Acha dan Bella

8 2 0
                                    

Intinya sebenarnya Rendi tak pernah meninggalkan Acha, wanita cerdas itu sesungguhnya telah berhasil mencuri kepingan hatinya yang terlalu congkak untuk mau menunduk melihat cinta yang dia rasa.

Hingga sebelum Rendi pergi, ada sebuah peristiwa lain yang cukup mengganggu hubungannya dengan Acha..

*flashback

"Kurang cantikkah aku? Buka kedua matamu lebar²! Kenapa kamu tak bisa mencintaiku? Kamu akan menyesal. Nggak! Nggak bisa Ren! Kamu lelaki normal kan?!"

Bella memeluk mesra Rendi sambil memegang dan menatap tajam lelaki berwajah simpati yang sontak melepas pelukannya, menggelengkan kepala.

"Aku tidak bisa. Maaf"

Rendi rasanya ingin bergegas keluar dari lobby hotel berbintang lima di kawasan Sudirman Jakarta itu. Klien besar kali ini ternyata Bella, wanita sosiopat yang licik mengatur semua proyek yang akan melibatkan mesin² baru penemuan Rendi.

"Apa yang kurang dari seorang Bella Natasha?! Kamu terlalu naif mengakui hatimu buat ku Ren! Jangan munafik! Aku bisa beli berapapun harga mesin penemuan² itu!"

Kilatan kedua mata pisau Rendi nampak seperti petir yang menyambar menggegelar amarah pada sosok perempuan cantik di depannya. Sorotnya memanaskan ulu hati.

"Kamu cantik! Punya semua yang selama ini manusia cari! HARTA! Namun sayang sekali, kamu bukan seleraku!"

Rendi berlalu tanpa permisi. Baginya cukup penghinaan, penghibahan dari Bella.

Bella anak semata wayang orang yang sangat Berpengaruh dalam karir Rendi saat dia mencoba mengabdikan ilmunya pada sebuah lembaga penelitian pemerintah beberapa tahun silam.

Beberapa saat kemudian, Rendi menghentikan langkahnya, sebuah peristiwa di luar sangka dan nalar terjadi, melanda Bella yang menyeretnya dalam sebuah kubangan titik² ambigu.

Semestinya aku bisa menjaganya, bukan membentaknya seperti apa yang aku lakukan tadi. Aku sebenarnya tak mau bersikap begini. Tapi dia kelewat batas!.
Ahh.. Aku harus menghadapinya.. Meski bersifat sementara.. Hingga jiwanya pulih, pergi dari Rumah Sakit Jiwa ini..
Batin Rendi berkata

Hingga satu hari ada sebuah elegi setelah Rendi membesuk Bella di Rumah Sakit Jiwa itu...

Ku hanya sebutir debu yang membuat kotor hatimu Ren.
Menghiba di depanmu seperti ini sungguh sebuah kebodohan.
Berpura-pura gila menjadi penghuni RSJ ini sebuah derita yang harus ku lampaui karenamu...

Cintaku padamu kini kubawa sampai mati!
Puas?

Acha menatap Rendi yang tercekat diam membaca surat Bella yang di temukan sehari setelah dia over dosis, membunuh dirinya sendiri, usai sekian lama mengejar cinta Rendi yang tak pernah bisa terbeli apalagi tertangkap, memiliki.

"Hari ini tak akan kupungkiri, aku telah benar benar melukainya, meski hanya kegilaan yang dia tawarkan buatku. Aku sadar ini karena keangkuhanku menolaknya." Rendi mengehela nafas berat, dia begitu frustasi di kala itu

"Sudahlah Ren, mungkin ini takdirnya. Tak perlu kau sesali.." ucap acha menenangkan sosok lelaki di depannya.

Bella pura² gila hanya untuk mencari simpati Rendi. Sosiopat picik. Picik menyikapi cinta yang tak terbeli.

*flashbackoff

°°°°°

Dan beberapa hari sepeninggal Bella, Rendi menghilang lagi, hingga berminggu minggu, bahkan berbulan bulan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Impian Di Langit CEKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang