Part 1

25 0 0
                                    

Author Pov

Richard Devano Collins, cowok berusia 20 tahun yang dikagumi banyak gadis-gadis dikampusnya karena tampangnya yang kelewat ganteng dan ada sedikit campuran bule dari Ayahnya. Maklum saja, Richard memang keturunan German-Indonesia yang membuat hidungnya mancung dan manic matanya yang sangat indah. Richard memiliki seorang adik perempuan bernama Serly Alexandra Collins, yang berusia 18 tahun dan sekarang sedang sibuk-sibuknya mencari Universitas untuk tempatnya menuntut ilmu. Serly tidak mau satu kampus dengan Richard karna menurutnya kampus tempat belajar kakaknya itu kurang memenuhi kriterianya, dia bahkan ingin menempuh pendidikannya di Kampus tempat Shanin kuliah. Serly dan Shanin memang sudah akrab sejak awal hubungan Shanin dan Richard dimulai, bahkan Serly bisa dibilang orang yang paling mendukung hubungan mereka. Dia juga sangat kecewa dengan kakaknya saat mendengar hubungan kakaknya itu harus berakhir karna sebuah kesalahan dari Richard. Walaupun begitu, hubungannya dengan Shanin masih tetap berjalan harmonis, mereka masih sering pergi bersama. Pergi sekedar nonton, makan, atau bahkan pergi Clubbing bersama dengan teman-teman mereka juga tentunya. Oke cukup perkenalan tentang Richard, kita lanjut lagi.....

Setelah melihat siapa pengirim pesan tersebut, seketika sebuah senyum mengembang dibibir Richard. Dengan hati bahagia, dia mandi dan bersiap-siap untuk datang ke café yang sudah disebutkan oleh Shanin untuk tempat mereka bertemu. Dalam hatinya dia menebak bahwa Shanin pasti merindukannya dan ingin kembali padanya, dia juga akan menerimanya lagi karna cintanya masih sangat besar. Sudah satu jam Richard menempuh macetnya jalan di Ibukota, akhirnya dia sampai juga ditempat tujuan. Setelah turun dari mobil, matanya mencari-cari seseorang yang sangat ia rindukan selama ini. Yaa, itu dia duduk di bangku paling pojok dengan segelas Cappucino dan secangkir Cokelat Panas di depannya. Shanin masih tetap terlihat sangat cantik dimata Richard, hanya dengan mengenakan kaos polos berwarna biru gelap dan hotpant berwarna terang kecantikannya tetap terpancar. Setelah sampai di depan Shanin..

"Shan?? Gue boleh duduk?", Tanya Richard sedikit gugup karna sudah lama tidak bertatap muka dengan Gadisnya ini.

"ohh lo udah datang, iya duduk aja. Gue pesenin cokelat panas buat lo, semoga minuman favorit lo belum berubah". Ucap Shan sambil sedikit tersenyum.

"Thankyou Shan. Oh iya, lo mau ngomong apa kenapa tiba-tiba minta ketemu disini?", Tanya Richard sambil mengaduk-aduk Cokelat panasnya.

"Ehmm gue mau ngomong penting banget sama lo, tapiii....". Ucapan Shan mendadak berhenti seperti sedang memikirkan hal yang sangat berat.

"Ngomong aja nggak apa-apa Shan, gue masih Richard yang dulu kok ".

"Gue hamil Chard, hamil anak lo". Air mata Shan tiba-tiba jatuh dan dia mengelapnya dengan cepat dan asal.

"Apa??? Lo hamil? Anak gue? Nggak mungkin, kita udah hampir dua bulan putus Shan, dan gue yakin lo udah ada hubungan sama cowok lain kan". Ucap Richard sambil menatap tajam gadis didepannya itu, hatinya terasa sesak mendengar pengakuan Shanin. Oke ia akui bahwa bayi itu sudah pasti anaknya, tapi tidak mungkin ia akan menikahi Shanin dengan usia yang masih sangat muda, belum lagi bagaimana kalau orang tuanya tahu. Membayangkannya saja, Richard sudah ngeri sendiri.

"Lo pikir segampang itu gue berhubungan sama orang lain ha?? Usianya udah 10 minggu dan ini bukti dari Rumah sakit tempat gue periksa, dan itu berarti dia anak lo, terakhir kita berhubungan lo nggak pakai pengaman Chard". Jawab Shan sambil terus menatap mata Richard untuk menahan emosinya.

"Enggak enggak enggak mungkin, gue itu masih muda masih 20 tahun dan lo masih 19 tahun Shan, kita nggak mungkin jadi orang tua diumur kita sekarang. Kita gugurin aja ya". Richard berkata sambil meraih tangan Shanin agar mau menuruti kata-katanya.

"gilaa lo udah gila, anak ini nggak salah dan gue nggak akan pernah bunuh dia. Kalau lo emang nggak mau tanggung jawab, its oke gue akan urus dia sendiri". Kali ini pertahanan Shanin runtuh sudah, air matanya tak bisa terbendung lagi karena Ayah dari Anaknya tidak mau bertanggung jawab bahkan ingin menggugurkannya.

"Shan, pliss kita gugurin aja ya. Dia pasti akan bikin masalah buat masa depan kita nanti".

Plaaaaakkkkkkk . sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Richard. Belum sempat ia menatap mata Shanin, Shanin sudah lebih dulu menarik tas dan pergi meninggalkannya yang masih diam mematung dan bingung harus melakukan apa. 

(Maaf ya kalau ceritanya pendek dan nggak bagus, maklum masih belajar bikin cerita. Jangan lupa Vote dan Comment. Terimakasih banyak)

My DestinyWhere stories live. Discover now