Ch. 15

1.6K 136 7
                                    


-Arhit's House

*Dug Dug Dug(ketukan pintu)

"Arthit..? Arthit?.."

Arthit yang sedang mengerjakan tugas kuliahnya di kamar, menghentikan sejenak kegiatannya.

"Tunggu dulu.."

Ia beranjak dari meja belajarnya, berjalan menuju pintu kamar.

*Kriet

"Ada apa, Mae(ibu)?"

"Makan malam sudah siap, cepat kebawah ya sayang. Kita makan bersama."

"Um."

.
.
.

Dentingan suara teradunya piring dan sendok menghiasi keluarga yang saat ini tengah menikmati makan malam mereka dengan tenang. Beda dengan Arthit, ia hanya memainkan makanannya saja seolah tidak berselera.

Saat ini, dipikirannya hanya ada Kongpob. Sudah 16 hari sampai sekarang Kongpob belum juga bangun dari tidur panjangnya. Ia ingat pada kalimat Dokter waktu itu, bahwa Kongpob bisa kapan saja membuka matanya jika ia mampu melewati dimensi permainan pikiran dalam tidurnya. Jika dia tidak mampu melewatinya maka dia bisa menghilang dan hanya tinggal jasad saja. Harus ada seseorang yang bisa mengimplan titik sadarnya dengan terus memberikan dukungan2 atau apapun itu yang membuat pasien dapat melewati fase dimana dia terbelenggu dalam pikirannya sendiri.

"Arthit?"

Arthit tersentak dari lamunannya.

"Khab Pho(ayah)?"

"Kenapa tidak makan? dari tadi kau hanya memainkan makananmu saja."

"E.. Arthit hanya.. um... sudah kenyang Pho." Arthit mengulas senyum simpul di wajahnya. Tiba2 dia teringat akan satu hal, selama ini orang tuanya melarang keras dirinya untuk berhubungan dengan Kongpob tanpa alasan.

Arthit melihat kedua orang tuanya bergantian. Dia sedikit ragu untuk menanyakan hal ini, apalagi akhir2 ini ia sering kali berhadapan dengan maut. Ia sangat bersyukur Tuhan masih melindunginya. Arthit menggigit bibir bawahnya, dengan ragu ia membuka mulutnya.

"Um... Mae(ibu)?"

"Hm?"

"Um... Arthit mau tanya sesuatu ke Mae.."

Ny. Nantana menghentikan acara makannya. Ia tersenyum dan menatap Arthit.

"Kamu ingin bertanya apa, sayang?"

"Janji Pho dan Mae tidak marah oke?"

Tn. Rojnapat menaikan satu alisnya acuh sedangkan Ny. Nantana mengganggukan kepalanya, menunggu anaknya mengatakan sesuatu.

"Um... Apa yang kalian ketahui tentang.. e... Kongpob?" Arthit berkata dengan suara yang pelan, ia takut Pho nya marah.

Mereka berdua sontak menatap Arthit. Raut wajah Tn. Rojnapat benar2 masam jadi Arthit memfokuskan pandangannya pada Ibunya.

"Kau benar2 ingin tahu Nak?"

"Tentu Mae."

"Kalau begitu habiskan dulu makananmu. Setelahnya, ikut Mae ke kamar tamu sebelah barat."

"Hah? yang disebelah barat? itu kan sudah tidak terpakai Mae. Mae juga melarangku untuk kesana.."

"Sudah.. jangan banyak bicara, habiskan saja makananmu"

.
.
.

*Kriett

Pintu itu terbuka, yang dilihat mereka hanya kegelapan..jangan tanya, ruangannya pasti kotor.. dan sepertinya banyak debu. Ny. Nantana meraba dinding mencari kontak saklar. Seketika lampu pun menyala, hasilnya mereka disuguhkan oleh perabotan yang di penuhi oleh debu dan sarang laba2, see? Arthit mengerutkan dahinya, ia masih bingung dengan ini. Kenapa Mae mengajaknya ke tempat yang kotor seperti ini. Arthit merinding sendiri memikirkan banyaknya hewan pengerat dan serangga berkeliaran di ruangan itu.

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang