Hari ini adalah hari yang sama dimana aku menjadi yang pertama Sebagai prajurit wanita di Desa Haruga.
Aku tak menyadari hari ini adalah hari dimana umur ku genap 19 tahun, Aku tidak memperdulikan itu.Seperti biasa aku akan menggunakan pakain berlapis-lapis agar tidak menampakan aura Wanitaku, Siapapun akan berpikir yang tidak-tidak jika melihat seorang prajurit wanita dengan tubuh yang seperti ku, pikirkan saja.
Aku hanya tinggal bersama paman dan bibi ku sejak ayah dan ibuku meninggal, Namun begitu aku tetap merasa sendiri karena mereka pergi pagi sekali untuk berdagang ke desa lain dan pulang sangat malam, Memang perjalanan pulang dan kembali kerumah sangat memakan waktu lama.
Puas ku memandangi diriku dicermin, segera ku ambil perlengkapan senjataku dan pergi, Baru melangkah satu kali Tiba-tiba tangan ku dipegang erat dari belakang, Aku pun berbalik.
"Siapa kau?!!" Teriakku sambil menodongkan senjata padanya.
Tampaklah wajah orang yang ku kenal, Zhang wei. Ketahuilah dia sangat menyebalkan tapi walau begitu ia sering disebut sebagai pria tertampan didesa kami, tapi tetap saja sulit kuakui.
"Zhang!! Kau membuatku kaget, darimana kau datang?" Bukannya meminta maaf tetapi Zhang malah menertawaiku, Dengan wajah yang cemberut aku langsung meninggalkannya, Zhang pun tetap mengikuti ku.
Zhang wei adalah temanku sejak kecil, Dia seorang yatim piatu jadi ia tinggal ditempat Paman Ong si penjual ikan dipasar tempat Paman dan Bibi ku berjualan juga, Zhang lebih tua dari ku 5 tahun dia mengikuti karantina kesatria atau prajurit desa haruga lebih lama dari ku dan dari sana lah aku mengenalnya.
"Yun, kau hari ini cantik sekali"
"Kau mau panah atau samurai,"
"Tidak kedua-duanya," Ku dengar kekehan gilanya saat itu.
[AUTHOR POV]
Panas hari ini begitu menyengat, Para prajurit yang berlatih terlihat duduk dipinggir yang tidak terkena jangkauan sang surya, Tentu mereka bisa melakukan itu karena Guru Xio tidak ada. Tapi jangan salah Yun xie dan Zhang wei tetap berlatih meski tubuh mereka terasa panas.
Zhang wei yang merasa lelah berhenti lalu menatap Yun xie yang masih fokus lalu berkata.
"Yun? Sebaiknya kita istirahat dulu, hari ini sangat panas kau bisa saja sakit" Ucap Zhang.
"Jika kau ingin mengikuti para pencari kesempatan itu pergilah, Guru Xiao sudah dekat" Yun xie masih fokus dengan panah ditangannya sambil mengarahkan targetnya.
"Benarkah?! Oh malang juga nasib mereka karena tidak bisa berteman denganmu jadi mereka tidak tahu kapan Guru Xiao akan datang" Gumam Zhang, Yun xie menatapnya sinis seakan ingin melahapnya namun Zhang membalasnya dengan senyuman.
Tidak berapa lama para prajurit itu berhamburan kelapangan, Dilihat Pria tua dengan rambut putihnya yanng terurai tengah menatap mereka. Mereka yang berlarian kelapangan segera mengambil senjatanya masing-masing dan berpura-pura berlatih ada juga yang menggerutui dirinya sendiri.
"Mati aku mati aku mati aku,"
"Selamatkan aku ibu,"
***
Siapa lagi jika bukan Guru Xiao pelatih tertinggi disana, Ia berjalan kearah lapangan.
Setelah sampai dipinggir lapangan Ia menatap Yun xie dan Zhang wei lalu tersenyum.
"Yun xie dan Zhang wei beristirahatlah, Makan siang kalian sudah disiapkan, pergilah" Ucap Guru Xiao disambut ricuh prajurit yang lain, Yun xie dan Zhang tersenyum lalu segera pergi dari sana.
Prajurit disana terlihat sangat marah lantaran memang sudah jam makan siang, tetapi karena Guru Xiao sudah melihat mereka beristirahat sebelum disuruh maka itu lah hukumannya. Sedangkan Yun xie dan Zhang segera keruang makan.
Ditengah-tengah jalan Yun xie menyenggol pergelangan tangan Zhang.
"Coba kau tadi mengikuti mereka, Makaa nasibmu makan angin disana" Cibirnya sambil tertawa.
"Haha, Dimana kau mempelajari itu?"
"Mempelajari apa?"
"Kau bisa merasakan keberadaan orang lain bukan?"
"Aku hanya bisa melakukan itu kepada Guru tertinggi"
Setelah jawaban itu, Zhang hanya mengangguk paham lalu mereka melanjutkan perjalanan keruang makan.
***
"Ahhh kenyangnya, Bi jie? Makanan mu tiada duanya" Puji Zhang sambil mengelus perutnya yang sudah penuh diikuti Yun xie dengan anggukan sambil mengunyah makanannya. Bibi yang sibuk memasak itu tersenyum malu-malu siapa yang tidak tersipu? Dipuji oleh Zhang si pangeran idaman para wanita.
Zhang menatap Yun xie yang masih sibuk memakan makanannya.
"Apa mau ku bantu untuk menghabiskannya?" Tanya Zhang yang dibalas Yun xie dengan tatapan mematikan.
"Ah tidak tidak, Makan lah dengan tenang" Lalu Zhang terkekeh pelan sambil mengedarkan pandangannya jauh kearah lapangan.
Matanya tertuju pada Pria tinggi hampir sama dengannya, pikirnya. Dia tidak terlihat asing dengan pakaian yang mengkilat berwarna keemasan itu.
"Yun! Lihatlah bukankah itu Kaisar Yang zu?" Yun xie segera melihat kearah yang ditunjuk oleh Zhang, Tapi Yun xie kembali melanjutkan makannya terlihat acuh saja.
"Guru Xiao memanggil kita," Zhang segera menarik lengan Yun xie ketika melihat lambaian tangan Guru Xiao.
Sepanjang jalan menuju lapangan, Kaisar memandangi Zhang Dan Yun xie.
"Ini adalah murid ku satu-satunya Wanita disini Yang mulia"
Zhang segera membukukkan badan yang diikuti oleh Yun xie.
"Dia memenuhi syarat," Ucap Kaisar Yang zu sambil menunjuk kearah Yun xie, Guru Xiao langsung terkejut seolah mengerti sesuatu.
Setelah mengucapkan Itu Kaisar Yang zu pergi dari sana, Guru Xiao memberi penghormatan dan menarik Yun xie diikuti dengan Zhang wei dibelakang.
Sampailah mereka ditempat Guru Xiao, Disana mereka dipersilahkan duduk dan disuguhi teh hijau khas yang disukai Guru tertinggi.
"Ada apa guru? Apa ada yang salah dengan gadis ini?" Tanya Zhang sambil menunjuk kearah Yun xie, Gadis itu pun memukulnya.
"Sebenarnya aku tidak ingin kau pergi Yun xie, tapi aku juga tidak bisa mencegahnya" Yun xie bingung dengan apa yang dikatajan Guru Xiao saat itu.
"Memangnya kemana aku pergi?"
"Kaisar Yang zu memilihmu sebagai pelayannya, Lebih tepatnya sebagai pelayan dapur," Jelas Guru Xiao yang dibalas tawa oleh Zhang.
"Apa?! Apa dia bercanda?"
[Kingdom]
TBC:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yun Xie
Historical FictionBertahun-tahun penyamarannya sebagai seorang prajurit wanita biasa berakhir dengan cerita yang tidak pernah ia impikan, Seseorang telah mengumumkan bahwa ia bukanlah lagi seorang prajurit melainkan bawahan Kaisar Yang zu yang tugasnya hanya dibagian...