(oneshoot)

1.5K 140 13
                                    

Sebelum bel pulang sekolah berbunyi, guru yang mengajar pelajaran fisika menyuruhku, si ketua osis sekaligus si ketua kelas, untuk membawakan buku-buku tugas ke kantor guru.

Sebenarnya aku malas sekali diminta untuk ke kantor guru. Alasannya karena jarak dari ruang guru ke ruang kelasku begitu jauh. Selain itu, sepulang sekolah aku harus segera pergi rapat dengan anggota osis lainnya dan pastinya rapat itu akan berakhir semakin lama karena tertunda oleh aku yang tidak segera datang ke ruang rapat. Dan juga beberapa hari lagi akan ada ujian akhir semester dan aku harus belajar dengan giat untuk itu.

Aku sangat ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk belajar kemudian istirahat!

Tetapi pada akhirnya aku hanya mengangguk pasrah kepada guru itu. Aku tidak ingin merusak reputasi yang telah susah payah aku bangun. Aku si ketua osis yang tanpa celah. Semua yang kulakukan selalu sempurna di mata orang-orang dan hal itu akan terjadi begitu terus.

Semua orang selalu kagum dengan cara kerjaku yang teratur dan cepat. Segala yang kulakukan selalu tepat. Apa yang aku perintahkan dan jalankan selalu berakhir dengan mulus. Seperti air sungai yang terus mengalir dengan tenang.

Aku telah meletakkan buku-buku tugas di meja guru fisika tadi. Lalu dengan kaki yang berjalan dengan cepat aku segera berlalu ke ruang rapat yang ada di gedung seberang. Aku tidak ingin membuat anggota lain menunggu, sebab aku sendiri juga sebenarnya tidak suka menunggu. Menurutku hal itu sangat tidak tepat waktu.

Semua anggota osis sudah ada di sana, menanti kedatanganku, si ketua osis, untuk memulai rapat. Aku menjelaskan kepada mereka semua bahwa tadi aku harus ke kantor guru sebentar, dan sepertinya mereka mengerti keadaan itu.

Kemudian, kami mendiskusikan tentang acara musik yang akan diselenggarakan setelah ujian akhir semester nanti selesai. Minhyuk menyarankan kami, bahwa sebaiknya membuat panggung sendiri begitu juga dengan properti-propertinya. Agar lebih mudah membawakan tema acara musik ini juga, katanya. Kami semua setuju dengan pendapatnya. Karena menurut kami hal itu juga dapat mengurangi pengeluaran uang yang berlebih.

Diskusi hari itu berjalan dengan lancar. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Aku membubarkan rapat itu dan mempersilahkan para anggota untuk pulang. Aku masih tinggal di sana untuk mengurus beberapa hal. Seperti surat-surat izin pemakaian lokasi untuk acara musik itu di lingkungan sekolah, yang nantinya surat-surat izin itu akan diserahkan kepada kepala sekolah untuk di tanda tangan.

Setelah selesai dengan pekerjaanku, aku segera berjalan ke arah kantor guru. Aku hendak meletakkan berkas-berkas di kantor guru. Ngomong-ngomong, aku punya segala kunci pintu di sekolah ini, jadi gampang bagiku untuk keluar masuk kantor guru.

Aku meletakkan berkas-berkas itu dengan rapih. Tetapi saat hendak berbalik, aku mendengar ada yang membuka pintu kantor guru. Dengan segera, aku langsung bersembunyi di dekat lemari buku. Karena aku pikir tidak mungkin yang membuka pintu itu adalah pak satpam yang biasanya memeriksa lingkungan sekolah, karena jadwal pemeriksaan itu biasanya dilakukan saat jam 9 ke atas. Dan sekarang jarum jam masih menunjukkan pukul 7.

Orang yang masuk itu bertubuh tinggi. Dia mengenakan masker dan topi sehingga sulit bagiku untuk mengenalinya. Selain itu ruangan ini juga tidak ada penerangan sama sekali. Tetapi aku tahu pasti kalau dia salah satu murid di sekolah ini karena dia masih mengenakan seragam sekolah.

Aku masih bersembunyi di balik lemari ketika orang itu dengan pelan berjalan ke arah laci guru yang letaknya berlawanan arah dengan tempat aku bersembunyi.

Apa kira-kira yang dilakukan seorang murid selarut ini di kantor guru? (Aku lupa sebenarnya aku juga begitu) Dan dari caranya berpakaian, aku tebak dia hendak melakukan sesuatu yang buruk.

[✔] Gold ; MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang