"Iya, tenang saja Bu. Peta ada di tanganku. Aku tak akan tersesat."
Begitu tanggapan surat yang sampai pada kediaman salah satu pemilik gerai minum, Ukai Keishin. Kageyama melipat kembali lembaran tersebut, sebelum kaki menapak yakin meninggalkan tempat tinggal sementaranya.
Bertempat di pinggiran Tokyo, suasana kota kecil pagi ini mulai ramai. Deretan pertokoan sudah buka, beberapa telah melayani para penduduk sekitar yang berbelanja.
Di sinilah tempat Kageyama Tobio merantau. Pada usia tujuh belas, tahun ini, ia rela meninggalkan kampung halamannya demi mencari pekerjaan berpenghasilan besar. Desas-desusnya, di kota ini banyak lowongan seperti itu. Maka berbekal restu ayah-ibu, lembaran peta, dan brosur, Kageyama mantap menginjak kaki di tanah asing.
"Oohh, Kageyama! Kau datang di saat yang tepat!" Salah satu pemilik kedai makanan menyapa saat si pemuda memasuki tempat langganannya.
Pria bersurai hitam itu menyengir. "Tolong yang biasanya dua ya, Bokuto-san."
"Siap!"
Bokuto Koutarou namanya. Dengan semangat pagi, dia mengambil dua centong nasi. Kemudian dituang kuah kari daging babi dan sebagai penutup, telur ceplok menghiasi pucuk nasi.
Begitu tersaji depan mata, Kageyama langsung melahapnya sampai habis.
"Tumben pesan dua. Kelaparan ya?" Bokuto menyeletuk.
"Ho'oh."
Bokuto terbahak. "Makan, makan! Biar nanti semangat kerjanya!"
"Hah? Aku belum dapat kok."
"Masih belum? Hampir dua minggu kau datang ke sini dan belum menemukannya satu pun?!"
"Sudah sih, tapi kumasukkan dulu dalam daftar yang kira-kira menurutku menarik dan bergaji besar," Kageyama mendorong sisa nasi ke mulutnya. Satu mangkuk habis.
Bokuto mendengung. Kini si pelanggan meraup mangkuk satu lagi.
"Kau akan lama dapat kerjaan kalau harus menyortir dari daftarmu dulu," gumamnya. "Tapi tak apa deh. Itu berarti kau bersedia untuk tinggal di sini lebih lama dan aku terus dapat untung darimu! Dengan begitu aku bisa pergi menyewa wanita di Yoshiwara!"
Lumat makanan ditelan sebelum menyahut, "Yoshiwara?"
"Iya. Khusus untuk hiburan orang dewasa sepertiku. Lebih baik kau tak perlu tahu detailnya," setelahnya Bokuto tertawa mengejek.
Kageyama nyaris mematahkan sumpit menjadi dua sama besar.
"Ah, tapi kudengar orang-orang yang bekerja di sana digaji tinggi."
Ucapan si pemilik kedai makan langsung menarik minat Kageyama untuk bertanya lebih lanjut. Karena itu ia cepat-cepat menghabiskan mangkuk keduanya.
"Profesi apa itu?"
Hanya seulas senyum misterius yang menjadi balasan pertanyaan Kageyama. Pria berambut jabrik berdominasi monokrom meletakkan segelas air putih di mejanya. Dia tak berani bertanya lebih lanjut. Gelas yang disodorkan lekas ditenggak sampai habis, kemudian menyerahkan uang.
"Oke, selamat berjuang ya! Kuharap kau mau membuang jauh-jauh pikiran tentang Yoshiwara! Setidaknya tunggu sampai umurmu di atas dua puluhan!"
Disebut lagi. Bagaimana Kageyama tidak melupakannya?
Tapi tak masalah, selama Bokuto Koutarou tidak menyebut lokasinya secara rinci.
.
.
.
"Baiklah. Besok, kau bisa mulai bekerja."
Kageyama Tobio membungkuk dalam sebelum meninggalkan salah satu gedung institut olahraga. Ia memutar menuju jalan pulang. Senyum lebar menemani perjalanannya. Akhirnya dia diterima sebagai instruktur voli! Selain faktor olahraga kesukaan, penghasilan yang dijelaskan oleh pimpinan di sana sangat menggiurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Underages
FanfictionKageyama Tobio, pendatang baru, tersesat hingga jatuh ke Kota Yoshiwara. [Requested] [KageHina Oneshoot] WARN: SHOUNEN AI // BXB Disclaimer: Haruichi Furudate Cover © artists