RENUNGAN

80 6 0
                                    


Duduk termenung adalah kegiatan Naruto sekarang semenjak kejadian penyerangan Pain ke Konoha.

Ia berada di atas patung Hokage ke-empat, duduk termenung memikirkan solusi masalah yang dihadapinya sekarang.

Ayah bagaimana caramu jika seorang gadis menyatakan cintanya padamu?

Apa kau dulu seperti ini ayah?

Kau itu tampan ayah, semua wanita tergila-gila padamu.

Ayah apakah kau dulu mengalami seperti ini?
Apa ibu yang menyatakan cintanya dulu kepadamu atau sebaliknya?

Bodohnya aku, seorang gadis yang mengakuiku bahkan sebelum aku menjadi seperti ini. Bodohnya aku malah mencintai wanita lain yang malah tidak mencintaiku.
Tapi kenapa aku tidak ada rasa sama sekali dihatiku?

Apa yang kau lakukan ayah jika kau terjebak dalam lingkaran masalah ini? Aku akan mencari jawabannya.
Ini lebih sulit dari melawan Pain.

"Naruto!!"

Panggilan mengalahkan lamunan Naruto.

"Maaf Sakura, aku tidak bisa diganggu, aku mohon kau pergi dari sini, aku ingin sendiri"  suara berat nan tajam dari Naruto.

Naruto apa yang kau pikirkan? Kenapa kau jadu seperti ini?
Kau kan sekarang sudah menjadi pahlawan desa.

Sakura sahabat Naruto merasa prihatin dan bingung kepada Naruto.

"Naruto, apa yang kau pikirkan? Bagilah padaku aku akan membantumu mencari jawaban"

"Maaf Sakura ini masalah pribadiku, aku ingij mencari jawabannya sendiri...

....jika kau tak mau pergi maka aku yang pergi...dan katakan pada teman-teman jangan menemuiku untuk sementara waktu"

Dengan kata itu Naruto melesat pergi meninggalkan Sakura yang hanya diam saja.

*****

Naruto melihat seorang gadis yang ia kenal, gadis yang melindunginya dan menyatakan cinta padanya. Gadis itu berdiri melihat matahari terbenam sendirian ia berada dipinggiran danau yang tidak terkena invasi Pain.

Naruto langsung menghapirinya dan berdiri disampingnya.

Terkejut ya..itulah yang dirasakan Hinata karena orang yang ia sukai berada disampingnya.

"N-naruto-kun apa yang k-kau lakukan disini?"

"Jadi aku tidak boleh disini..baiklah aku akan pergi"
Berniat pura-pura pergi, Hinata pasti menghentikannya itulah yang ada dipikiran Naruto.

"B-bukan seperti itu maksudku"

"Terus maksudmu apa?"
Dengan santainya ia kembali berdiri disamping Hinata dengan kedua tangan dimasukan kesaku.

"E-etto...ano.."

Hening yang meyelimuti, Hinata tidak busa menjawab, Naruto menatap mentari terbenam, Hinata hanya menunduk menahan malu.

Hinata berinisiatif menghilangkan keheningan.

"Etto..Naruto-kun!!"

Hanya suara 'hm' yang keluar dari mulut Naruto.

"K-kata teman-teman N-naruto-kun banyak pikiran..a-apa yang Naruto-kun pikirkan?" tanya Hinata meski malu.

"Kamu"
Jawaban sederhana Naruto namun luar biasa bagi Hinata.

"A-apa m-maksudnya?"

"Entahlah..ayo kuantar pulang sudah malam" mengalihkan pembicaraan

"T-tidak N-naruto-kun ak..-"
"Aku memaksa" potong Naruto.

Hinata pasrah sepanjang jalan Hinata hanya menunduk.
Naruto hanya datar menghadap kedepan.

Entahlah hatiku malah tersenyum

Jarak satu meter memisahkan mereka. Sepanjang jalan hanya diam. Naruto mulai menyisihkan jarak hinga mulai berdempetan. Melihat itu Hinata mulai menjauh lagi tapi Naruto mendekatinya lagi.

"Jika kau terus begitu kau akan menabrak tiang listrik"

Hinata tak menggubrisnya hanya berjalan sambil menunduk. Naruto melihat tiang listrik didepannya ia membiarkannya saja.

Jdakk bruaak

"Ittai..aduh sakit"
Dahi Hinata lebam.

"Sudah kubilang kau tidak percaya" seraya mengulurkan tangannya membantu Hinata dan ia luka lebam didahi Hinata.

"Kau terluka" memegang luka ,hinata, hanya meringis kesakitan.

Dengan segera Hinata mengambil salep obat dari kantong  dan dengan cepat pula Naruto menyanbar salep itu.

"Biar aku saja"
"T-tapi..-"
"Aku memaksa"

Naruto mengoleskan dengan lembut keluka Hinata dan sedikit meniupnya.
"Sudah selesai ..sekarang ayo pulang"

Tanpa sadar Naruto menggegam tangan Hinata.

***

"Sudah sampai"

"N-naruto-kun b-bi..sa kkau lepaskan t-tanganku"

Dengan cepat Naruto melepaskan tangan Hinata.

"Oh gomen gomen"

Hinata tidak kuat menahannya langsung melangkah pergi tapi panggilan Naruto menghentikannya.

"Hinata"

Hinata berbalik menatap Naruto.
Naruto maju perlahan mendekati Hinata mengankan satu jari telunjuknya dan mengetuk 'tuk' hidung mungil Hinata.

"Mimpi indah"
Dengan kata itu Naruto melesat pergi. Hinata tak bergeming beberapa detik.

"Kyaa.."

Hinata masuk ke tempat pengungsian khusus klan hyuga dengan hati berbunga bunga. Padahal hanya satu ketukan di hidung Hinata.

"Nee-chan itu tadi romantis loh"



********

Battle of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang