1

87 6 4
                                    

kehidupan sejalan dengan cinta dan yang paling dekat adalah kematian. berbicara cinta maka itu adalah anugerah untuk orang yang saling mencintai dan berawal di pelaminan dan berakhir di kematian tapi apakah itu juga sebuah anugerah jika ada perbedaan diantara dua insan ciptaan Tuhan ?
Apa salah insan ini jika mereka berbeda hingga mereka tidak bisa bersatu ?
Apa salah cinta yang tidak memandang perbedaan itu ? Hei, cinta tidak punya mata, maka dari itu Pujangga mengatakan "Cinta itu Buta", jangan pernah menyalahkan cinta.
tapi kenapa mereka tidak bisa bersatu hanya karna perbedaan itu ?

perbedaan keyakinan yang tidak bisa menyatukan mereka.

"Jae Jin-ah, kau disana sedang apa ?" seorang sunbaenim dari kampus Song Jae Jin, wanita yang ditanya itu.

"aku solat di masjid itu, Jaehwan Sunbaenim" jawab Jae Jin.

"solat ? Masjid ?" tanya Lee Jaehwan yang kebingungan dengan penjelasan dari Jae Jin.

"Solat itu adalah kegiatan bagi umat muslim untuk menyembah Allah swt, sama seperti sunbae yang berdoa kepada Tuhan dan Masjid adalah tempat kami untuk melaksanakannya, sama dengan gereja kepunyaan sunbae" jelas Jae Jin.

Jaehwan pun akhirnya paham apa yang di jelaskan oleh adik kelasnya itu.

seiring waktu berlalu mereka pun semakin dekat hingga akhirnya Jaehwan pun mengungkapkan isi hatinya kepada Jae Jin.

"oppa, apakah oppa serius ?" tanya Jae Jin.

"aku selalu serius dalam urusan hatiku" jawab Jaehwan.

"tapi.."

"aku tau, keyakinan kita berbeda kan" Jaehwan meneruskan perkataan Jae Jin yang belum sempat ia keluarkan.

"Tuhan itu satu tapi kita berbeda" kata Jaehwan "tapi percayalah hati ini memang untukmu, entah sampai kapan tapi aku sadari kalau kau hanya untukku dan aku hanya untukmu" sambungnya.

5 tahun kemudian

"Jae Jin-ah, cepatlah kita akan telat" Rey, teman Jae Jin sejak 3 tahun yang lalu.

"sabar, aku juga ingin cepat" Jae Jin keluar rumah sembari memakai sepatunya.

"sebenarnya acaranya jam berapa sih ?" tanya Jae Jin.

"acara janji suci jam 10.00 kst tapi kita hanya hadir di resepsinya jam 13.00 kst." Jawab Rey.

mereka akan pergi ke sebuah pernikahan teman satu kantornya.

"soran-ah, selamat ya" Rey itu selalu rame dimanapun, dia itu paling cerewet seperti eoma kalian.

"aku sempat kesal pada kalian, kenapa kalian belum datang di acara janji aku" kata Soran yang memajukan bibirnya, kesal.

"acara itu kan sakral dan agama sekali, kau tau kan" jawab Jae Jin.

"aahh, aku lupa jika kalian berdua beda dengan kami" soran menepuk jidatnya. ia baru ingat jika kedua sahabatnya beragama lain dengan dirinya.

"baiklah, kau harus menemaniku disini sampai malam tiba" titah Soran.

"siap komandan" dan akhirnya mereka tertawa senang.

"Rey-ah, aku mau ke toilet" ijin Jae Jin sementara Rey hanya menganggukkan kepalanya saja karna mulutnya penuh makanan.

Toilet harus melewati lorong panjang dan berada di agak pojok meski lampunya terang.

Duukk

"maaf, maafkan aku" suara yang menabrak Jae Jin.

mata mereka bertemu dan saling pandang.

"Jae Jin-ah"

"Jaehwan oppa"

kenangan lima tahun yang lalu akhirnya keluar dari pikiran mereka, kenangan yang mungkin ingin mereka lupakan atau ingin mereka buang pun terungkap lagi di dasar pemikiran mereka.

"kau sedang apa disini ?" Jaehwan yang menguasai keadaan segera bertanya meski suasana agak canggung.

"aku ke pernikahan sahabatku" jawab Jae Jin.

"sahabatmu ?" Jaehwan bertanya lagi.

"Soran adalah sahabat di kantorku sekarang" jawab Jae Jin.

"kalau oppa ?" tanya Jae Jin.

"Soran adalah sepupuku" jawab Jaehwan.

entah siapa yang memulai tapi ini seperti benar, Jaehwan memegang tangan Jae Jin dan menariknya ke dalam dekapannya.

"jika kita dipertemukan lagi, aku harap itu adalah jawaban dari penantianku, aku mencintaimu sama seperti dulu, tak terganti, tak akan pernah berkurang rasa cinta untukmu." Jaehwan mengecup kening Jae Jin dengan khusuk, seakan kecupan itu adalah pertanda awal dari sebuah penantian.

tembok keras yang dibangun Jae Jin pun runtuh, selama ini ia tidak pernah menangis bahkan saat kecil ia dihukum oleh ibu tiri nya tidak sekali pun ia menitikkan air matanya tapi sekarang berbeda. ia merasakan sesak yang sangat dalam ketika merasakan kecupan mendalam Jaehwan, tidak rela jika Jaehwan pergi begitu saja.

"jangan pergi" tapi percuma Jaehwan sudah pergi, ia tidak bisa mengucapkannya.

2 tahun kemudian

"lalu kau tidak pernah bertemu dengannya lagi ?" Tanya Rey ketika sedang bercerita cinta pertama karna Jae Jin kalah dalam permainan kertas- gunting- batu.

"tidak lagi, dua tahun ini pun ia tidak pernah terlihat bahkan aku tidak pernah mendengar kabarnya" jawab Jae Jin.

"padahal soran adalah sepupunya" kata Rey.

"ya, tapi Soran pun tidak pernah bertanya kepadaku tentang dia" jelas Jae Jin.

"ya sudahlah, kita serahkan pada Allah swt, jika memang jodoh pasti ada cara untuk mempersatukan kalian" Kata Rey. kadang Rey suka benar jika memberi pencerahan.

'pesawat tujuan penerbangan London akan segera tiba'

suara pemberitahuan terdengar di bandara Incheon.

"ayo masuk" ajak Rey.

"ayo"

mereka berdua berjalan ke pintu masuk bandara. Rey duluan tapi Jae Jin belum menyusulnya karna ia lupa menyiapkan tiketnya, setelah dapat baru ia berjalan tapi sebelum itu tas yang ia bawa ternyata menabrak tas penumpang lain yang juga akan masuk ke pintu itu.

"ah, maaf" Jae Jin membungkuk.

"Jae Jin-ah"

"Jaehwan oppa"

"jika kita dipertemukan lagi, aku harap itu adalah jawaban dari penantianku, aku mencintaimu sama seperti dulu, tak terganti, tak akan pernah berkurang rasa cinta untukmu."

dewie94

ada ide begini cuma bingung, dapat feel gak ??????

U and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang