Remember

1 0 0
                                    

Mentari kini mengikuti gadis itu seolah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi akan hari yang seharusnya indah ini. Entah karena senang atau sedih namun terlihat gadis itu bercucuran air mata dihadapan seorang laki laki, ia menangis menatap tajam dalam diam. Tatapan nya seolah mengintrogasi ada apakah dengan dirinya kini.

Gadis itu terduduk lesu diatas kursi kayu ditaman bunga ditengah kota , laki laki itu hanya terdiam kaku sambil sesekali melihat kearah gadis itu sambil memasang muka lesu dan bingung atas apa yang ia lakukan.
Membuat seorang gadis manis menangis dan membiarkannya tanpa satu patah kata pun terucap setelah itu.

Ia menunduk memikirkan sesuatu, apa yang harus ia lakukan kini pada gadis yang menangis?
Sekejap ia kembali menatap mentari yang berubah menjadi jingga menandakan senja telah tiba.

Tiba tiba ia berkata sambil menatap senja jingga yang kini indah dipandang mata.

" Dibawah senja ditaman kota
Bersama bunga bunga yang indah menyapa
Awalnya aku ingin melihat mentari yang tersenyum berseri seri
Namun pandanganku kabur kini
Melihat seorang gadis manis yang menangis
Membuat hati seakan ikut teriris
Senja..
Katakan padanya bahwa aku juga manusia biasa
Aku juga bisa menyakitinya
Walau itu bukan niatku yang sebenarnya
Katakan juga padanya walaupun saat ini sampai nanti ia membenci
Aku takkan pernah pergi lagi." katanya sambil berdiri mensejajarkan diri dengan gadis itu.

"Sorry tapi gue bener bener harus pergi sekarang ini. Gue ngga bisa ngelawan buat yang satu ini, gue mohon lo ngerti." menyeka rambut gadis itu yang berantakan terkena air mata.

"Gue janji gue bakalan balik lagi, gue harap nanti lo ngga bakalan benci lebih jauh dari ini gue bener bener ngga bisa pergi namun gue harus pergi" menatap gadis itu dalam dalam rasanya ia ingin sekali memeluk erat gadis itu, namun tak bisa karena akan membuat gadis itu tak bisa membiarkannya pergi.

Gadis itu balik menatap dalam dalam dengan air mata yang masih tertinggal dipelupuk matanya.

" Senja katakan juga padanya
Kuharap aku takkan pernah bisa membencinya
Aku akan membalas untuk pergi
Kuharap ini bukan pertanda benci
Namun hanya untuk membereskan pecahan kaca yang sudah berantakan ini
Mencoba menyatukannya kembali dan kusimpan hingga suatu saat nanti
Memang takan bisa sempurna lagi
Tapi setidaknya mencoba agar tak membuangnya sampai nanti" ucap gadis itu sembari menatap tajam laki laki itu yang kini semakin luluh terhadapnya

"Gue ngerti lo pergi aja sampai suatu saat nanti lo inget pernah ninggalin orang ini dan kembali dengan sendiri" katanya sambil menyeka air mata yang terus bercucuran seperti hujan.

"Gue paham tentang semua yang lo anggap gue ngga paham, gue ngerti makanya gue biarin lo pergi. Jujur gue sakit hati gue harap lo bahagia. sampe nanti" gadis itu berjalan meninggalkannya.

Laki laki itu hanya terdiam tanpa ada pergerakan sedikitpun untuk mengejarnya.
"Gue pergi bukan untuk menanam benih benci, gue pergi karena gue emang harus pergi. Gue janji bakalan balik lagi, Sampe saat itu nanti gue bakalan bikin lo bahagiadan bayar air mata lo hari ini Aurelia Zahra. Gue janji rel"  Berbicara dalam hatinya sambil melihat punggung gadis itu yang semakin lama menjauh dan menghilang.

Gadis itu terus berjalan menyusuri taman tanpa senyuman, ia terus menangis hingga langit pun iku menangis menemaninya.
Hujan turun dengan derasnya dan langsung membuat gadis itu menjadi basah kuyup karena tak menghindarinya. Ia terus berjalan dibawah hujan mencoba menyembunyikan kesedihan.

"Mentari itu kini pergi..
Walau dengan permisi
Tetap saja menyayat hati
Tak pernah terpikirkan dalam memori
Tentang apa yang dilakukannya kini.
Tentang seseorang yang berkata takkan pergi
Akhirnya berkata pergi dengan mulutnya sendiri
Dihadapan senja di hari ini" ucapnya kini dalam hati

"Lo emang beneran senjaaaa sialannn! Lo akhirnya pergi dan janji bakalan balik lagi." berteriak penuh emosi

"Gue benci lo! gue benci senjaaa! setelah hari ini gue ngga bakalan pernah mau liat lo lagi senja guee benci" terus berteriak sambil menangis bersama hujan yang semakin deras mengguyur tubuh mungilnya itu.

Sesaat tiba tiba tubuhnya tak lagi diguyur hujan, entah siapa yang melindunginya dari hujan kali ini. Ia mendongkak mencoba melihat seseorang yang melindunginya dari hujan.

Ia menatap lesu kearah orang itu, lalu menangis dan pergi berjalan lagi sendiri dibawah hujan bersama langit yang menggelap kini.

"Aurelia,, Raaa zahraa" orang itu terus mencoba memanggilnya

Hanya ada satu orang yang memanggil nama belakangnya.
Gadis itu pun tak berniat menoleh sedikitpun hanya berjalan dengan pikiran kacau yang membuat akalnya mungkin lenyap.

Orang itu berlari meninggalkan payungnya dan melewati hujan agar bisa menghentikan gadis itu.

"Raa zahraaaa" orang itu terus memanggilnya.

Gadis itu berbalik menyadari bahwa sendari tadi orang itu memanggilnya.
Saat ia melihat wajah orang itu sekali lagi, tiba tiba ia mendengar lagi teriakan yang nyaring ditelinganya.

"Raa zahraaa..zahraaaaa..

Gimana temen temen ceritanya nihhh? ini baru awalan jangan lupa terus ikutin ceritanyaa ya. Jangan lupa cuga Vote komen dan boleh kasih saran masukannya buat cerita ini.
Happy reading guyss^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Think After FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang