Diafora ▪ 01

76 6 0
                                    

🌈🐣🌈

Sheina Werlyza Almera, si perempuan polos nan manis yang masih berusia 17 tahun. Kini ia sudah duduk di bangku SMA, semester 5. Itu artinya ia akan mengakhiri masa SMA-nya. Cita-citanya cuma satu, ia ingin mewujudkan mimpi sang ayah, yang menginginkan putrinya menjadi Psikolog. Dan Sheina menyetujui ucapan sang ayah.

Sheina bersekolah di SMA Swasta ternama di Jakarta, ia termasuk siswi yang sangat beruntung. Sheina mendapatkan beasiswa dengan cuma-cuma, karena ia  di anugrahi otak yang cukup encer.

Sheina tinggal bersama sang Ibu yang kebetulan mempunyai toko butik yang cukup laris. Ayahnya sudah meninggal 2 tahun lalu, ketika ia sedang ujian sekolah SMP. Ia mempunyai satu kakak laki-laki bernama, Ziyo. Bang Ziyo sudah menikah, dan istrinya sedang mengandung anak pertama mereka.

Sheina berjalan ke arah kantin bersama sahabatnya yang  bernama Yolanda. Hari itu baru selesai upacara, biasanya siswa-siswi akan kabur ke kantin selesai upacara sebelum bel masuk berbunyi.

Perempuan polos itu celangak-celinguk melihat area kantin yang penuh dengan sekumpulan manusia.

"Mau beli apa?" Tanya Yolanda yang sedari tadi hanya mengerenyitkan dahi melihat kebingungan Sheina.

Sheina menggedikan bahu, "Nggak tau nih," jawabnya.

"Ke Bi Tiah aja deh, yuk?" Ajak Yolanda yang di setujui Sheina dengan anggukan.

Mereka berdua berjalan ke warung Bi Tiah yang berada dipojokan kantin.

Disana banyak segerombolan anak laki-laki yang sedang bersenda gurau. Entah apa yang mereka bicarakan sampai tertawa lepas begitu.

"Bi, Yolan mau siomaynya 5 ribu," ujar Yolanda, "Tapi siomay sama pangsit aja ya," ia melanjutkan ucapannya.

"Oke neng," jawab si Bibi.

"Bi, aku mau es teh aja satu," pinta Sheina.

Si Bibi hanya mengangguk sambil tersenyum.

Baru hendak membalikkan tubuh, Sheina bertabrakan dengan seorang laki-laki jangkung. Ia hampir oleng, tapi untungnya ia masih bisa menahan.

Sheina menatap laki-laki itu, untuk beberapa detik mata mereka bertemu.

"Sorry, gue nggak sengaja," sang laki-laki bersuara sambil tersenyum.

Sheina gugup setengah mati, ia hanya mengangguk kikuk.

"Ahay! Ada yang modus nih," ledek salah satu teman laki-laki jangkung itu yang masih duduk di kursi panjang.

Cowok berkulit hitam menatap jahil ke arah laki-laki jangkung yang menabrak Sheina, "Petrus lah, jangan sampe nggak!" ucapnya lalu di akhiri dengan tawa.

"Ah siap, mantap, Dev!" ujar temannya yang satu lagi agak berteriak.

Yolanda melirik ke arah gadis itu, "Cie," dia mencolek dagu Sheina dengan gemas.

Sheina salah tingkah, ia malu-malu kucing, "Ish, apa sih, Yol!"

"Gue duluan ya," kata laki-laki itu, lalu mengajak teman yang lainnya untuk keluar dari sana, "Woy buru cabut!"

DiaforaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang