PROLOG

12 0 0
                                    

SURABAYA, NOVEMBER 2016

"Ehh, pengumumannya udah keluar lohh"

"Oh yaa?? Ayo kita ambil hasilnya!! Aku udah ga sabar inii."

"Ayoo! Ayooo!"

Aku kaget. Aku baru ingat kalau hari ini adalah pengumuman penerimaan peserta didik baru.

"Cin, kamu ga mau ngambil hasilnya?"

"Nanti aja deh, masih rame pasti. Anak-anak pada kesana semua."

Namun beberapa saat kemudian, terdengar teriakan-teriakan dari luar kelasku. Teriakan ini beda dari yang biasanya. Yang aku dengar adalah teriakan kebahagiaan.

"Yess aku keterimaaa"

"Yess ipaa"

"Yess ipss"

"Yess bahasaa"

"Cieee congrats yaa"

Itulah teriakan-teriakan bahagia yang terdengar dari luar kelasku. Akupun tersenyum dan ikut merasa bahagia. Tapi tiba-tiba aku berpikir,
mereka sudah keterima, kalau aku ga keterima gimana ya? Haduh, aku takut.

Seketika aku menjadi tidak percaya diri. Namun aku selalu teringat apa yang sudah mama bilang berkali-kali padaku,

"Kamu harus berpikir positif ya. Pasti bisa kok, anak mama kan pinter."

Dengan berani, aku memutuskan untuk mengambil hasil tes itu sekarang. Walau aku sedikit ragu-ragu, tapi aku harus selalu berpikir positif. Aku mulai dengan anak tangga yang pertama, dengan berdoa dan berharap pada setiap anak tangga hingga yang terakhir.

Pada akhirnya, sampailah ke anak tangga yang terakhir. Hatiku mulai tenang. Ruang tata usaha SMA ku masih dipenuhi oleh teman-temanku yang tidak sabar melihat hasil tesnya. Ekspresi mereka semua tampak bahagia. Semoga aku pun juga bahagia bersama mereka.

Kuterima amplop itu. Namun tidak langsung ku buka. Aku ingin membukanya di rumah bersama keluargaku. Tapi, sahabat-sahabatku mendesakku untuk membuka amplop itu. Tapi aku tidak berani. Firasatku buruk.

"Cindy, kalau kamu ga berani, aku aja yang buka amplopnya." , tawar seorang sahabatku.

"Tapi aku takut.."

"Udahh gapapaa."

Dia langsung mengambil amplop itu dari genggamanku. Dia mulai membuka amplop... Dan melihatnya...
Aku bingung, saat itu dia diam saja.

"Kenapa? Ada apa?" , tanyaku.

Dia tidak menjawab. Satu katapun tidak. Kemudian di melihatku. Jawabannya hanyalah sebuah gelengan kepala. Langsung aku mengambil kembali amplop itu.

TIDAK DITERIMA

Ternyata firasatku benar.
Aku tidak tahu lagi.
Pandanganku kosong.
Badanku lemas.
Hatiku hancur seketika.

Tanpa sadar, air mataku mulai menetes pada amplop itu. Sahabatku merasa ada yang tidak beres denganku. Mereka langsung melihat hasil tes ku.

"Sabar ya Cin." , kata salah seorang sahabatku.

Dia langsung mendekatiku memelukku erat. Aku menangis dipelukannya. Air mataku sudah tidak bisa aku tahan lagi.

Mimik muka sahabatku yang awalnya bahagia, berubah menjadi sedih. Mereka tidak percaya kalau aku tidak diterima. Dan mereka pun tidak terima akan hasil tes ku ini.

Louis & CindyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang