TENTANG MELANGKAH

13 2 0
                                    

      Katamu, aku bisa melangkah tapi tidak boleh terlalu jauh, supaya, jika tersesat aku masih ingat jalan pulang. Aku mengangguk setuju, lalu aku bertanya, apakah kamu juga mau melangkah seperti aku? Iya, tentu saja! Jawabmu. Lalu kita menyepakati janji, kita bisa melangkah tapi tidak boleh terlalu jauh, supaya, jika tersesat kita masih ingat jalan pulang.

      Awalnya semua berjalan sesuai kesepakatan, kita bebas melangkah, kemanapun kita mau. Aku ke kanan, kamu ke kiri. Aku ke kiri, kamu ke kanan. Lebih sering lagi kita melangkah beriringan. Kamu terlihat bahagia, aku pun rasakan yang sama.

      Sampai pada suatu hari, kaki ku cidera satu. Aku tidak mampu menemani kamu melangkah, tapi kamu tetap meyakinkan aku, aku akan baik-baik saja, tidak ada langkah lain yang akan menemaniku, begitu ujarmu. Aku percaya.

      Hari-hari berjalan seperti biasa, kamu melangkah, aku menunggu mu dirumah. Oh, tunggu! Aku mendengar langkah kakimu, tapi kali ini derapnya berbeda. Lebih ramai. Siapa teman mu? Tunggu, tunggu! Aku tidak pernah mendengar langkah mu di susul oleh tawa bahagia, selain tawa ku. Bersama siapa kamu?

      Hari ini mata ku sembab, hati ku biru, bibir ku terkunci rapat, ada sakit di dalam diriku yang tidak bisa dijelaskan. Mengetahui bahwa ada yang lain menemani mu melangkah, mengetahui bahwa ada tawa lain yang kau dengar. Aku tidak suka. Hanya teman kata mu, tapi bukan kah kita pun berawal dari teman? Aku tidak suka ada langkah lain di dalam langkah kita. Berhentilah menemani langkah yang lain, atau nanti aku buat kaki mu cidera seperti kaki ku! Mendengar kalimat itu, kamu hanya diam. Andai kaki ku baik-baik saja, pikir ku. Kemudian aku tertidur, aku nelangsa, aku tenggelam didalam air mata.

      Maafkan aku, katamu keesokan hari, aku janji tidak mau melangkah dengan siapapun lagi, janji. Aku mengangguk tanda setuju, kita berpelukan.

Hari berlalu, kamu tetap manis.
Minggu berlalu, tetap kamu manis.
Bulan berlalu, manis tetap kamu.
Tahun berlalu, semuanya hancur.
Aku kehilangan manis mu, sekaligus kehilangan kamu.

Lagi-lagi ada langkah lain, tapi aku tidak akan membuat kaki mu cidera. Tidak ada air mata.
Melangkah lah, temui langkah-langkah baru, aku melepaskan mu.

Kali ini kita ingkar janji, kita boleh melangkah sejauh mungkin, supaya, jika tersesat kita tidak akan ingat jalan pulang. Karna sekalipun kita memaksa pulang, rumah kita sudah sepakat kita hancurkan.

- asntrutm -

Some Short Story Made With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang