Prolog

83 8 1
                                    

Dia menatapku lekat. Mata setajam elang yang selalu menyiratkan kelembutan itu seakan meyakinkan diriku akan ketulusan pengakuan cinta yang baru saja dia katakan padaku. Sungguh, aku tak menemukan secuilpun kebohongan di sana.

Namun, tak ada angin, tak ada hujan. Hari-hari setelahnya aku tak pernah lagi bertemu dengan dia. Padahal baru saja aku menemukan keberanian diri untuk membalas pernyataan cintanya. Adegan di koridor sekolah siang ini sungguh di luar dugaanku.

Deg

Dia melihatku. Tatapan matanya tak selembut kemarin lusa. Dingin. Dia tersenyum miring mengejekku.

Dan dia pergi begitu saja meninggalkan aku bersama pengkhianatan oleh gadis yang merangkulnya mesra.

Kepercayaanku kepadanya seolah menguap dan entah perasaanku masih singgah atau lenyap termakan waktu.

Dear HURTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang