Saranghae, Hyung

2.5K 250 50
                                    


Waktu berlalu meninggalkan gores semu. Memijak tebah salju yang membuat tungkai itu beku. Tak merasakan dingin meski tubuh itu nyaris membiru. Yang ada dalam isi kepala hanyalah bayang yang amat dinantinya, pelukan hangat dengan derai kata cinta yang menghambur padanya.

Jeon Jungkook. Tempat tuju satu-satunya ia melangkah pergi, sosok yang dengan setia menunggu kepulangannya.

Terbayang dalam benaknya lengkungan indah yang bertengger manis pada belahan bibirnya. Kelopak mata yang terpejam kala satu kecupan sayang ia berikan tepat dikeningnya. Dan desah nafas hangat kala cherry merah yang begitu menggoda birahi itu hendak ia sapa.

Dia menginginkannya, amat menginginkannya.
Satu jejak kaki kembali terukir pada hamparan salju. Mengingatkan ia untuk bergegas menemuinya. Menemui cintanya, mengatakan padanya bahwa ia gila hanya karena merindukannya.

'Hyung... Taehyung hyung...'

Sapuan lembut angin malam mengalun ringan bersamaan dengan derit ranting yang bergoyang. Langkah ringkih pemuda tampan itu terhenti, mengoyak kegelapan malam yang membentang sejauh mata elang itu memandang.

Taehyung, sang pemuda dengan segala beban yang dirasa. Merasakan sesak yang mendera kala kerinduan itu memenuhi relung jiwa. Terbesit dalam benaknya senyum tulus yang terpaut ketika bibir ranum sang kekasih mengalunkan namanya, merengek hanya untuk mencuri perhatiannya.

Hanya pada Taehyung, tidak dengan yang lain!

'Hyung, aku mencintaimu...'

Memejamkan pijar kelamnya, Taehyung tak dapat lagi menahan sesak yang bergemuruh dalam dada. Paru itu menyempit setiap kali ia mencoba untuk mengais udara. Terbesit moment bahagia yang sempat ia reguk bersama dengan sosok yang kini begitu dirindukannya. Memori cinta penuh suka cita, meski kenyataannya tersimpan duri dalam kesempurnaannya.
.
.
.
Saranghae, Hyung.
.
.
.
[Seoul, akhir September]

Dering ponsel menggema memecah mimpi maya. Memaksa jiwa itu kembali pada nyatanya dunia. Mengerjap berulang kali sebagai bentuk penyesuaian diri. Getar yang ditimbulkan sang sumber kebisingan sungguh memupuk emosi. Lengan panjangnya terulur tak sabar, hendak mendiamkan sang benda tak bernyawa yang tengah mengganggu tidur lelapnya.

"Tae hyung!!!"

Lengkingan teramat nyaring kembali mengejutkannya. Pemuda tampan itu seketika menjauhkan sang benda penghubung keduanya dari jangkauan gendang telinga.

"Hyungg~"

Rengekan manja yang amat ia kenal mengalun manis disebrang sana. Menghela nafas, Taehyung mulai bersuara.

"Ada apa, Kookie?"

"Kau dimana, Hyung?"

"Aku ada di... Ehn, ada perlu apa? Kau membutuhkan bantuanku hmm?"

"Janji kita kemarin lusa, hyung lupa lagi?"

Tersedak salivanya sendiri, Taehyung terburu bangun dari ranjang yang tengah menopang tubuh gagahnya. Kilatan adegan mengantarkan ia pada janji pasti yang telah diikrarkannya.

"Ah! Aku-"

"Sudah kuduga, Tae hyung lupa."

"Kookie..."

"Aku mengerti kesibukanmu, Hyung."

"Apa kau masih berada disana sekarang?"

"Umm..."

"Tunggu aku ya? aku akan segera datang."

Menutup sambungan line telepon itu begitu saja, menyambar kemeja yang teronggok disekitar ranjang, pemuda tampan itu kembali dikejutkan dengan belenggu lengan ramping yang membelit tubuhnya.

Saranghae Hyung.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang