Author: Kenny Riana (Valerianva adalah uname lama)
Cover : Maaf lupa, jika yang merasa bikin cover ini lihat, notice aja.HAPPY READING~~~
Kusandarkan kepalaku pada jendela kaca bus, juga memandang jutaan bulir hujan yang telah membuat kaca bus ini berembun. Mengaburkan pandangan.
Saat hujan seperti ini, aku selalu di datangi kenang. Atmosfernya memucat pasikan waktu, melemparku kembali pada kenangan masa lalu. Hujan juga membongkar berkas-berkas ingatanku, meluruhkan ketegangan pada tubuhku untuk dengan santai menikmati putaran kilasan masa lalu.
Aku tersenyum kecut.
Rindu.Aku kembali di sergap rindu pada si tuan yang tak sepatutnya lagi kurindukan. Apakah tuan akan menerima bingkisan rindu dariku? Sebab selama ini aku mengira dan meyakini bahwa si tuan tak mau lagi kurindukan. Walaupun terkadang, aku menyambung-nyambungkan simpul, menerka-nerka bahwa 'mungkin' ia masih mencintaiku.
Aku tersenyum kecil.
Merasa lucu.
Biarkan saja. Walau simpul-simpul itu tak nyata, aku masih bisa bahagia dengan membayangkannya.Bukankah yang lebih penting adalah kebahagianku sendiri? Selagi tak ada yang merasa dirugikan, aku bebas menggunakan ide kreatifku dan berimajinasi.
"Ahhh ...." Tubuhku terdorong ke depan dan sukses menghantam jok depan. Beberapa penumpang yang lain menggerutu dan merutuki sopir bus yang berhenti mendadak, di susul dengan masuknya seorang pria berhoodie hitam yang basah.
Bis melaju kembali.
Si pria berhoodie itu berjalan menghampiriku, dan duduk di sampingku, sebab memang tak ada kursi lain yang kosong. Orang yang duduk di sampingku sebelumnya telah turun di halte sebelumnya. Dan pria yang menyembunyikan wajahnya di balik topinya ini sudah dipastikan tidak akan mau repot-repot untuk berdiri jika masih ada kursi yang kosong.
Aku pun juga tak ingin ambil pusing. Aku menyandarkan kembali kepalaku pada jendela bus. Mengacuhkannya. Dia pria yang tidak kukenal, jadi tidak ada alasan bagiku untuk beramah tamah padanya. Aku seorang perempuan. Dan dia adalah seorang lelaki. Itu batasnya. Lagipula, tadinya seharusnya aku mengenang masa laluku.
Sudahlah. Tidak ada lagi alasan untuk mengenangnya. Lagi pula aku akan turun di halte berikutnya setelah halte depan.
Aku sedikit melirik pria itu. Ia mengelap hoodie nya yang basah dengan tangan.
'Jangan menyukai hujan, dan jangan suka kehujanan. Nanti kau sakit.'
Aku terpana selama beberapa detik. Seperti ada dia yang sedang membisikiku, mengomeliku karena kehujanan. Aku teringat dengannya lagi karena menatap pria ini.
Aku memutuskan untuk memalingkan tatapanku. Sedikit mirip. Tapi tidak mungkin. Dia tidak pernah naik bus dan jika naik bus sekalipun, ia tidak mungkin naik bus ini.
Dan tentang dia, dia dulu suka sekali memarahiku karena kekanakan, suka sekali bermain hujan. Dia mengatakan bahwa ia takut jika aku sakit. Apakah dia tahu bahwa aku lebih dari takut dan khawatir saat dia sakit? Aku seperti hampir menangis melihatnya sakit. Tapi dia malah bercanda saat aku menjenguknya.
'Makanannya di makan, jangan di minum. Yang diminum air. Toplesnya juga jangan ikut dimakan.'
Seperti itu guraunya dulu. Ia hanya tersenyum. Ia bahkan tak bisa tertawa karena baru saja di operasi saat itu. Dia memang seperti itu. Walaupun saat itu aku juga sudah bukan siapa-siapanya lagi.
Hubungan kami hanya terjalin beberapa bulan. Tapi aku masih mencintainya hingga saat ini, walaupun sudah hampir 3 tahun berlalu.Hubungan kami berakhir bukan karena orang ke-3, kehilangan kepercayaan, apalagi bosan.
Sahabatku tidak menyukainya. Begitu juga adikku, kakakku, ibuku, dan semua orang yang mengetahui hubunganku. Aku tahu, cintaku dangkal sekali sampai penghalang semacam itu berhasil memengaruhiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daun Retak
Short StoryKarena yang telah retak tidak bisa diperbaiki kembali. Karena sedikit retak saja mampu membuatku kehilanganmu. Tapi jahatnya, tak ada yang bisa mengatur perasaan. Saat rasa ini tetap tumbuh tanpa ada yang menyiram, maka kubuat air hujan untuk memert...