnya oleh ibu.

"Nah ibu sudah selesai memijit kepalamu, lanjutkan sendiri ibu ada pelanggan"

Ibu pergi hendak menemui pelangganya.

"Ah~~ ms.James selamat siang, mau diapakan hari ini rambut indahnya?"

Ms. James adalah langganan kami. Ia memiliki hampir seluruh rumah di Prancis.
Orangnya juga sangat baik dia sering memberikanku permen atau boneka dan mainan lainnya. Minggu lalu ia memberiku sebuah tiara dan permen, tetapi saat itu aku belum sempat mengucapkan terima kasih. Karena aku sering melihat Ms.James minum teh buatan ibu, aku berniat untuk membuatkannya teh.

Aku membilas rambutku sampai bersih. Trus memakai baju cinderella. Dan pergi ke dapur untuk membuat teh. Aku memang belum pernah membuat teh sendiri, tapi aku sering melihat ibu membuatnya.

Pertama, aku menuangkan air hangat kedalam cangkir. Setelah itu aku menyeduh teh lemon. Aku teringat Ms. James suka yang manis-manis jadi aku beranjak mencari gula di dapur. Tapi aku tidak tahu dimana ibu meletakan gulanya. Tiba-tiba pandanganku terletak pada bungkusan bergambar gula-gula diatas mesin cuci. Aku mencium baunya sama dengan harum bajuku. Harumnya manis seperti bau permen karet, rasanya juga manis seperti makan permen karet. Aku berasumsi inilah gula yang kucari.
Kumasukan dua sendok makan kedalam teh. Dan saat kuaduk banyak gelembung yang bermunculan dan itu sangat lucu bagiku.

Aku menyerahkan tehnya kepada Ms.James dia tersenyum dengan manis dan berterima kasih padaku. Rambutnya sedang disisir oleh ibuku. Sembari membaca majalah ia mulai menyicipi tehku, tetapi dengan muka tidak meyakinkan. Aku rasa tehku memang tidak enak.

Tiba-tiba Ms. James mulai kejang-kejang dan mukanya memerah. Dia mencari air tetapi tidak bisa mendapatinya. Dia terbaring dengan mata merah dan mulut berbusa. Aku dengan ketakutan segera memeluk ibuku. Tapi apa yang kulihat lebih menyeramkan. Ibuku tersenyum dengan muka yang aku tak pernah lihat, ia berkata "tepat dugaan ayahmu menaruh tempat cuci baju bersebelahan dengan dapur, dan tepat untukku menggantikan deterjen baju dengan rasa permen karet dan menaruhnya diatas mesin cuci! HUAHAHAHA!" ibuku tertawa lepas.

Dan aku baru teringat aku kan tadi memakan gulanya. Tiba-tiba mulutku mengeluarkan busa.
.
.
.
.
.

Hohoho
.
.


Thx for reading❤

One Shot ThrillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang